Mahasiswa UNDIP Lawan Hoax: Edukasi Cerdas Bermedia untuk Masyarakat!
Era Digital dan Banjir Informasi¶
Di zaman sekarang ini, informasi itu gampang banget nyebarnya. Cepat banget malah! Kayak kilat. Ini semua gara-gara kita bisa dengan mudah bikin konten, sebarin, dan akses informasi di dunia digital ini. Dulu, nyari berita aja susah, harus nunggu koran pagi atau nonton TV jam berita. Sekarang, buka HP, semua ada!
Tapi, kemudahan ini juga ada sisi gelapnya lho. Ibarat pisau bermata dua, teknologi informasi ini bisa jadi berkah, tapi juga bisa jadi musibah. Salah satu masalah paling besar di era digital ini adalah hoax, atau berita bohong. Misinformasi dan disinformasi ini nyebarnya juga cepet banget, bahkan lebih cepet dari informasi yang bener. Nggak heran kalau banyak orang jadi bingung dan salah paham gara-gara hoax ini.
Media Sosial: Ladang Subur Hoax¶
Coba deh perhatiin, hampir semua orang sekarang punya media sosial. Instagram, Facebook, TikTok, Twitter, WhatsApp, dan lain-lainnya kayak udah jadi kebutuhan pokok. Kita pakai media sosial buat banyak hal, mulai dari pamer foto liburan, sampai nyebarin informasi yang kita dapet dari orang lain.
Nah, sayangnya, gampangnya kita unggah dan sebarin informasi di media sosial ini dimanfaatin sama orang-orang yang nggak bertanggung jawab. Mereka ini suka banget nyebarin konten-konten menyesatkan yang sumbernya nggak jelas alias hoax. Konten hoax ini seringkali dibikin dengan bahasa yang bikin kita takut, panik, atau malah jadi terlalu percaya diri. Akibatnya, kita jadi gampang banget buat nerusin informasi itu ke orang lain tanpa mikir panjang. Padahal, bisa jadi informasi itu bohong alias hoax!
Bayangin aja, sekali kita share hoax, itu bisa nyebar ke mana-mana dalam hitungan detik. Temen kita, keluarga kita, bahkan orang yang nggak kita kenal pun bisa kena dampaknya. Hoax ini bisa bikin gaduh, bikin panik, bahkan bisa memecah belah persatuan. Ngeri kan?
Mahasiswa UNDIP Turun Tangan Melawan Hoax¶
Prihatin dengan bahaya hoax ini, seorang mahasiswa dari Universitas Diponegoro (UNDIP) bernama Irene Adelia, berinisiatif buat ngadain program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang fokusnya buat ngelawan hoax. Program KKN ini diadain di Desa Mojosari, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali pada pertengahan tahun 2023 lalu.
Irene sadar banget kalau masyarakat di desa juga rentan jadi korban hoax. Apalagi, nggak semua orang punya pengetahuan yang cukup buat bedain mana informasi yang bener dan mana yang hoax. Makanya, Irene bikin program Sosialisasi Pencegahan Hoax dan Tutorial Validasi Informasi Online buat masyarakat Desa Mojosari. Tujuannya jelas, biar masyarakat lebih cerdas dan bijak dalam bermedia sosial, dan nggak gampang kemakan hoax.
Edukasi Hoax untuk Warga Mojosari¶
Kegiatan sosialisasi ini diadain hari Jumat, tanggal 21 Juli 2023. Masyarakat Desa Mojosari antusias banget ikut acara ini. Di sini, mereka dikasih penjelasan lengkap tentang apa itu hoax. Mulai dari pengertian hoax, jenis-jenisnya, sampai contoh-contoh konten hoax yang lagi rame beredar sekarang ini.
Irene juga ngasih tau info penting dari Firstdraftnews.org, sebuah organisasi yang fokus di bidang jurnalisme dan memerangi misinformasi. Menurut Firstdraftnews.org, ada 7 jenis misinformasi dan disinformasi yang perlu kita tau, yaitu:
- Satire atau Parodi: Ini jenis konten yang bikin lelucon atau sindiran, tapi kadang orang salah paham dan ngira itu berita beneran. Misalnya, berita parodi tentang artis yang nikah sama alien, ya jelas ini cuma buat lucu-lucuan aja.
- Misleading Content (Konten Menyesatkan): Konten ini isinya informasi yang bener, tapi disajiin dengan cara yang salah atau dibumbui biar kesannya beda dari aslinya. Contohnya, berita tentang vaksin yang dibikin seolah-olah berbahaya, padahal faktanya vaksin itu penting buat kesehatan.
- Imposter Content (Konten Peniru): Jenis hoax ini niru-niru sumber berita yang beneran, kayak website media terkenal atau akun media sosial tokoh publik. Tujuannya biar orang percaya sama berita bohong yang disebarin. Misalnya, bikin website berita palsu yang namanya mirip sama website berita terkenal, terus nyebarin berita hoax di situ.
- Fabricated Content (Konten yang Dipalsukan): Nah, kalau ini bener-bener hoax dari awal sampai akhir. Semua informasinya bohong, nggak ada fakta yang bener sama sekali. Contohnya, berita tentang kiamat yang diramalkan terjadi besok, padahal itu cuma karangan orang iseng aja.
- False Connection (Koneksi Palsu): Jenis hoax ini nyambungin judul, gambar, atau konten yang nggak ada hubungannya sama sekali. Tujuannya buat bikin sensasi atau narik perhatian orang. Misalnya, gambar banjir bandang tapi judulnya tentang kenaikan harga sembako, padahal nggak ada hubungannya.
- False Context (Konteks Palsu): Konten ini pakai informasi yang bener, tapi dikasih konteks yang salah biar maknanya jadi beda. Contohnya, video lama tentang kerusuhan diposting ulang seolah-olah kejadiannya baru-baru ini, padahal udah lama banget.
- Manipulated Content (Konten yang Dimanipulasi): Jenis hoax ini ngubah informasi yang bener jadi salah atau menyesatkan. Biasanya, foto atau video diedit sedemikian rupa biar keliatan beda dari aslinya. Misalnya, foto orang kurus diedit jadi keliatan gemuk, atau sebaliknya.
Dengan tau jenis-jenis hoax ini, diharapkan masyarakat jadi lebih waspada dan nggak gampang percaya sama semua informasi yang mereka lihat di internet.
Belajar Validasi Informasi Online¶
Nggak cuma dikasih teori tentang hoax, peserta sosialisasi juga diajarin cara buat ngenalin konten hoax dan cara validasi informasi online. Irene dan tim KKN-nya ngasih tutorial langsung ke masyarakat. Mereka ngenalin platform situs dan chatbot yang bisa dipake buat ngecek fakta dan kebenaran informasi.
Platform-platform ini dikelola sama lembaga-lembaga yang kredibel, kayak Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). Mafindo punya situs dan chatbot yang bisa dipake buat ngecek fakta, sedangkan Kemenkominfo juga punya platform aduan konten negatif dan situs cek fakta.
Mahasiswa KKN UNDIP ini nggak cuma jelasin cara pakainya, tapi juga langsung praktek bareng peserta. Bapak-bapak dan ibu-ibu di Desa Mojosari diajarin langkah demi langkah cara ngecek fakta lewat situs dan chatbot yang udah dijelasin. Mereka juga diajak buat nyoba langsung di HP masing-masing. Dengan praktek langsung ini, diharapkan masyarakat jadi lebih paham dan terampil dalam memvalidasi informasi online.
Masyarakat Cerdas Bermedia, Lawan Hoax!¶
Setelah ikut sosialisasi dan tutorial ini, diharapkan masyarakat Desa Mojosari jadi lebih sadar akan bahaya hoax. Mereka jadi tau kalau nyebarin informasi tanpa sumber yang jelas itu tindakan yang berisiko dan bisa melanggar aturan.
Yang paling penting, masyarakat jadi tau cara validasi informasi. Mereka punya bekal buat nyaring informasi yang mereka terima sebelum di share ke orang lain. Dengan begitu, masyarakat Desa Mojosari diharapkan bisa jadi masyarakat yang lebih cerdas bermedia. Mereka bisa menerima, mengunggah, dan menyebarluaskan informasi dengan lebih bijaksana.
Program KKN yang diinisiasi sama Irene Adelia ini adalah contoh nyata bagaimana mahasiswa bisa berperan aktif dalam masyarakat. Dengan ilmu dan semangat yang mereka punya, mahasiswa bisa ngasih kontribusi positif buat ngatasi masalah-masalah yang ada di masyarakat, salah satunya masalah hoax ini.
Semoga program kayak gini bisa terus dilanjutin dan diperluas ke daerah-daerah lain. Biar makin banyak masyarakat yang melek media dan nggak gampang kemakan hoax. Dengan begitu, kita bisa wujudkan Indonesia yang bebas dari hoax dan masyarakatnya cerdas dalam bermedia.
Gimana menurut kamu? Apa kamu punya pengalaman menarik atau tips lain seputar cara melawan hoax dan jadi lebih cerdas bermedia? Yuk, share di kolom komentar!
Posting Komentar