Biar Gak Zonk! Tips Jitu Pilih Hewan Kurban Sehat dari Dosen UGM, Sambut Idul Adha
Idul Adha sebentar lagi tiba! Nah, buat kita umat Muslim, momen ini identik banget sama ibadah kurban. Selain menjalankan syariat agama, berkurban juga jadi momen berbagi kebahagiaan sama sesama, terutama buat yang membutuhkan. Tapi, sebelum sampai ke proses penyembelihan dan berbagi daging, ada satu tahapan krusial yang sering bikin galau panitia atau sohibul qurban: milih hewan kurban yang pas. Salah pilih bisa-bisa ibadahnya kurang sempurna atau bahkan bikin masalah kesehatan. Makanya, penting banget tahu gimana caranya milih hewan kurban yang sehat dan memenuhi syarat.
Memilih hewan kurban itu bukan cuma soal “ada” hewannya aja, tapi beneran harus teliti. Syarat sah kurban itu ketat lho, mulai dari jenis hewannya (sapi, kambing, domba, unta), kondisinya, sampai umurnya. Kalau salah satu syarat nggak terpenuhi, ibadahnya bisa nggak sah. Di momen Idul Adha, permintaan hewan kurban kan melonjak drastis, ini kadang dimanfaatin sama oknum yang kurang bertanggung jawab dengan menjual hewan yang nggak memenuhi syarat. Nah, biar kita nggak kejebak dan ibadah kurban kita afdal, yuk simak tips jitu milih hewan kurban sehat langsung dari ahlinya!
Baru-baru ini, Fakultas Peternakan UGM (Universitas Gadjah Mada) ngadain pelatihan khusus buat para panitia penyembelih hewan kurban di area DIY dan Jawa Tengah. Acara ini penting banget buat nambah wawasan dan skill panitia biar proses kurban berjalan lancar, aman, dan sesuai syariat. Salah satu materi menarik yang disampaikan datang dari Dosen Fakultas Peternakan UGM, Bapak Ir. Nanung Danar Dono, S.Pt., MP., Ph.D., IPM., ASEAN Eng. Beliau berbagi tips praktis gimana caranya milih hewan kurban yang sehat dan udah cukup umur.
Syarat Umur Hewan Kurban: Kenali Tanda “Poel”¶
Salah satu syarat paling mendasar dan sering jadi patokan adalah soal umur hewan kurban. Hewan kurban wajib sudah mencapai usia minimal tertentu. Nah, cara paling umum dan akurat buat ngecek umur hewan kurban itu adalah dengan melihat giginya. Istilah populernya adalah gigi “poel”. Apa sih poel itu? Poel itu menandakan bahwa gigi susu hewan tersebut sudah berganti dengan gigi permanen. Kalau gigi depan hewan sudah poel, itu tandanya umurnya sudah cukup buat dikurbankan.
Menurut Pak Nanung, patokan umur poel ini beda-beda tergantung jenis hewannya. Untuk kambing dan domba, biasanya mereka mulai poel di usia sekitar 1 tahun. Kalau sapi, proses pergantian giginya dimulai saat usianya menginjak 2 tahun. Nah, unta butuh waktu lebih lama, sekitar 5 tahun baru poel. Jadi, jangan sampai salah ya, kambing atau domba setahun, sapi dua tahun, unta lima tahun.
Proses poel ini terjadi di rahang bawah. Hewan ruminansia kayak kambing, domba, dan sapi itu unik, mereka nggak punya gigi seri di rahang atas, cuma di rahang bawah aja. Total ada empat pasang gigi seri di rahang bawah, jadi totalnya ada 8 gigi seri. Pergantian gigi permanen ini dimulai dari sepasang gigi seri paling tengah di rahang bawah. Kalau sepasang gigi yang paling tengah ini sudah tanggal dan diganti sama gigi permanen yang ukurannya biasanya lebih besar dan lebih rata, itu namanya Poel 1. Kalau sudah dua pasang yang berganti (gigi paling tengah dan di sebelahnya), namanya Poel 2, dan seterusnya sampai semua gigi seri permanen tumbuh.
Bagaimana Cara Memeriksa Gigi “Poel”?
Mengecek gigi poel itu gampang-gampang susah. Kita perlu sedikit keberanian dan keahlian buat membuka mulut hewan kurban dan melihat giginya.
1. Dekati dengan Tenang: Pastikan hewan dalam keadaan tenang dan tidak agresif. Ajak bicara pelan-pelan kalau perlu.
2. Buka Mulut: Pegang rahang bawah hewan dengan lembut tapi kuat. Dengan jari, tarik sudut bibir ke samping dan sedikit ke bawah untuk melihat deretan gigi seri di bagian depan rahang bawah.
3. Identifikasi Gigi Seri: Cari 8 gigi kecil di bagian depan rahang bawah. Ini adalah gigi seri.
4. Cari Gigi Permanen: Lihat apakah ada gigi di antara 8 gigi seri itu yang ukurannya lebih besar, lebih putih (kalau baru tumbuh), dan bentuknya lebih kokoh dibanding gigi lainnya. Gigi yang lebih besar dan kuat itulah gigi permanen.
5. Hitung Pasang Gigi Permanen: Hitung berapa pasang gigi permanen yang sudah tumbuh, dimulai dari yang paling tengah. Kalau sepasang tengah sudah berganti, itu Poel 1. Kalau dua pasang tengah sudah berganti, itu Poel 2, dan seterusnya. Hewan kurban minimal harus Poel 1.
Sayangnya, Pak Nanung juga mengingatkan kita untuk hati-hati banget. Ada aja ulah pedagang nakal yang sengaja mencabut gigi seri hewan yang belum cukup umur supaya kelihatan sudah poel dan layak jual sebagai hewan kurban. Ini jelas praktik yang nggak etis dan merugikan sohibul qurban. Gigi yang dicabut paksa itu meninggalkan bekas luka atau celah yang nggak alami. Gigi permanen yang poel itu tumbuhnya rapi dan menggantikan posisi gigi susu secara alami. Makanya, penting banget buat melakukan pemeriksaan langsung dengan teliti atau kalau ragu, minta dampingi sama ahlinya, misalnya petugas peternakan setempat atau orang yang beneran paham soal hewan. Jangan sampai ketipu!
Untuk gambaran lebih jelas:
Bayangkan deretan 8 gigi kecil berjejer rapi di depan rahang bawah. Ini gigi susu.
Saat Poel 1, dua gigi paling tengah tanggal, diganti dua gigi yang lebih besar dan kuat. Jadi di tengah ada dua gigi besar, diapit masing-masing tiga gigi kecil di kiri dan kanan.
Saat Poel 2, dua gigi di sebelah gigi besar tadi juga tanggal, diganti dua gigi besar lagi. Jadi ada empat gigi besar di tengah, diapit masing-masing dua gigi kecil di kiri dan kanan.
Dan seterusnya sampai Poel 4 (semuanya gigi permanen).
Memilih hewan yang sudah poel atau cukup umur ini bukan cuma syarat administratif, tapi juga berkaitan dengan kualitas daging. Hewan yang cukup umur biasanya sudah mencapai bobot dan kematangan daging yang optimal.
Syarat Kondisi Fisik Hewan Kurban: Pastikan Sehat Wal Afiat¶
Selain umur, kondisi fisik hewan kurban juga jadi syarat mutlak. Hewan kurban nggak boleh dalam kondisi cacat atau sakit yang parah. Kenapa? Karena ibadah kurban itu intinya adalah memberikan sesuatu yang terbaik yang kita punya di jalan Allah. Kalau kita memberikan hewan yang cacat atau sakit, itu sama aja kayak nggak menghargai ibadah kita sendiri.
Pak Nanung menekankan beberapa poin penting saat memeriksa kondisi fisik hewan:
1. Mata: Pastikan mata hewan kurban tidak buta sebelah atau kedua-duanya. Mata harus terlihat jernih, tidak belekan parah, dan responsif terhadap gerakan di sekitarnya. Hewan buta tidak sah untuk dikurbankan.
2. Kaki: Perhatikan cara jalan hewan. Apakah pincang parah sampai nggak bisa jalan normal? Hewan yang pincang parah juga tidak sah. Pastikan keempat kakinya kuat dan bisa menopang badannya dengan baik.
3. Kesehatan Umum: Hewan tidak boleh dalam kondisi sakit yang jelas terlihat. Ciri-ciri hewan sakit antara lain lesu, nggak nafsu makan, bulu kusam, keluar ingus atau air liur berlebihan, demam, atau batuk-batuk. Perhatikan juga kotorannya, apakah normal atau diare.
4. Kondisi Badan: Jangan pilih hewan yang kurus kering sampai kelihatan tulangnya. Hewan kurban sebaiknya punya postur yang baik, padat berisi, dan cukup daging. Hewan yang terlalu kurus menunjukkan kondisi kesehatan yang kurang baik atau kurang gizi.
“Jangan sampai tergiur harga murah karena hewannya kelihatan cacat atau sakit,” pesan Pak Nanung. Beliau mengingatkan lagi bahwa memilih hewan terbaik itu adalah bentuk penghormatan kita kepada Sang Pencipta, seperti halnya kita selalu ingin memberikan yang terbaik dalam setiap ibadah. Jadi, jangan kompromi soal kesehatan dan fisik hewan.
Waspada Penyakit Menular pada Hewan Ternak¶
Di era sekarang, isu penyakit pada hewan ternak makin jadi perhatian serius. Panitia kurban atau sohibul qurban juga wajib tahu penyakit-penyakit apa saja yang lagi marak atau berpotensi menyerang hewan kurban, apalagi yang bisa menular ke manusia (zoonosis). Pak Nanung menyebutkan beberapa penyakit yang perlu diwaspadai:
- Penyakit Mulut dan Kuku (PMK): Ini penyakit yang sempat bikin heboh beberapa waktu lalu. PMK menyerang hewan berkuku belah seperti sapi, kambing, dan domba. Gejalanya antara lain demam tinggi, lemas, air liur berlebihan berbusa, muncul luka-luka lepuh di mulut, lidah, gusi, hidung, puting susu, dan kuku. Hewan jadi susah makan, pincang, dan berat badannya turun drastis. PMK ini menular sangat cepat antarhewan melalui kontak langsung, percikan liur, atau barang yang terkontaminasi. Hewan yang terindikasi PMK sebaiknya tidak dijadikan hewan kurban.
- Lumpy Skin Disease (LSD): Penyakit ini disebabkan virus dan menyerang sapi. Ciri khasnya muncul benjolan-benjolan (nodul) di kulit sekujur tubuh sapi, terutama di leher, punggung, kaki, dan kepala. Benjolan ini bisa pecah dan jadi luka. Sapi yang kena LSD juga bisa demam, lemas, nggak nafsu makan, dan produksi susunya turun. LSD menular antarhewan melalui gigitan serangga (nyamuk, lalat) atau kontak langsung. Kabar baiknya, LSD ini nggak menular ke manusia. Tapi tetap aja, hewan yang sakit LSD sebaiknya nggak jadi pilihan kurban karena kondisinya jelas nggak prima.
- Antraks: Nah, ini penyakit yang paling berbahaya karena bisa menular ke manusia (zoonosis) dan sering berakibat fatal. Antraks disebabkan bakteri Bacillus anthracis yang bisa bertahan lama di tanah dalam bentuk spora. Hewan ternak bisa terinfeksi saat merumput di area yang tercemar spora. Gejalanya bisa mendadak, hewan tiba-tiba demam tinggi, gemetar, sesak napas, kejang, dan mati mendadak. Kadang keluar darah dari lubang tubuh (hidung, mulut, anus) yang nggak menggumpal. Ini yang paling penting: Hewan yang mati mendadak dengan ciri antraks SANGAT BERBAHAYA dan TIDAK BOLEH disembelih atau diolah dagingnya. Bakterinya bisa menyebar saat penyembelihan. Jika menemukan kasus seperti ini, segera laporkan ke dinas peternakan setempat. Penanganan hewan yang diduga antraks harus dilakukan oleh petugas terlatih dengan protokol keamanan tinggi.
Untuk mencegah penyebaran penyakit, pastikan hewan kurban yang kita beli punya Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dari dokter hewan atau petugas berwenang. Beli hewan dari peternak atau lapak yang terpercaya dan diawasi dinas peternakan. Saat hewan tiba di lokasi, tempatkan di kandang yang bersih dan terpisah dari hewan lain kalau bisa, sebelum hari H penyembelihan.
Pentingnya Pelatihan untuk Panitia Qurban¶
Melihat kompleksnya proses pemilihan hingga penyembelihan hewan kurban, pelatihan seperti yang diadakan Fakultas Peternakan UGM ini jadi sangat vital. Bukan cuma buat memastikan syarat sah kurban terpenuhi, tapi juga biar prosesnya bisa dilakukan secara humane (tidak menyakiti hewan secara berlebihan), higienis (bersih), dan aman bagi panitia maupun masyarakat.
Muhammad Rifqi Ardi, salah satu peserta pelatihan dari pengurus masjid di Yogyakarta, ngaku terbantu banget sama materi yang dikasih. Menurut dia, penjelasan dari Pak Nanung soal kriteria hewan kurban yang sah, cara ngecek umur lewat gigi, sampe tata cara penyembelihan sesuai tuntunan Islam itu informatif dan gampang dipahami. “Materinya sangat menarik dan jelas. Kami yang akan bertugas sebagai penyembelih merasa sangat terbantu,” kata Rifqi. Dia berharap pelatihan kayak gini bisa rutin diadakan setiap tahun. Tujuannya, biar para jagal atau panitia kurban tahunan itu selalu update ilmunya. Bener banget ya, ilmunya kan bisa berkembang, tekniknya bisa diperbaiki, dan informasi soal kesehatan hewan juga selalu baru.
Peserta lain, Muhammad Nasir dari Klaten, Jawa Tengah, juga setuju kalau pelatihan ini langkah positif buat bikin ibadah kurban jadi lebih baik, aman, dan sesuai syariat. Dia cerita, proses penyembelihan sekarang udah jauh beda dibanding dulu. “Tidak lagi asal-asalan,” katanya. Sekarang panitia udah mulai belajar teknik menjatuhkan sapi yang bener biar hewannya nggak stres, milih pisau yang super tajam biar prosesnya cepet dan hewan nggak kesakitan lama-lama, sampe merhatiin aspek kebersihan banget dari awal sampe akhir.
Ini menunjukkan kesadaran panitia kurban makin tinggi. Mereka sadar bahwa kurban itu bukan cuma ritual, tapi ada aspek teknis dan etis yang juga harus diperhatikan. Hewan yang dikurbankan juga makhluk hidup yang punya hak untuk diperlakukan dengan baik, bahkan di akhir hidupnya. Teknik penyembelihan yang humane sangat dianjurkan dalam Islam, yaitu dengan pisau tajam, memutuskan saluran napas, saluran makan, dan pembuluh darah di leher dengan sekali sayatan tanpa mengangkat pisau, agar hewan segera tidak sadar dan tidak merasakan sakit berlebihan.
Selain Pak Nanung, pelatihan di UGM kemarin juga ngundang dosen-dosen ahli lainnya. Ada Ir. Cuk Tri Noviandi, S.Pt., M.Anim.St., Ph.D., IPM., ASEAN Eng. yang ngasih materi soal Penanganan Hewan Kurban. Ini penting banget mulai dari proses pengangkutan hewan, penampungan sementara, sampe teknik merobohkan atau menjatuhkan hewan (terutama sapi yang ukurannya besar) dengan aman dan tidak menyakiti. Teknik yang baik bisa mengurangi stres pada hewan sebelum disembelih, yang konon juga bisa berpengaruh ke kualitas dagingnya lho.
Terus ada juga Dr. Ir. Endy Triyannanto, S.Pt., M.Eng., IPM., ASEAN Eng. dan Ir. Rusman, M.P., Ph.D. yang ngebahas soal Pengelolaan Daging Kurban yang Higienis. Nah, ini nggak kalah penting. Daging kurban kan dibagikan ke masyarakat. Proses penanganan daging setelah disembelih, mulai dari pengulitan, pemotongan, pembersihan, sampe pengemasan dan distribusi, harus dilakukan dengan bersih banget biar dagingnya nggak terkontaminasi bakteri atau kuman penyakit. Mereka mungkin jelasin soal pentingnya alat yang bersih, wadah yang steril, suhu penyimpanan yang tepat, sampe cara mendistribusikan yang aman.
Aspek kebersihan ini krusial, apalagi kalau daging mau disimpan atau diolah lebih lanjut. Kontaminasi bisa terjadi di mana aja, mulai dari alas penyembelihan, pisau yang kotor, tangan panitia yang nggak bersih, sampe wadah yang dipakai buat nampung daging. Makanya, pakai sarung tangan, celemek, dan alat yang bersih itu wajib banget. Setelah disembelih dan dikuliti, jeroan juga harus segera dikeluarkan dan dibersihkan terpisah dari daging. Daging merah dan jeroan punya risiko kontaminasi yang beda.
Sebagai tambahan fasilitas buat peserta pelatihan, Fakultas Peternakan UGM juga ngasih layanan asah pisau gratis. Ini keren banget! Kenapa? Karena pisau yang tajam itu adalah kunci penyembelihan yang humane dan efektif. Pisau tumpul bikin prosesnya lama, hewannya kesakitan, dan hasilnya pun kurang rapi. Jadi, panitia yang pisaunya udah tumpul bisa langsung diasah di sana biar cling dan siap pakai pas hari H.
Tips singkat tambahan soal pisau:
* Pilih pisau sembelih yang ukurannya cukup panjang dan bilahnya lurus atau sedikit melengkung.
* Pastikan bilah pisau terbuat dari bahan berkualitas yang gampang diasah dan tetap tajam.
* Ketajaman pisau bisa dites dengan mengiris kertas atau bulu. Kalau mulus tanpa serat, berarti sudah tajam sempurna.
* Asah pisau secara berkala selama proses penyembelihan jika dibutuhkan, karena menyembelih beberapa ekor hewan bisa bikin pisau cepat tumpul.
Semua materi dan fasilitas ini menunjukkan komitmen UGM dalam mendukung pelaksanaan ibadah kurban yang lebih baik, nggak cuma dari sisi syariat, tapi juga dari sisi teknis, etis, dan kesehatan masyarakat. Pelatihan semacam ini membantu panitia kurban untuk makin profesional dalam menjalankan tugas mulianya.
Memilih hewan kurban itu adalah langkah pertama dalam ibadah ini. Jadi, jangan dianggap remeh ya. Pastikan hewan yang kita pilih memenuhi semua syarat: cukup umur (poel), fisiknya sehat, nggak cacat, dan bebas dari penyakit menular yang berbahaya. Kalau ragu, jangan sungkan bertanya ke ahli peternakan, dokter hewan, atau panitia yang berpengalaman. Lebih baik teliti di awal daripada menyesal di akhir dan ibadah kita jadi kurang sempurna.
Semoga dengan persiapan yang matang dalam memilih hewan kurban, ibadah Idul Adha kita tahun ini berjalan lancar, berkah, dan dagingnya bisa dinikmati dengan aman oleh seluruh masyarakat. Ingat, kurban itu wujud ketakwaan dan kepedulian sosial. Memberikan yang terbaik adalah cerminan keikhlasan kita.
Bagaimana pengalamanmu dalam memilih hewan kurban? Punya tips atau pengalaman lain yang mau dibagi? Yuk, share di kolom komentar!
Posting Komentar