Bikin Emosi! 4 Drakor Ini Gambarkan Cinta yang Toxic Abis
Drama Korea memang jagonya bikin baper. Mulai dari kisah cinta manis yang bikin senyum-senyum sendiri, sampai drama-drama penuh konflik yang menguras air mata, drakor selalu sukses menghanyutkan penontonnya. Tapi, nggak semua kisah cinta yang ditayangkan itu ideal atau patut dicontoh, lho.
Realitanya, dalam hubungan asmara itu nggak cuma ada kebahagiaan dan romansa. Ada kalanya, hubungan tersebut justru penuh dengan drama, manipulasi, dan bahkan perilaku yang nggak sehat alias toxic. Kisah-kisah cinta yang toxic ini pun sering diangkat dalam beberapa drama Korea, lho.
Meski bikin emosi dan gregetan saat menontonnya, drama-drama ini justru menarik karena menyajikan sisi gelap dari hubungan antarmanusia. Mereka menggambarkan betapa rumit dan terkadang merusak sebuah ikatan cinta bisa terjadi.
Kalau kamu penasaran atau siap untuk merasakan roller coaster emosi yang bikin naik darah, berikut adalah beberapa rekomendasi drakor yang sukses menggambarkan cinta yang toxic dan bikin penontonnya ikut merasakan dampaknya. Setiap drama ini punya cara unik dalam menunjukkan betapa berbahayanya hubungan yang nggak sehat.
Siap-Siap Gregetan, Ini Daftarnya!¶
The World of the Married¶
Siapa yang nggak kenal drama fenomenal satu ini? The World of the Married sukses bikin seluruh Korea Selatan (dan juga penonton internasional) geregetan dengan kisah perselingkuhan yang dibalut intrik dan balas dendam. Drama ini bukan cuma soal selingkuh biasa, tapi menggambarkan level toxic yang bikin geleng-geleng kepala.
Pusat cerita ada pada Ji Sun-woo, seorang dokter sukses yang hidupnya hancur lebur setelah mengetahui sang suami, Lee Tae-oh, berselingkuh dengan wanita muda kaya raya. Parahnya, sang suami dan teman-teman di sekelilingnya ternyata sudah lama menutup-nutupi kebohongan ini dari Sun-woo.
Ketoxican dalam drama ini terlihat dari berbagai sisi. Tae-oh bukan hanya selingkuh, tapi juga melakukan gaslighting, memanipulasi, dan bahkan melakukan kekerasan terhadap Sun-woo. Dia merasa berhak atas segalanya dan nggak mau mengakui kesalahannya, malah menyalahkan Sun-woo.
Hubungan antara Tae-oh dan pelakor, Yeo Da-kyung, juga nggak kalah toxic di kemudian hari. Mereka membangun rumah tangga di atas penderitaan orang lain, dan fondasi yang rapuh itu terus digerogoti rasa curiga, ketidakpercayaan, dan beban masa lalu. Drama ini dengan brutal menunjukkan siklus toxic yang sulit diputus.
Akting para pemainnya, terutama Kim Hee-ae sebagai Ji Sun-woo, Park Hae-joon sebagai Lee Tae-oh, dan Han So-hee sebagai Yeo Da-kyung, memang patut diacungi jempol. Mereka berhasil membawakan karakter-karakter yang kompleks dan penuh defect ini dengan sangat meyakinkan, bikin penonton ikut merasakan sakit hati dan kemarahan mereka.
Drama ini nggak ragu menampilkan adegan-adegan yang intens dan konfrontatif, menggambarkan secara realistis betapa menghancurkannya perselingkuhan dan kebohongan dalam sebuah pernikahan. Toxic relationship di sini digambarkan nggak hanya merusak pasangan, tapi juga orang-orang di sekitarnya, termasuk anak-anak. The World of the Married mengajarkan banyak hal tentang batas dalam hubungan dan pentingnya harga diri.
Setiap episode The World of the Married dipenuhi ketegangan yang bikin deg-degan. Penonton dibuat penasaran bagaimana Sun-woo akan membalas dendam dan bagaimana Tae-oh akan menghadapi konsekuensi dari perbuatannya. Drama ini benar-benar menguji kesabaran dan emosi penonton, membuktikan bahwa cerita tentang cinta yang toxic bisa sangat memikat dan relevan.
Toxic-nya drama ini bukan cuma pada perselingkuhan, tapi juga pada bagaimana karakter-karakter utamanya terjebak dalam lingkaran setan balas dendam dan kehancuran diri. Mereka saling menyakiti dengan cara yang paling dalam, menunjukkan bahwa kebencian dan dendam bisa sama merusaknya dengan cinta yang salah tempat.
Nevertheless¶
Drama yang satu ini punya pendekatan yang lebih slice-of-life dan modern dalam menggambarkan hubungan toxic, terutama di kalangan anak muda. Nevertheless berkisah tentang Yoo Na-bi, mahasiswi seni yang baru saja putus dari pacarnya yang manipulatif dan posesif. Dia bersumpah nggak akan percaya cinta lagi.
Namun, sumpahnya goyah saat dia bertemu Park Jae-eon, teman kuliahnya yang super tampan, karismatik, dan punya vibe kupu-kupu misterius. Jae-eon ini tipe cowok yang suka tebar pesona ke banyak wanita, nggak mau pacaran, tapi perilakunya ke Na-bi sering kali seperti sedang menjalin hubungan eksklusif.
Nah, di sinilah letak toxic-nya. Jae-eon memberikan sinyal yang sangat membingungkan. Dia melakukan hal-hal romantis, menghabiskan waktu berdua, tapi selalu menghindari label ‘pacaran’. Dia jelas-jelas bermain-main dengan perasaan Na-bi, yang pada dasarnya menginginkan hubungan yang jelas dan serius.
Sementara itu, Na-bi sendiri juga terjebak dalam pusaran ini karena daya tarik Jae-eon dan trauma masa lalu. Dia tahu Jae-eon itu red flag, tapi sulit sekali melepaskan diri. Dia terus berharap Jae-eon akan berubah atau akhirnya mau berkomitmen padanya. Ini menggambarkan bagaimana seseorang bisa tetap berada dalam hubungan yang jelas-jelas nggak sehat karena berbagai alasan, termasuk rasa kesepian atau harapan semu.
Drama ini menampilkan chemistry yang kuat antara Han So-hee sebagai Na-bi dan Song Kang sebagai Jae-eon. Akting mereka berhasil membuat penonton gemas sekaligus frustrasi. Adegan-adegan mesra yang diselingi keraguan dan ketidakpastian membuat hubungan mereka terasa sangat nyata, namun juga bikin geregetan karena toxicnya.
Nevertheless sukses memicu banyak diskusi di kalangan penonton tentang definisi toxic relationship di era modern, terutama dalam budaya ‘friends with benefits’ atau hubungan tanpa status. Drama ini dengan gamblang menunjukkan bagaimana manipulasi emosional dan ketidakjelasan status bisa sangat merusak mental seseorang yang menginginkan kepastian.
Meskipun ada karakter lain yang lebih ‘green flag’ di sekitar Na-bi, daya tarik hubungan yang problematik antara Na-bi dan Jae-eon lah yang menjadi fokus utama drama ini. Ini adalah representasi yang menyakitkan dari hubungan di mana satu pihak jelas-jelas memegang kendali emosional dan pihak lainnya terjebak dalam harapan palsu.
Cheese in the Trap¶
Drama ini juga mengambil setting di kampus, tapi dengan jenis toxic yang sedikit berbeda. Cheese in the Trap bercerita tentang Hong Seol, mahasiswi biasa yang cerdas dan pekerja keras. Hidupnya berubah setelah dia berurusan dengan Yoo Jung, seniornya yang kaya, tampan, populer, dan tampak sempurna di mata orang lain.
Namun, Hong Seol mulai menyadari ada sesuatu yang janggal dari Yoo Jung. Di balik senyum manis dan sikap ramahnya, Yoo Jung punya sisi gelap dan manipulatif. Dia suka memainkan pikiran orang lain, menyingkirkan siapa pun yang dia anggap mengganggu atau mengancam, dan melakukan itu semua dengan sangat halus dan tanpa jejak.
Hubungan mereka dimulai dengan rumit. Yoo Jung awalnya sepertinya membenci Hong Seol, lalu tiba-tiba bersikap manis dan mengajaknya pacaran. Hong Seol yang bingung dan curiga akhirnya menerima, tapi dia terus bergulat dengan keraguan dan rasa takut terhadap sifat asli Yoo Jung.
Toxic-nya hubungan ini ada pada manipulasi psikologis yang dilakukan Yoo Jung. Dia tidak melakukan kekerasan fisik, tapi dia mengendalikan orang lain, membuat situasi sulit bagi mereka, dan menyembunyikan niat aslinya. Dia membuat Hong Seol merasa tidak aman dan selalu menebak-nebak.
Hong Seol sendiri sering kali terjebak dalam dilema. Dia melihat sisi baik Yoo Jung dan merasakan ketertarikan, tapi pada saat yang sama dia juga menyaksikan atau merasakan langsung sisi gelapnya. Perjuangan batin Hong Seol ini sangat relatable bagi siapa pun yang pernah berada dalam hubungan dengan seseorang yang sulit ditebak atau manipulatif.
Drama ini, yang diadaptasi dari webtoon populer, berhasil menampilkan kompleksitas karakter Yoo Jung. Dia bukan penjahat murni, tapi perilakunya jelas-jelas toxic dan merusak. Cheese in the Trap membuat penonton berpikir keras tentang apa itu normal dalam sebuah hubungan dan seberapa jauh manipulasi bisa dianggap ‘wajar’.
Meskipun akhir dramanya cukup kontroversial bagi sebagian penggemar webtoon, Cheese in the Trap tetap menjadi contoh kuat dari drama yang menggambarkan hubungan toxic yang sulit dikenali dari luar. Ini menunjukkan bahwa bahaya dalam hubungan tidak selalu terlihat jelas, kadang bersembunyi di balik senyum paling menawan.
Secret (2013)¶
Judulnya saja sudah Secret, menggambarkan betapa banyak rahasia dan kebohongan yang menyelimuti drama satu ini. Drama klasik tahun 2013 ini dikenal dengan plotnya yang intens dan melodrama yang kental, serta menggambarkan salah satu hubungan paling toxic di drakor.
Ceritanya berawal dari insiden tabrak lari yang menewaskan pacar Min Hyuk, seorang chaebol (anak konglomerat) yang dingin dan penuh amarah. Kang Yoo Jung, pacar dari pelakunya (yang sebenarnya adalah teman Min Hyuk), malah mengaku sebagai pelakunya demi melindungi pacarnya. Dia masuk penjara dan hidupnya hancur.
Min Hyuk yang dendam kesumat bersumpah akan menghancurkan Kang Yoo Jung, wanita yang dia yakini telah membunuh pacarnya. Dia melakukan berbagai cara kejam untuk menyiksa Yoo Jung secara emosional dan fisik setelah Yoo Jung keluar dari penjara.
Di sinilah toxic-nya berada di level yang mengerikan. Min Hyuk memperlakukan Yoo Jung dengan penuh kebencian, merendahkan, dan menyiksanya sebagai bentuk balas dendam. Namun, seiring berjalannya waktu, Min Hyuk mulai melihat ketulusan dan penderitaan Yoo Jung, dan tanpa sadar dia mulai jatuh cinta padanya.
Yang membuat hubungan ini sangat toxic adalah bagaimana cinta tumbuh dari kebencian dan siksaan. Yoo Jung, yang awalnya korban, juga memiliki perasaan yang rumit terhadap Min Hyuk, sebagian karena ketergantungan, sebagian karena melihat sisi rapuh Min Hyuk, dan sebagian lagi mungkin karena sindrom Stockholm (mengembangkan perasaan positif terhadap penyiksa).
Akting luar biasa dari Ji Sung sebagai Min Hyuk dan Hwang Jung-eum sebagai Kang Yoo Jung benar-benar menghidupkan karakter-karakter yang tersiksa ini. Mereka berhasil membuat penonton merasakan kepedihan, kemarahan, dan kebingungan yang dialami karakter mereka dalam pusaran hubungan yang merusak ini.
Secret bukanlah drama yang mudah ditonton karena menampilkan banyak penderitaan dan ketidakadilan. Namun, drama ini sangat kuat dalam menggambarkan bagaimana trauma, dendam, dan rahasia bisa menciptakan ikatan yang sangat toxic, di mana cinta dan benci bercampur menjadi satu hingga sulit dibedakan. Ini adalah contoh ekstrem dari hubungan di mana kekuasaan dan kontrol digunakan untuk menyakiti, namun ironisnya malah menumbuhkan keterikatan yang salah kaprah.
Menonton drama-drama ini memang bisa menguras emosi. Mereka mengingatkan kita bahwa cinta tidak selalu indah dan hubungan bisa menjadi rumit, bahkan merusak. Tapi di sisi lain, drama-drama ini juga bisa membuka mata kita tentang tanda-tanda toxic relationship dan betapa pentingnya menjaga kesehatan mental serta harga diri dalam setiap ikatan.
Apakah kamu pernah menonton salah satu drama di atas? Atau mungkin kamu punya rekomendasi drakor lain yang juga menggambarkan cinta toxic? Yuk, share pendapatmu di kolom komentar!
Posting Komentar