Intip Buku Baru Reza Rahadian, 'Mereka yang Pertama': Ada Apa di Baliknya?
Reza Rahadian, salah satu aktor paling diakui di Indonesia, baru saja merayakan dua dekade perjalanannya di dunia seni peran. Bukan dengan pesta meriah, melainkan dengan cara yang lebih intim dan penuh makna: merilis sebuah buku. Buku perdana Reza ini diberi judul “Mereka yang Pertama,” sebuah karya yang lahir dari hati sebagai bentuk apresiasi mendalam kepada sosok-sosok penting yang telah membukakan jalan baginya di awal karier.
Proyek buku ini diakui Reza sebagai upaya yang sangat personal. Ia ingin menelusuri kembali ingatannya, merangkul kembali setiap individu yang pernah singgah dan memberikan pengaruh besar dalam hidupnya. Lebih dari itu, buku ini juga menjadi semacam refleksi atas perjalanan panjangnya di industri kreatif yang penuh warna dan tantangan. Bagi Reza, mengenang mereka yang pertama adalah cara untuk tetap membumi dan menghargai setiap langkah yang telah dilalui.
Sinopsis Singkat Buku “Mereka yang Pertama”¶
Jadi, apa sebenarnya isi dari buku “Mereka yang Pertama” ini? Buku setebal 178 halaman ini merupakan kumpulan cerita dan dokumentasi emosional dari Reza Rahadian tentang orang-orang yang berperan vital di masa-masa awal kariernya. Reza menggambarkan buku ini sebagai potret hubungan-hubungan yang secara langsung atau tidak langsung telah membentuk dirinya menjadi aktor dan pribadi seperti sekarang.
Saat konferensi pers peluncuran buku di Bentara Budaya Jakarta, Senin (28/4/2025), Reza bercerita tentang proses di baliknya. “Jadi saya mengingat-ingat kembali, siapa saja individu-individu ini, dan untuk bisa mengingat, saya harus merenungkan kembali, ‘Oh ya perjalanan hidup hidup dulu pernah apa ya? Pernah ketemu siapa ya’,” ujarnya, mengenang proses kontemplasi yang ia lalui. Ini bukan sekadar daftar nama, tapi cerita lengkap tentang pengalaman pribadinya bersama orang-orang tersebut.
Siapa saja mereka yang masuk dalam daftar “Mereka yang Pertama” versi Reza? Ada ibunda tercinta, sosok paling fundamental yang selalu ada dan memberikan dukungan tanpa syarat sejak hari pertama. Lalu, ada sutradara pertamanya, orang yang memberikan kesempatan profesional pertama bagi Reza untuk berakting dan menunjukkan bakatnya di depan kamera. Tak lupa, ia juga mengenang mendiang pendiri majalah Aneka Yess!, sebuah platform yang sangat penting di eranya, yang turut memperkenalkan nama Reza Rahadian ke publik luas dan menjadi batu loncatan awal.
“Buku ini berisikan tentang orang-orang yang menurut saya membukakan jalan pertama kali… Jadi itu yang melatarbelakangi mengapa judulnya Mereka Yang Pertama,” tegas Reza, menjelaskan inti dari karyanya ini. Konsep “pertama” ini memang powerful; sutradara pertama, kesempatan pertama, orang pertama yang percaya. Semua ‘pertama’ itu meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dan membentuk fondasi kuat bagi kariernya yang gemilang.
Buku ini tidak hanya sekadar autobiografi parsial, tapi lebih terasa seperti surat terima kasih yang dipublikasikan. Sebuah pengingat bahwa tidak ada kesuksesan yang diraih sendirian, selalu ada tangan-tangan lain yang membantu mendorong, membimbing, atau sekadar percaya pada potensi yang ada. Reza ingin membagikan kisah tentang pilar-pilar di awal perjalanannya, memperlihatkan betapa pentingnya peran mereka dalam membentuk karier dan karakternya hingga mencapai titik sekarang, sebagai salah satu aktor paling dihormati di Indonesia.
Menulis: Lebih dari Sekadar Hobi, Ini Media Refleksi Diri bagi Reza¶
Bagi Reza, menulis buku ini ternyata punya makna lebih dari sekadar proyek perayaan 20 tahun karier. Ia menemukan bahwa menulis adalah bentuk ekspresi yang berbeda dari berakting, dan sekaligus menjadi media refleksi diri yang ampuh. “Menulis juga adalah bentuk ekspresi. Jadi saya bersyukur bahwa saya bisa memulai karya ini…,” katanya, menunjukkan rasa terima kasih atas kesempatan untuk mengeksplorasi sisi kreatifnya melalui kata-kata.
Ia menyadari betul betapa pentingnya mendokumentasikan perjalanan kreatifnya. Jika selama ini jejaknya terabadikan melalui film-film yang ia bintangi, kali ini ia memilih medium tulisan untuk menangkap nuansa yang lebih personal, lebih introspektif. Reza berharap, langkahnya ini bisa mendorong dirinya sendiri untuk terus mengeksplorasi medium lain, dan bahkan mungkin menginspirasi teman-teman sesama pemain atau aktor lainnya untuk melakukan hal serupa.
Yang menarik, proses menulis buku 178 halaman ini ternyata tidak memakan waktu lama, hanya sekitar 2,5 bulan. Reza mengakui tidak ada kesulitan berarti dalam menuangkan pikirannya ke dalam tulisan. Kenapa bisa begitu cepat dan lancar? Ternyata, Reza memiliki jurnal pribadi yang ia tulis sejak tahun 2004. Jurnal inilah yang menjadi ‘harta karun’ dan sumber utama baginya untuk mengingat kembali detail-detail penting di awal karier.
“Saya tuh baca beberapa jurnal kayak, ‘Oh tanggal ini,’ ternyata di jurnal saya tuh tertulis, misalnya 15 April 2005. ‘Itu kan tanggal pertama kali saya ada di sebuah gedung, oh iya ada catatannya.’ Itu membuat saya kayaknya, saya harus menulis deh sesuatu,” tuturnya, menjelaskan momen pencerahan yang ia dapatkan saat membaca kembali catatan-catatan lamanya. Memiliki catatan harian atau jurnal memang sangat membantu dalam proses mengenang dan merekonstruksi kembali peristiwa-peristiwa penting di masa lalu, memberikan detail yang mungkin sudah terlupakan oleh ingatan biasa.
Pengalaman ini menunjukkan betapa menulis, dalam bentuk jurnal pribadi sekalipun, bisa menjadi alat yang sangat berharga. Bukan hanya untuk merekam kejadian, tetapi juga untuk menangkap emosi, pikiran, dan perjuangan yang menyertai setiap langkah. Bagi seorang seniman seperti Reza, jurnal ini menjadi bukti perjalanan, sumber refleksi, dan pada akhirnya, material mentah yang berharga untuk diolah menjadi sebuah karya seperti “Mereka yang Pertama”. Ini adalah bukti bahwa setiap catatan kecil bisa memiliki arti besar di kemudian hari.
Mengapa “Mereka yang Pertama” Begitu Berarti?¶
Buku “Mereka yang Pertama” lebih dari sekadar catatan sejarah karier Reza Rahadian. Judulnya sendiri sudah menunjukkan fokus utamanya: bukan tentang pencapaian besar di puncak karier, melainkan tentang fondasi dan dukungan awal yang membentuk semuanya. Ini adalah ode untuk para pahlawan tanpa tanda jasa dalam perjalanan seorang bintang.
Di dunia hiburan yang serba cepat dan kompetitif, seringkali fokus hanya tertuju pada kesuksesan yang terlihat di permukaan. Namun, Reza mengingatkan kita bahwa di balik setiap kesuksesan, selalu ada cerita tentang perjuangan, bimbingan, dan kepercayaan yang diberikan oleh orang-orang terdekat. Buku ini adalah pengakuan jujur tentang fakta itu. Ini adalah cara Reza mengatakan, “Saya tidak sampai di sini sendirian.”
Setiap bab yang didedikasikan untuk satu sosok ‘pertama’ kemungkinan besar berisi detail-detail personal yang belum pernah terungkap di media. Bagaimana ibunya meyakinkannya untuk mencoba dunia akting? Apa momen paling berkesan saat bekerja dengan sutradara pertamanya? Bagaimana peran majalah Aneka Yess! benar-benar membuka pintu pertama yang ia injak di industri ini? Pertanyaan-pertanyaan ini yang membuat buku ini menarik, bukan hanya bagi penggemar Reza, tetapi juga bagi siapapun yang tertarik dengan proses di balik sebuah kesuksesan.
Ini juga bisa dilihat sebagai legacy project. Di usianya yang ke-37 dan setelah 20 tahun berkarier, Reza tidak hanya meninggalkan jejak melalui karya aktingnya, tetapi juga melalui narasi tertulis tentang nilai-nilai yang ia pegang: rasa syukur, penghargaan, dan pentingnya mengingat asal-usul. Buku ini menjadi semacam pengingat bagi dirinya sendiri dan mungkin bagi pembaca, bahwa setiap pencapaian besar berakar pada langkah-langkah kecil yang didukung oleh orang-orang hebat.
Dalam banyak wawancara dan kesempatan, Reza dikenal sebagai sosok yang humble meskipun prestasinya luar biasa. Buku ini semakin memperkuat citra tersebut. Ia memilih untuk menyoroti peran orang lain, bukan hanya dirinya sendiri. Ini adalah pelajaran penting tentang kerendahan hati dan pengakuan kontribusi orang lain, sebuah nilai yang patut dicontoh di bidang apapun. “Mereka yang Pertama” adalah bukti nyata dari prinsip tersebut yang diwujudkan dalam sebuah buku.
Soal Target Penjualan: Bukan Bestseller, yang Penting Diterima¶
Ini mungkin salah satu pernyataan yang paling fresh dari Reza Rahadian terkait perilisan bukunya. Ia dengan santai mengungkapkan bahwa dirinya tidak memasang target besar terkait angka penjualan buku “Mereka yang Pertama”. Berbeda dengan industri film yang seringkali diukur dari kesuksesan box office, Reza tampaknya memiliki tolok ukur yang berbeda untuk karya tulisnya ini.
“Jujur saya gak punya tolak ukur buku sekarang yang dibilang bestseller tuh, minimal berapa gitu,” katanya terus terang. Ini menunjukkan bahwa motivasi utama di balik penerbitan buku ini bukanlah keuntungan komersial atau mengejar predikat bestseller. Fokusnya murni pada personal fulfillment dan berbagi cerita.
Harapan terbesarnya hanyalah satu: agar bukunya bisa diterima dengan baik oleh pembaca. Ini adalah target yang lebih emosional dan subjektif, bukan kuantitatif. Ia ingin karyanya ini bisa sampai ke tangan pembaca dan memberikan makna, atau setidaknya menghibur dan memberikan perspektif baru.
Namun, bukan berarti ia tidak realistis. Ia menyebutkan bahwa cetakan pertama buku ini berjumlah 3.000 eksemplar. Angka ini mungkin terbilang cukup lumayan untuk cetakan perdana sebuah buku non-fiksi dari seorang figur publik. Reza menambahkan, “Nah, 3.000 itu kalau ga salah cetakan pertama. Jadi mungkin kita lihat nanti gimana, kalau ini misalnya cepat lakunya ya alhamdulillah ada cetakan kedua.” Pernyataan ini menunjukkan sikap optimis namun tetap santai terhadap potensi bukunya di pasar. Jika memang banyak yang suka dan cepat habis, ia bersyukur dan siap untuk mencetak ulang.
Mengenai format, Reza mengonfirmasi bahwa hingga saat ini, buku “Mereka yang Pertama” hanya tersedia dalam format fisik. Belum ada pembahasan atau rencana untuk merilisnya dalam versi digital seperti Kindle atau e-book lainnya. Keputusan ini mungkin disengaja untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih tradisional dan personal, sesuai dengan nuansa cerita yang ia bagikan. Buku fisik seringkali dianggap memiliki nilai sentimental tersendiri, apalagi untuk sebuah karya yang sangat personal seperti ini.
Bagi yang sudah tidak sabar ingin membacanya, catat tanggalnya baik-baik! Buku “Mereka yang Pertama” akan mulai tersedia dan bisa dibeli di semua outlet Gramedia di seluruh Indonesia mulai tanggal 7 Mei mendatang. Jadi, siapkan diri kamu untuk menyelami kisah-kisah awal perjalanan Reza Rahadian melalui mata dan ingatannya sendiri.
Buku ini di Mata Reza Rahadian: Legacy dan Bentuk Syukur¶
Merayakan dua dekade karier adalah pencapaian besar bagi siapapun, terutama di industri sekompetitif perfilman. Reza Rahadian memilih cara yang unik dan bermakna untuk menandai momen ini: dengan berbagi cerita tentang orang-orang yang membantunya berdiri. Bagi Reza, buku “Mereka yang Pertama” ini seolah menjadi legacy dalam bentuk yang berbeda. Bukan tentang film-film yang telah ia bintangi, tapi tentang perjalanan personal dan nilai-nilai yang ia pegang.
Ini adalah cara Reza untuk meninggalkan jejak yang lebih introspektif dan manusiawi. Di mata publik, ia mungkin dikenal karena kemampuan aktingnya yang luar biasa dan peran-peran ikonik yang ia hidupkan. Namun melalui buku ini, ia membuka pintu ke sisi yang lebih vulnerable dan penuh rasa syukur. Ia memperlihatkan bahwa di balik layar sorotan, ada cerita tentang dukungan, kepercayaan, dan hubungan personal yang membentuknya.
Buku ini juga bisa dilihat sebagai bentuk syukur yang paling tulus. Alih-alih mengadakan gala atau perayaan besar-besaran, Reza memilih untuk mengucapkan terima kasih secara mendalam kepada individu-individu spesifik yang berada di garis depan perjalanannya. Ini adalah pengakuan publik terhadap pentingnya peran mereka. Di dunia yang seringkali individualistis, sikap Reza ini menjadi pengingat yang kuat tentang nilai kebersamaan dan saling dukung.
Mengabadikan cerita ini dalam bentuk buku fisik menambah nilai keabadian pada rasa syukurnya. Buku bisa disimpan, dibaca ulang, bahkan diwariskan. Ini berbeda dengan ucapan terima kasih yang hanya sesaat. “Mereka yang Pertama” akan selamanya menjadi bukti tertulis tentang siapa saja yang berdiri di samping Reza ketika ia pertama kali melangkahkan kaki ke dunia yang kini menjadi panggung utamanya.
Keputusan untuk merilis buku di momen 20 tahun berkarier ini terasa sangat pas. Ini bukan hanya selebrasi, tapi juga pause sejenak untuk melihat ke belakang, menghargai perjalanan, dan memberikan penghormatan kepada mereka yang telah berjasa. Buku ini melengkapi potret Reza Rahadian, menunjukkan bahwa di balik bakat aktingnya yang brilian, ia adalah pribadi yang reflektif, bersyukur, dan tidak pernah lupa pada akarnya.
Siapa yang Cocok Membaca Buku Ini?¶
Mungkin kamu berpikir, buku ini hanya untuk penggemar berat Reza Rahadian. Tentu saja, para penggemar akan menjadi pembaca utama yang antusias. Mereka akan mendapatkan wawasan eksklusif tentang sisi personal idolanya dan cerita-cerita di balik layar yang membentuk kariernya. Namun, sebenarnya buku “Mereka yang Pertama” memiliki daya tarik yang lebih luas.
Pertama, bagi para calon atau pelaku industri kreatif, terutama di bidang seni peran atau hiburan. Buku ini menawarkan pandangan otentik tentang bagaimana perjalanan karier dimulai, tantangan di awal, dan betapa pentingnya networking serta dukungan dari orang lain. Ini bisa menjadi sumber inspirasi dan pelajaran berharga bahwa setiap profesional sukses pasti pernah melewati masa-masa awal yang penuh ketidakpastian.
Kedua, bagi siapapun yang tertarik dengan kisah-kisah inspiratif tentang perjalanan hidup dan karier. Cerita tentang Reza Rahadian yang merangkak dari bawah dan kini menjadi salah satu aktor terbaik Indonesia sudah tentu menginspirasi. Namun, fokus buku ini pada orang-orang yang membantunya di awal menambah dimensi baru. Ini mengingatkan kita untuk selalu menghargai setiap bantuan, sekecil apapun itu, dalam mencapai impian kita.
Ketiga, bagi mereka yang menghargai nilai refleksi dan rasa syukur. Buku ini adalah studi kasus tentang bagaimana mengenang masa lalu dengan penuh rasa terima kasih bisa menjadi proses yang menyembuhkan dan membumi. Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern yang serba cepat, mengambil waktu untuk merenung dan menghargai peran orang lain adalah sesuatu yang patut diteladani.
Terakhir, bagi siapa saja yang suka membaca dan ingin menikmati narasi personal yang ditulis dengan gaya jujur dan mengalir. Berdasarkan pengalaman Reza menulis jurnal, kemungkinan besar gaya penulisannya dalam buku ini akan terasa sangat otentif dan personal, mengajak pembaca untuk benar-benar masuk ke dalam ingatannya. Jadi, jika kamu mencari bacaan yang heartwarming dan penuh makna, buku ini patut dipertimbangkan.
Buku “Mereka yang Pertama” tampaknya bukan sekadar buku biografi selebriti biasa. Ini adalah undangan untuk melihat lebih dalam, merenungkan pentingnya dukungan di awal perjalanan, dan merayakan orang-orang yang mungkin tidak selalu menjadi sorotan, tetapi perannya sangat krusial.
Suasana Peluncuran: Refleksi dan Kebersamaan¶
Meski tidak banyak detail spesifik tentang suasana peluncuran bukunya yang disampaikan dalam artikel asli, kita bisa membayangkan betapa personal dan penuh harunya acara tersebut, terutama mengingat tema buku ini. Berdasarkan foto-foto yang beredar dari konferensi pers di Bentara Budaya Jakarta (28/4/2025), Reza Rahadian tampak tenang namun bersemangat saat berbicara tentang proyek barunya ini.
Bentara Budaya sendiri dikenal sebagai tempat yang sering menjadi tuan rumah acara-acara budaya dan seni, memberikan nuansa yang pas untuk peluncuran buku yang bersifat reflektif dan apresiatif terhadap perjalanan seni peran. Kemungkinan besar, acara tersebut dihadiri oleh rekan-rekan terdekat Reza, insan perfilman, serta perwakilan dari media dan penerbit.
Momen saat Reza bercerita tentang bagaimana ia menemukan kembali catatannya di jurnal lama pasti terasa sangat intim. Pengakuan tentang proses menulis yang terbantu oleh kebiasaan journaling sejak 2004 juga menunjukkan sisi teratur dan perenung dari seorang Reza Rahadian yang mungkin jarang terlihat di publik. Ini bukan aktor yang sekadar berakting, tapi juga pribadi yang mendokumentasikan dan merefleksikan setiap langkahnya.
Kehadiran orang-orang terdekat yang diceritakan dalam buku ini, jika memang mereka hadir, pasti menambah kedalaman emosi acara peluncuran. Bayangkan momen ketika Reza berbicara tentang peran ibunya atau sutradara pertamanya di depan mereka. Itu pasti akan menjadi momen yang sangat mengharukan dan penuh rasa syukur.
Acara peluncuran seperti ini juga menjadi kesempatan bagi Reza untuk secara langsung menyampaikan pesan di balik bukunya kepada publik. Bahwa 20 tahun berkarier bukanlah garis finis, melainkan momen untuk berhenti sejenak, melihat ke belakang, dan mengucapkan terima kasih. Ini adalah perayaan yang internal, namun dampaknya diharapkan bisa menyentuh banyak orang. Suasana yang terbangun pasti terasa hangat, penuh penghargaan, dan menginspirasi.
Lebih dari Sekadar Buku Biografi: Merenungi Arti Dukungan¶
Sekilas, “Mereka yang Pertama” mungkin terlihat seperti potongan biografi. Namun, Reza sendiri tampaknya ingin menekankan bahwa fokusnya bukan pada dirinya sebagai pusat cerita, melainkan pada sosok-sosok di sekitarnya yang berperan penting. Ini yang membuat buku ini berbeda. Ini adalah narasi yang berpusat pada hubungan dan dampak orang lain dalam hidup seseorang.
Buku ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti dari dukungan. Di setiap perjalanan meraih mimpi, ada kalanya kita merasa sendirian. Namun, kisah Reza mengingatkan kita bahwa seringkali ada seseorang yang diam-diam (atau terang-terangan) memberikan semangat, kesempatan, atau kepercayaan yang sangat kita butuhkan. “Mereka yang Pertama” adalah pengingat untuk tidak pernah melupakan jasa orang-orang tersebut.
Konsep “orang-orang yang membukakan jalan pertama kali” sangat kuat. Dalam hidup, pintu pertama adalah yang paling sulit untuk dibuka. Mungkin karena kurang pengalaman, kurang percaya diri, atau tidak tahu harus mulai dari mana. Sosok yang membukakan pintu itu adalah kunci. Buku Reza merayakan peran kunci tersebut.
Ini juga bisa menjadi cermin bagi pembaca. Siapa saja mereka yang pertama dalam hidup atau karier kita sendiri? Orang tua, guru, mentor, teman, bahkan mungkin seseorang yang memberikan kesempatan kecil yang ternyata berdampak besar. Buku ini bisa memprovokasi kita untuk berhenti sejenak dan mengidentifikasi serta menghargai “Mereka yang Pertama” dalam kisah hidup kita masing-masing.
Dengan segala detail yang ia bagikan, mulai dari proses menulis yang terbantu jurnal lama, hingga sikapnya yang santai soal target penjualan, Reza Rahadian memberikan gambaran yang utuh tentang motivasi dan makna di balik buku “Mereka yang Pertama”. Ini adalah karya yang datang dari hati, lahir dari proses refleksi yang dalam, dan dipersembahkan sebagai wujud syukur kepada orang-orang yang telah berjasa.
Gimana nih, setelah intip-intip isinya, jadi makin penasaran kan sama buku “Mereka yang Pertama” karya Reza Rahadian ini? Siap buat berburu bukunya di Gramedia mulai 7 Mei nanti? Yuk, sharing pendapat kamu di kolom komentar!
Posting Komentar