Lolos UTBK SNBT 2025: 10 Soal PPU + Trik Jitu!

Table of Contents

Lolos UTBK SNBT 2025

Komponen Pengetahuan dan Pemahaman Umum (PPU) itu bagian krusial dari Tes Potensi Skolastik (TPS) di UTBK SNBT. Sekilas, tes ini kayak ujian Bahasa Indonesia biasa. Tapi, bedanya PPU lebih dalam lagi, fokusnya ke pengetahuan yang umum di lingkungan budaya Indonesia. Jadi, bukan sekadar grammar atau arti kata, melainkan juga pemahaman konteks sosial dan budaya.

Ada banyak materi yang dicakup di PPU. Mulai dari nyari ide pokok, makna kata, sampai nentuin kesesuaian wacana. Kamu juga bakal diuji soal hubungan antarkalimat dan antarparagraf, perumpamaan, frasa, sinonim, sampai kalimat efektif. Untuk bisa jago di PPU, ada dua tips ampuh yang sering disarankan: banyak membaca dan rajin latihan soal. Dua kebiasaan ini kunci banget buat ningkatin kemampuan PPU kamu.

Membaca itu penting karena PPU menguji pemahaman konteks yang luas. Semakin banyak kamu membaca berita, artikel, atau bahkan buku, semakin kaya wawasan dan kosakata kamu. Ini bakal ngebantu banget saat ketemu teks atau pertanyaan yang pakai bahasa sehari-hari tapi butuh pemahaman mendalam. Selain itu, sering latihan soal PPU bikin kamu terbiasa sama format pertanyaan dan cara kerjanya.

Latihan soal itu kayak simulasi perang. Kamu jadi tahu kelemahanmu di bagian mana dan bisa fokus perbaiki. Dari setiap soal yang salah, kamu bisa pelajari kenapa salahnya dan gimana cara dapetin jawaban yang benar. Ini jauh lebih efektif daripada cuma baca materi tanpa pernah coba aplikasikan. Makanya, latihan soal PPU itu wajib hukumnya kalau mau lolos UTBK SNBT.

Nah, biar makin siap, yuk kita bedah bareng 10 contoh soal PPU yang bisa jadi amunisi kamu buat UTBK SNBT 2025. Soal-soal ini lumayan representatif lho buat nguji pemahaman kamu. Langsung aja kita mulai!

10 Contoh Soal Pengetahuan dan Pemahaman Umum UTBK SNBT

Kita mulai dengan satu teks yang bakal jadi dasar buat beberapa soal pertama. Baca teksnya baik-baik ya, pahami isinya sebelum lanjut ke pertanyaan. Ingat, pahami konteks dan makna, bukan cuma kata per kata.

Teks untuk soal nomor 1-4:

(1) Literasi media bertujuan agar generasi muda dapat melek teknologi. (2) Dengan literasi media, diharapkan generasi muda dapat memahami bagaimana pemanfaatan media digital. (3) Literasi media membantu generasi muda mengembangkan pemahaman yang lebih baik. (4) Literasi media juga membantu generasi muda untuk dapat mengendalikan pengaruh media dalam kehidupan sehari-hari. (5) Adanya internet untuk media sosial menyebabkan penyebaran hoax sangat mudah. (6) Inilah yang membuat pentingnya literasi media bagi generasi muda yang sedang berkembang dan mencari segala hal yang ingin diketahui. (7) Media digunakan oleh anak-anak harus ada pengawasan dari orang tua. (8) Edukasi (....) orang tua dan guru sangat penting (.....) generasi muda dikenal sebagai generasi yang suka kebebasan. (9) Untuk itu, tugas orang tua, guru, dan orang-orang di sekitarnya adalah memantau penggunaan media sosial anak.

Soal Nomor 1

Kata diharapkan dalam kalimat (2) seharusnya ......

A. dibiarkan saja (sudah benar)
B. diganti harapnya
C. diganti diharap
D. didahului kata yang
E. dihilangkan karena mubazir

Jawaban: A. dibiarkan saja (sudah benar)

Pembahasan: Mari kita analisis kata ‘diharapkan’ di kalimat (2). Kalimatnya berbunyi, “Dengan literasi media, diharapkan generasi muda dapat memahami bagaimana pemanfaatan media digital.” Kata ‘diharapkan’ di sini menggunakan imbuhan di-kan, membentuk kata kerja pasif. Subjek yang diharapkan (generasi muda memahami pemanfaatan media digital) sudah jelas dari konteks kalimat sebelumnya dan sesudahnya. Struktur “diharapkan + [objek/klausa]” ini sudah benar dalam bahasa Indonesia untuk menyatakan harapan atau ekspektasi yang dikenakan pada sesuatu atau seseorang. Pilihan B (‘harapnya’) mengubah kata kerja menjadi kata keterangan kepemilikan, tidak tepat. Pilihan C (‘diharap’) mengubah imbuhan, meskipun ‘diharap’ juga kata kerja pasif, ‘diharapkan’ lebih umum dan luwes dalam konteks ini. Pilihan D (‘didahului kata yang’) akan mengubah struktur kalimat menjadi “Dengan literasi media, yang diharapkan generasi muda dapat memahami…”, ini membuat kalimat jadi tidak efektif karena klausa “yang diharapkan generasi muda dapat memahami bagaimana pemanfaatan media digital” menjadi anak kalimat tanpa induk kalimat yang jelas di awal. Pilihan E (‘dihilangkan karena mubazir’) juga salah karena kata ‘diharapkan’ punya fungsi penting untuk menunjukkan adanya harapan atau tujuan dari adanya literasi media. Jadi, kata ‘diharapkan’ sudah tepat dan tidak perlu diganti.

Soal Nomor 2

Judul yang paling tepat untuk teks tersebut adalah ......

A. Tujuan Literasi Media
B. Tugas Literasi Media
C. Peranan Literasi Media
D. Pentingnya Literasi Media
E. Dampak Literasi Media

Jawaban: D. Pentingnya Literasi Media

Pembahasan: Untuk menentukan judul yang tepat, kita perlu melihat ide utama atau topik sentral yang dibahas di seluruh teks. Teks ini dimulai dengan menjelaskan apa itu literasi media dan tujuannya (kalimat 1-4). Kemudian, teks menyebutkan masalah penyebaran hoax yang mudah karena media sosial (kalimat 5) dan menekankan pentingnya literasi media (kalimat 6). Teks juga menyoroti peran keluarga dan guru dalam literasi media (kalimat 7-9). Secara keseluruhan, teks ini tidak hanya membahas tujuan atau peranan saja, tapi lebih jauh menekankan alasan mengapa literasi media itu penting di era digital saat ini, terutama bagi generasi muda dan mengatasi masalah seperti hoax. Pilihan A, B, dan C hanya mencakup sebagian kecil dari isi teks. Pilihan E, ‘Dampak Literasi Media’, kurang tepat karena teks lebih menyoroti pentingnya sebagai solusi, bukan hanya dampak yang bisa jadi positif atau negatif. Judul ‘Pentingnya Literasi Media’ paling pas mencakup seluruh inti pembahasan, yaitu mengapa literasi media itu perlu dan apa perannya dalam menghadapi tantangan media digital.

Soal Nomor 3

Kalimat manakah yang isinya sama dengan kalimat (7)?

A. Pengawasan media yang digunakan oleh anak-anak harus ada dari orang tua.
B. Pengawasan media yang digunakan oleh anak-anak dari orang tua harus ada.
C. Pengawasan dari orang tua untuk media yang digunakan oleh anak-anak haru ada.
D. Harus ada pengawasan dari orang tua untuk media yang digunakan oleh anak-anak.
E. Harus ada pengawasan untuk media yang digunakan oleh anak-anak dari orang tua.

Jawaban: D. Harus ada pengawasan dari orang tua untuk media yang digunakan oleh anak-anak.

Pembahasan: Kalimat (7) berbunyi “Media digunakan oleh anak-anak harus ada pengawasan dari orang tua.” Kalimat ini sedikit kurang luwes dalam struktur bahasa Indonesia baku. Kalimat ini mencoba menyampaikan gagasan bahwa pengawasan dari orang tua itu penting untuk media yang dipakai anak-anak. Kita cari pilihan yang menyampaikan ide yang sama dengan susunan kata yang berbeda tapi maknanya tetap sama. Mari kita lihat setiap pilihan:
A. “Pengawasan media yang digunakan oleh anak-anak harus ada dari orang tua.” - Mirip dengan kalimat asli, tapi tetap terasa kurang luwes.
B. “Pengawasan media yang digunakan oleh anak-anak dari orang tua harus ada.” - Menempatkan “dari orang tua” setelah “anak-anak”, ini mengubah makna sedikit, seolah media itu dari orang tua, bukan pengawasannya yang dari orang tua.
C. “Pengawasan dari orang tua untuk media yang digunakan oleh anak-anak haru ada.” - Ada typo (‘haru’ seharusnya ‘harus’). Secara struktur, ini lumayan, tapi pilihan D lebih umum digunakan.
D. “Harus ada pengawasan dari orang tua untuk media yang digunakan oleh anak-anak.” - Kalimat ini memulai dengan “Harus ada…”, yang menekankan kewajiban adanya pengawasan. Frasa “pengawasan dari orang tua” jelas merujuk pada sumber pengawasan. Frasa “untuk media yang digunakan oleh anak-anak” jelas merujuk pada objek yang diawasi. Susunan ini sangat umum dan baku dalam bahasa Indonesia untuk menyampaikan ide tersebut, dan maknanya persis sama dengan kalimat (7).
E. “Harus ada pengawasan untuk media yang digunakan oleh anak-anak dari orang tua.” - Menempatkan “dari orang tua” di akhir bisa menimbulkan ambiguitas kecil (apakah media itu dari orang tua, atau pengawasannya dari orang tua?).

Dengan membandingkan semua pilihan, pilihan D adalah yang paling tepat dan baku dalam menyampaikan isi kalimat (7).

Soal Nomor 4

Kata yang paling tepat untuk melengkapi kalimat 8 adalah

A. oleh dan disebabkan
B. oleh dan mengingat
C. oleh dan dikarenakan
D. dari dan mengingat
E. dari dan dikarenakan

Jawaban: D. dari dan mengingat

Pembahasan: Mari kita masukkan kata-kata dari pilihan ke dalam kalimat (8) dan lihat mana yang paling pas dan logis. Kalimat (8): “Edukasi (....) orang tua dan guru sangat penting (.....) generasi muda dikenal sebagai generasi yang suka kebebasan.”
Kita perlu dua kata untuk mengisi dua titik-titik.
- Titik-titik pertama: “Edukasi (…) orang tua dan guru”. Pilihan yang ada adalah ‘oleh’ atau ‘dari’. Konteksnya adalah edukasi yang diberikan oleh atau yang berasal dari orang tua dan guru. Kedua kata (‘oleh’ dan ‘dari’) bisa digunakan, tergantung nuansa makna. ‘Oleh’ lebih menekankan pelaku (edukasi dilakukan oleh orang tua/guru), sementara ‘dari’ lebih menekankan sumber (edukasi berasal dari orang tua/guru). Dalam konteks pendidikan, “edukasi dari orang tua dan guru” atau “edukasi oleh orang tua dan guru” sama-sama masuk akal.
- Titik-titik kedua: “(…) generasi muda dikenal sebagai generasi yang suka kebebasan.” Ini adalah bagian yang menjelaskan alasan mengapa edukasi dari orang tua/guru itu penting. Kata sambung yang tepat untuk menyatakan alasan adalah ‘karena’, ‘sebab’, atau padanan maknanya seperti ‘mengingat’ atau ‘dikarenakan’.
- Pilihan A: oleh dan disebabkan. “Edukasi oleh orang tua dan guru sangat penting disebabkan generasi muda…”. ‘Disebabkan’ kurang luwes di sini.
- Pilihan B: oleh dan mengingat. “Edukasi oleh orang tua dan guru sangat penting mengingat generasi muda…”. Frasa “mengingat bahwa…” atau “mengingat…” sering digunakan untuk menyatakan alasan atau pertimbangan. Ini cukup masuk akal.
- Pilihan C: oleh dan dikarenakan. “Edukasi oleh orang tua dan guru sangat penting dikarenakan generasi muda…”. ‘Dikarenakan’ juga bisa dipakai, tapi “mengingat” terasa lebih tepat dalam konteks ini sebagai pengantar alasan yang bersifat pertimbangan.
- Pilihan D: dari dan mengingat. “Edukasi dari orang tua dan guru sangat penting mengingat generasi muda…”. Ini juga masuk akal. ‘Dari’ di sini menekankan sumber edukasi.
- Pilihan E: dari dan dikarenakan. “Edukasi dari orang tua dan guru sangat penting dikarenakan generasi muda…”. Sama seperti C, tapi pakai ‘dari’.

Membandingkan B, C, D, E: Pilihan B dan D sama-sama menggunakan ‘mengingat’ di titik kedua, yang terasa paling pas. Perbedaannya ada di titik pertama: ‘oleh’ vs ‘dari’. Kedua kata itu memungkinkan. Namun, jika kita melihat pilihan yang tersedia, ‘dari dan mengingat’ ada di pilihan D. Seringkali dalam konteks edukasi, “edukasi dari siapa” (sumber) lebih ditekankan, dan “mengingat” lebih luwes sebagai pengantar alasan. Oleh karena itu, pilihan D menjadi yang paling tepat berdasarkan kombinasi kata yang disediakan.

Sekarang, beralih ke teks berikutnya untuk soal nomor 5 dan 6. Teks ini membahas pembangunan dan dampaknya terhadap lingkungan.

Teks untuk soal nomor 5 dan 6:

(1) Kerugian terhadap lingkungan perlu diperhitungkan dengan keuntungan yang diperkirakan akan diperoleh dari suatu proyek pembangunan. (2) Itulah sebabnya dalam setiap usaha pembangunan maka kondisi sosial untuk menjaga kelestarian lingkungan perlu diperhitungkan. (3) Sedapat mungkin pembangunan tidak memberatkan kepentingan umum masyarakat sebagai konsumen hasil pembangunan. (4) Beberapa hal yang dapat diperhitungkan antara lain kualitas dan kuantitas sumber kekayaan alam akibat pengambilan sumber kekayaan alam dan cara pengelolaannya. (5) Hal-hal tersebut hanya sebagian dari daftar persoalan proyek pembangunan. (6) Setelah ditemukan jawaban yang pasti, maka pedoman kerja disusun dengan jelas untuk kegiatan pembangunan, baik berupa industri maupun bidang lain yang memperhatikan faktor perlindungan lingkungan hidup manusia.

Soal Nomor 5

Kalimat (6) perlu disempurnakan dengan cara ....

A. mengganti kata ‘setelah’ dengan ‘jika’
B. menghilangkan kata ‘maka’
C. menghilangkan kata ‘baik’
D. menambahkan kata ‘benar’ setelah ‘pasti’
E. mengganti kata ‘ditemukan’ dengan ‘menemukan’

Jawaban: B. menghilangkan kata ‘maka’

Pembahasan: Kalimat (6) berbunyi: “Setelah ditemukan jawaban yang pasti, maka pedoman kerja disusun dengan jelas untuk kegiatan pembangunan…” Kalimat ini merupakan kalimat majemuk bertingkat, di mana “Setelah ditemukan jawaban yang pasti” adalah anak kalimat yang berfungsi sebagai keterangan waktu, dan “maka pedoman kerja disusun dengan jelas…” adalah induk kalimat. Dalam bahasa Indonesia baku, penggunaan kata ‘maka’ sebagai penghubung antara anak kalimat keterangan waktu (yang diawali ‘setelah’, ‘sesudah’, ‘sebelum’, ‘ketika’, dll.) dan induk kalimat adalah tidak baku atau tidak efektif. Kata ‘maka’ seharusnya tidak digunakan di sini. Induk kalimat seharusnya langsung mengikuti anak kalimat keterangan.

Struktur kalimat yang efektif seharusnya: “Setelah ditemukan jawaban yang pasti, pedoman kerja disusun dengan jelas…”. Menghilangkan kata ‘maka’ membuat kalimat ini menjadi efektif dan baku.
- Pilihan A: Mengganti ‘setelah’ dengan ‘jika’ akan mengubah makna kalimat secara total.
- Pilihan C: Menghilangkan kata ‘baik’ akan mengubah sedikit nuansa, tapi kalimatnya tetap tidak efektif karena masalah ‘maka’.
- Pilihan D: Menambahkan ‘benar’ setelah ‘pasti’ (“jawaban yang pasti benar”) tidak memperbaiki masalah keefektifan kalimat.
- Pilihan E: Mengganti ‘ditemukan’ (pasif) dengan ‘menemukan’ (aktif) akan membuat kalimat menjadi “Setelah menemukan jawaban yang pasti, maka pedoman kerja disusun…”, yang masih menggunakan ‘maka’ dan kurang jelas siapa subjek yang ‘menemukan’.

Jadi, cara paling tepat untuk menyempurnakan kalimat (6) agar efektif adalah dengan menghilangkan kata ‘maka’.

Soal Nomor 6

Kata yang harus dihilangkan pada kalimat (2) adalah .....

A. dalam
B. usaha
C. maka
D. untuk
E. perlu

Jawaban: C. maka

Pembahasan: Kalimat (2) berbunyi: “Itulah sebabnya dalam setiap usaha pembangunan maka kondisi sosial untuk menjaga kelestarian lingkungan perlu diperhitungkan.” Mirip dengan soal sebelumnya, di sini kita menemukan penggunaan kata ‘maka’ yang tidak tepat. Kalimat ini diawali dengan frasa “Itulah sebabnya”, yang sudah berfungsi sebagai penjelas hubungan sebab-akibat (mengacu pada kalimat 1). Bagian “dalam setiap usaha pembangunan” adalah keterangan tempat/konteks. Struktur baku seharusnya: “Itulah sebabnya, dalam setiap usaha pembangunan, kondisi sosial untuk menjaga kelestarian lingkungan perlu diperhitungkan.”

Keberadaan kata ‘maka’ di sini tidak memiliki fungsi sintaktis yang benar dalam menghubungkan bagian-bagian kalimat. Kata ‘maka’ seharusnya digunakan untuk menunjukkan akibat dari suatu kondisi atau sebab yang dinyatakan sebelumnya, seringnya dalam pola sebab-akibat langsung atau implikasi logis, bukan setelah frasa keterangan seperti “dalam setiap usaha pembangunan”. Dalam kalimat ini, “kondisi sosial… perlu diperhitungkan” adalah akibat dari “itulah sebabnya”, bukan dari frasa “dalam setiap usaha pembangunan”. Kata ‘maka’ di sini hanya mengganggu struktur dan keefektifan kalimat. Menghilangkan kata ‘maka’ membuat kalimat ini menjadi lebih padu dan baku.

Pilihan A, B, D, dan E adalah kata-kata yang memiliki fungsi jelas dalam kalimat (keterangan ‘dalam’, kata benda ‘usaha’, preposisi ‘untuk’, dan kata kerja bantu ‘perlu’). Menghilangkannya akan mengubah makna atau membuat kalimat tidak lengkap. Hanya kata ‘maka’ yang mubazir dan mengganggu struktur.

Next, kita punya teks tentang literasi dan perannya, terutama di keluarga. Teks ini bakal dipakai buat soal nomor 7 dan 8.

Teks untuk soal nomor 7 dan 8:

(1) Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. (2) Dari definisi itu, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa. (3) Namun, tingkat literasi di Indonesia masih sangat rendah. (4) Berdasarkan survei yang dilakukan tahun 2016 literasi menempatkan Indonesia berada di posisi ke-61 dari 62 negara. (5) Data ini menunjukkan bahwa tingkat literasi di Indonesia sangat rendah.

(6) Keluarga merupakan lembaga pendidikan informal yang berperan paling penting dalam pengembangan literasi karena keluarga, terutama ibu, adalah sekolah pertama bagi anak dan sangat berpengaruh terhadap perilaku dan perkembangan anak. (7) Keluarga di rumah adalah wadah efektif yang memiliki kualitas waktu lebih banyak dibandingkan Pendidikan formal sehingga diharapkan mampu menjadi penggerak literasi bagi anak. (8) Oleh karena itu, literasi pertama kali harus dimulai dari keluarga sebagai pilar utama penggerak literasi, selanjutnya akan menukar kepada masyarakat, dan berakhir dengan terbentuknya budaya berliterasi tinggi.

Soal Nomor 7

Dari bacaan di atas, frasa yang berpola sama dengan frasa ‘wawasan budaya’ adalah ....

A. istilah umum
B. perilaku literasi
C. pendidikan formal
D. sekolah pertama
E. wadah efektif

Jawaban: B. perilaku literasi

Pembahasan: Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan makna dan tidak melebihi batas fungsi sintaksis (misalnya, bukan subjek-predikat lengkap). Untuk mencari frasa yang polanya sama, kita perlu mengidentifikasi jenis kata dari setiap kata dalam frasa asli (‘wawasan budaya’) dan membandingkannya dengan pilihan jawaban.
Frasa ‘wawasan budaya’:
- ‘wawasan’ adalah kata benda (nomina).
- ‘budaya’ adalah kata benda (nomina).
Pola frasa ‘wawasan budaya’ adalah Nomina + Nomina.

Sekarang mari kita analisis pola frasa di setiap pilihan:
A. ‘istilah umum’: ‘istilah’ (nomina), ‘umum’ (kata sifat/adjektiva). Pola: Nomina + Adjektiva.
B. ‘perilaku literasi’: ‘perilaku’ (nomina), ‘literasi’ (nomina). Pola: Nomina + Nomina.
C. ‘pendidikan formal’: ‘pendidikan’ (nomina), ‘formal’ (kata sifat/adjektiva). Pola: Nomina + Adjektiva.
D. ‘sekolah pertama’: ‘sekolah’ (nomina), ‘pertama’ (kata bilangan/numeralia) atau bisa juga berfungsi seperti adjektiva dalam konteks ini. Pola: Nomina + Numeralia/Adjektiva.
E. ‘wadah efektif’: ‘wadah’ (nomina), ‘efektif’ (kata sifat/adjektiva). Pola: Nomina + Adjektiva.

Frasa yang memiliki pola Nomina + Nomina yang sama dengan ‘wawasan budaya’ adalah ‘perilaku literasi’.

Soal Nomor 8

Bentuk ke-an pada kata ‘kemampuan’ pada kalimat 2 mempunya kesamaan makna dengan bentuk ke-an pada kalimat .....

A. Harta benda tidak menjamin ‘kebahagiaan’ hidup
B. Siswa itu memiliki celana yang ‘kebesaran’
C. Dengan belajar rajin, kita memperoleh banyak ‘keuntungan’
D. Banyak warga ‘kedinginan’ di perkampungan kumuh ketika musim hujan
E. Siswa itu ‘ketiduran’ ketika sedang pelajaran matematika

Jawaban: C. Dengan belajar rajin, kita memperoleh banyak ‘keuntungan’

Pembahasan: Kata ‘kemampuan’ berasal dari kata dasar ‘mampu’ (kata sifat) yang diberi imbuhan ke-an. Makna imbuhan ke-an pada ‘kemampuan’ adalah ‘hal ihwal mengenai mampu’ atau ‘sesuatu yang dimiliki (berupa bakat atau hasil belajar) untuk berbuat sesuatu’. Ini merujuk pada potensi atau hasil dari proses.

Mari kita bedah makna imbuhan ke-an di setiap pilihan:
A. ‘kebahagiaan’: berasal dari kata dasar ‘bahagia’ (kata sifat). Ke-an di sini bermakna ‘keadaan’. Kebahagiaan = keadaan bahagia.
B. ‘kebesaran’: berasal dari kata dasar ‘besar’ (kata sifat). Ke-an di sini bermakna ‘terlalu’. Kebesaran = terlalu besar.
C. ‘keuntungan’: berasal dari kata dasar ‘untung’ (kata benda/kata sifat). Ke-an di sini bermakna ‘sesuatu yang diperoleh (hasil)’ atau ‘hal mendapat untung’. Ini mirip dengan makna ‘kemampuan’ yang merujuk pada sesuatu yang dimiliki atau diperoleh.
D. ‘kedinginan’: berasal dari kata dasar ‘dingin’ (kata sifat). Ke-an di sini bermakna ‘keadaan’ atau ‘merasakan hal dingin’. Kedinginan = keadaan dingin atau merasakan dingin.
E. ‘ketiduran’: berasal dari kata dasar ‘tidur’ (kata kerja). Ke-an di sini bermakna ‘tidak sengaja’ atau ‘dalam keadaan tidur’. Ketiduran = tidak sengaja tidur.

Makna ke-an yang paling mirip dengan ‘kemampuan’ (sesuatu yang dimiliki/diperoleh dari proses) adalah makna ke-an pada ‘keuntungan’ (sesuatu yang diperoleh dari usaha/proses).

Terakhir, ada teks tentang pentingnya minum air putih. Teks ini untuk soal nomor 9 dan 10.

Teks untuk soal nomor 9 dan 10:

(1) Minum air putih atau air mineral merupakan hal yang paling penting dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuh. (2) Dengan minum air putih, tubuh akan terbebas dari segala bentuk toksin yang berbahaya. (3) Air putih juga mampu memberikan nutrisi penting bagi sel-sel tubuh. (4) Dengan demikian, tubuh akan terus terhidrasi dan saluran pencernaan akan terbantu.

(5) Tubuh kita membutuhkan rata-rata delapan gelas air per hari. (6) Tidak hanya membersihkan tubuh dari berbagai unsur pencemar, tetapi air putih juga mampu mengisi daya tubuh tanpa harus menambah kalori. (7) Oleh karena itu, air putih sangat penting bagi tubuh manusia. (8) Menjaga tubuh tetap terhidrasi dan minum air putih dengan delapan gelas per hari secara rutin adalah sebuah keharusan. (9) Dengan demikian, pastikan Anda selalu menyediakan sebotol air minum, baik saat menonton televisi, membaca buku, bermain bersama teman-teman maupun saat berkendara.

Soal Nomor 9

Ungkapan yang tepat untuk menyimpulkan situasi bacaan tersebut ....

A. air putih sehat
B. air putih segar
C. air putih baik
D. air putih higienis
E. air putih penting

Jawaban: E. air putih penting

Pembahasan: Pertanyaan ini meminta kita mencari ungkapan yang paling tepat untuk menyimpulkan seluruh isi bacaan. Bacaan ini menjelaskan berbagai manfaat air putih (membebaskan dari toksin, memberikan nutrisi, menghidrasi, membantu pencernaan) dan menegaskan kebutuhannya (delapan gelas per hari). Kalimat (1) menyatakan air putih adalah “hal yang paling penting”, kalimat (7) secara eksplisit menyatakan “air putih sangat penting”, dan kalimat (8) menyatakan minum air putih adalah “sebuah keharusan”. Semua ini mengarah pada satu kesimpulan utama: betapa vitalnya air putih bagi tubuh manusia.

Mari kita lihat pilihan:
A. ‘air putih sehat’: Benar, air putih itu sehat. Tapi teks tidak hanya membahas kesehatan, tapi juga pentingnya sebagai kebutuhan dasar.
B. ‘air putih segar’: Mungkin benar, tapi kesegaran bukan poin utama yang ditekankan dalam teks.
C. ‘air putih baik’: Terlalu umum. Penting juga berarti baik, tapi penting lebih spesifik merujuk pada keharusan dan vitalitasnya.
D. ‘air putih higienis’: Higienis itu syarat agar air putih bisa dikonsumsi, bukan kesimpulan dari manfaat dan kebutuhan yang dijelaskan teks.
E. ‘air putih penting’: Ini adalah kesimpulan yang paling menyeluruh dan langsung didukung oleh pernyataan-pernyataan dalam teks, terutama kalimat (1), (7), dan (8). Seluruh penjelasan manfaat dan kebutuhan dalam teks adalah bukti mengapa air putih itu penting.

Soal Nomor 10

Kalimat 5 dan 6 dalam bacaan tersebut mengandung hubungan .....

A. perujukan
B. peluasan
C. pemerian
D. sebab-akibat
E. penguat

Jawaban: E. penguat

Pembahasan: Mari kita lihat kalimat (5) dan (6) lagi.
Kalimat (5): “Tubuh kita membutuhkan rata-rata delapan gelas air per hari.” Ini menyatakan fakta tentang kebutuhan air harian.
Kalimat (6): “Tidak hanya membersihkan tubuh dari berbagai unsur pencemar, tetapi air putih juga mampu mengisi daya tubuh tanpa harus menambah kalori.” Kalimat ini menggunakan konjungsi korelatif “tidak hanya… tetapi juga…”. Konjungsi ini berfungsi untuk menambahkan informasi atau menguatkan pernyataan sebelumnya dengan memberikan bukti atau manfaat lain yang sejenis atau bahkan lebih. Kalimat (6) menambahkan manfaat lain dari air putih (membersihkan, mengisi daya) yang mendukung dan memperkuat gagasan tentang pentingnya air putih dan kebutuhan akan air putih yang disebut di kalimat (5) dan sebelumnya.

  • A. Perujukan: Merujuk pada sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya. Tidak ada kata rujukan eksplisit di sini yang menghubungkan kedua kalimat secara rujukan.
  • B. Peluasan: Bisa saja dianggap peluasan informasi, tetapi istilah ‘penguat’ lebih spesifik menggambarkan fungsi konjungsi “tidak hanya… tetapi juga…” dalam memberikan tambahan manfaat yang mendukung ide utama.
  • C. Pemerian: Mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu secara rinci. Kalimat (6) bukan pemerian dari kalimat (5), melainkan tambahan informasi pendukung.
  • D. Sebab-akibat: Tidak ada hubungan sebab-akibat langsung antara kebutuhan 8 gelas air (5) dan manfaat membersihkan/mengisi daya (6). Manfaat tersebut adalah alasan mengapa 8 gelas itu penting, tapi bukan akibat langsung dari 8 gelas.
  • E. Penguat: Kalimat (6) menguatkan argumen tentang pentingnya air putih yang tersirat dari kalimat (5) dengan memberikan manfaat-manfaat spesifik. Konjungsi “tidak hanya… tetapi juga…” memang sering digunakan untuk memberikan tambahan poin yang fungsinya menguatkan argumen.

Oleh karena itu, hubungan antara kalimat 5 dan 6 paling tepat digambarkan sebagai penguat.

Ringkasan Materi PPU yang Penting

Setelah latihan soal, penting juga buat paham cakupan materi PPU secara umum. Ini dia beberapa poin penting yang sering keluar:

Materi PPU Deskripsi Singkat
Ide Pokok & Makna Menentukan gagasan utama suatu paragraf/teks dan memahami arti kata/frasa.
Kata-Bentuk Kata Memahami proses pembentukan kata (afiksasi, reduplikasi, komposisi) & maknanya.
Kesesuaian Wacana Menentukan informasi yang sesuai/tidak sesuai dengan isi teks.
Hubungan Antarkalimat Memahami cara kalimat satu berhubungan dengan kalimat lain (sebab-akibat, penguat, perbandingan, dll).
Hubungan Antarparagraf Memahami cara paragraf satu berhubungan dengan paragraf lain (pengantar, penjelas, kesimpulan).
Perumpamaan Memahami makna perumpamaan atau gaya bahasa dalam teks.
Frasa Memahami gabungan kata yang membentuk satu makna baru dan pola strukturnya.
Sinonim Menentukan kata yang memiliki makna serupa.
Kalimat Efektif Mengenali dan memperbaiki kalimat yang tidak memenuhi syarat keefektifan (hemat kata, logis, baku, paralel).

Memahami materi-materi ini secara teori akan sangat membantu saat kamu mengerjakan soal latihan. Jangan malas buat buka lagi buku atau catatan tentang materi Bahasa Indonesia, terutama yang terkait tata bahasa dan makna kata/kalimat.

Tips Tambahan Buat PPU

Selain banyak membaca dan latihan soal, ada trik tambahan yang bisa kamu coba:

  1. Pahami Konteks: Di PPU, konteks itu raja. Jangan cuma baca satu kalimat, tapi baca seluruh paragraf atau teks untuk dapetin gambaran besarnya. Makna sebuah kata atau kalimat bisa berubah tergantung konteksnya.
  2. Fokus pada Petunjuk Soal: Baca petunjuk soal dengan teliti. Apakah diminta mencari makna kata, hubungan kalimat, atau menyempurnakan kalimat? Setiap jenis soal punya cara pendekatan yang beda.
  3. Eliminasi Jawaban yang Jelas Salah: Kalau ragu, coba eliminasi pilihan jawaban yang jelas-jelas tidak mungkin benar. Ini bisa memperbesar peluang kamu memilih jawaban yang tepat.
  4. Perhatikan Kata Kunci: Di setiap soal dan teks, cari kata kunci yang penting. Kata kunci ini seringkali jadi petunjuk buat nemuin jawaban yang benar.
  5. Jangan Terjebak pada Pengetahuan Umum Pribadi: Ingat, PPU menguji pemahaman kamu terhadap informasi yang ada di teks. Jangan berasumsi atau menggunakan pengetahuan umum kamu kalau bertentangan dengan isi teks. Patokannya adalah teks yang diberikan.

Menguasai PPU itu butuh proses dan konsistensi. Jangan pantang menyerah kalau di awal masih sering salah. Yang penting, terus belajar dari kesalahan dan tambah porsi latihanmu. Semakin sering kamu berhadapan dengan berbagai jenis soal PPU, semakin terbiasa kamu nanti saat UTBK SNBT sesungguhnya.

Semoga 10 contoh soal dan pembahasannya tadi bisa nambah bekal kamu ya. Jangan lupa, kunci utama sukses adalah persiapan yang matang dan mental yang kuat. Tetap semangat belajar dan jangan lupa jaga kesehatan!

Gimana, sudah makin tercerahkan soal PPU UTBK SNBT? Punya trik jitu lain yang biasa kamu pakai? Share di kolom komentar ya! Atau mungkin ada soal PPU yang bikin kamu pusing? Yuk, kita diskusikan bareng!

Posting Komentar