Pidato Keren Harkitnas 2025: 5 Amanat Pembina Upacara yang Bikin Semangat!

Table of Contents

Pidato Keren Harkitnas 2025

Setiap tanggal 20 Mei, kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional, momen yang sangat berarti bagi perjalanan bangsa Indonesia. Tahun 2025 ini, peringatan Harkitnas memasuki tahun ke-117, menandai lebih dari seabad semangat persatuan dan kesatuan yang terus digelorakan. Upacara bendera menjadi salah satu cara kita merayakan hari penting ini, dan di sanalah biasanya pembina upacara menyampaikan amanat atau pesan inspiratif.

Pesan-pesan ini bukan sekadar pidato rutin, tapi juga ajakan untuk merefleksikan kembali semangat para pendahulu kita. Amanat pembina upacara bertujuan membangkitkan kembali jiwa nasionalisme, mengingatkan kita akan pentingnya persatuan, dan menyoroti tantangan serta peluang yang dihadapi bangsa saat ini. Apalagi di era modern yang penuh dinamika seperti sekarang.

Berikut ini adalah beberapa contoh amanat pembina upacara Hari Kebangkitan Nasional 2025 yang bisa jadi inspirasi. Amanat-amanat ini dirangkum dari berbagai sumber dan disajikan dengan gaya bahasa yang semangat dan mudah dipahami. Semoga bisa menambah inspirasi dan membakar semangat nasionalisme kita semua!

Contoh Amanat Pembina Upacara Hari Kebangkitan Nasional 2025 (1)

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Syalom,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan,
Salam sejahtera bagi kita sekalian.

Saudara-Saudari Sebangsa dan Setanah Air,

Hari-hari ini kita semua melihat dan merasakan sendiri pesatnya kemajuan teknologi. Era digital bukan lagi masa depan, melainkan realitas yang sudah kita jalani setiap hari. Sebagai bangsa, kita tidak hanya ingin menjadi penonton, tetapi justru pemain kunci di panggung global. Momen ini, terutama dua dekade ke depan, adalah waktu krusial yang akan menentukan arah kita menuju tujuan besar bangsa.

Refleksi atas pilihan ini bisa kita temukan dengan menengok kembali gagasan awal para pendiri bangsa dalam membentuk Indonesia. Bagaimana sejarah telah membentuk karakter dan kebangsaan kita? Sejarah bukan hanya tentang sensasi atau teladan dari masa lalu, melainkan bahan bakar untuk percakapan terus menerus mengenai kemajuan, kemanusiaan, dan kesejahteraan. Teladan itu bisa datang dari masa lalu, tetapi yang lebih penting, dari ide-ide brilian yang membuka ruang imajinasi peradaban baru.

Lebih dari seratus tahun lalu, tepatnya pada 20 Mei 1908, sebuah organisasi bernama Boedi Oetomo lahir. Di masa itu, organisasi ini menabur benih bagi cita-cita luhur kemerdekaan Indonesia. Hari kelahiran Boedi Oetomo inilah yang kemudian kita peringati setiap tahun sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Sebuah simbol semangat perjuangan yang beralih dari kedaerahan menuju persatuan.

Boedi Oetomo didirikan oleh sekelompok dokter dan calon dokter di Batavia yang ingin membawa perubahan melalui pendidikan. Organisasi modern pertama ini menjadi mercusuar harapan bagi banyak orang, dianggap sebagai motor penggerak gerakan kemerdekaan. Bahkan tokoh Belanda pun mengakui keajaiban yang terjadi, bahwa ‘Insulinde molek yang sedang tidur, sudah terbangun’.

Boedi Oetomo menjadi kawah candradimuka, tempat para pemuda terdidik belajar dan berdiskusi tentang banyak hal penting. Mereka menyadari perlunya pendidikan modern bagi rakyat Hindia Belanda dan penyebarannya ke seluruh lapisan masyarakat, tanpa memandang status sosial. Dari sana, muncul gagasan untuk memperluas keanggotaan agar mencakup seluruh rakyat Hindia Belanda.

Saudara-Saudari Sebangsa dan Setanah Air,

Apa yang dimulai oleh Boedi Oetomo tidak berhenti di sana. Semangat kebangkitan itu dilanjutkan dan diperluas oleh berbagai organisasi lain yang muncul kemudian. Nasionalisme yang awalnya berfokus pada Jawa, berkembang menjadi nasionalisme yang mencakup seluruh orang di Hindia Belanda. Pendidikan yang tadinya hanya untuk priayi, diperjuangkan untuk seluruh rakyat Bumiputera. Perjuangan budaya kemudian meluas menjadi perjuangan politik untuk mengusir penjajah Belanda, sebuah perluasan cita-cita luhur yang berpuncak pada Proklamasi Kemerdekaan.

Sebelum Boedi Oetomo, ada sosok inspiratif dari kota kecil Jepara, yakni R.A. Kartini. Melalui surat-suratnya yang mendunia, Kartini mengawali gagasan tentang kemerdekaan, kebebasan, kesetaraan, keadilan, persaudaraan, dan kemajuan. Beliau adalah pembaharu yang merumuskan, memerinci, dan memperjuangkan aspirasi kemajuan itu agar menjadi milik seluruh bangsa Indonesia. Kartini sangat menyadari bahwa dalam zaman yang modern, pendidikan adalah kunci utama. Pendidikan adalah wahana untuk membebaskan manusia dan bangsa dari belenggu penjajahan. Baginya, pendidikan membuka horizon baru bagi kaum Bumiputera.

Gagasan Kartini melampaui zamannya, memberikan inspirasi bagi “sumbu-sumbu kecil” yaitu kaum muda terdidik yang menjadi “embrio bangsa”. Sumbu-sumbu kecil ini perlahan bersatu dan membesar menjadi nyala api perjuangan yang kita kenal sebagai pergerakan kebangkitan nasional. Embrio Indonesia lahir dari perpaduan kemajuan modern dan pencerahan, dari kaum muda berpendidikan yang kokoh memegang identitas ke-Indonesiaannya.

Indonesia lahir dari keberagaman pikiran para pemuda terdidik ini. Di tangan merekalah cita-cita kemerdekaan dan kebebasan dirumuskan serta diperjuangkan dengan gigih. Mereka menyadari bahwa kemerdekaan hanya bisa dicapai jika manusia setara dan bebas, dan kesetaraan serta kebebasan itu hanya mungkin jika manusia terpelajar dan berpendidikan. Dari merekalah semangat kebangkitan nasional benar-benar lahir, menandai dimulainya zaman baru dengan cara berpikir yang baru, di mana kemerdekaan dirumuskan sebagai wahana untuk memperjuangkan kedaulatan dan kemuliaan manusia.

Apa yang telah digagas Boedi Oetomo, Kartini, dan para embrio bangsa, kemudian dirangkum oleh Bung Karno dalam konsep “jembatan emas”. Bung Karno membayangkan kemerdekaan sebagai ‘jembatan emas’ yang akan mengantarkan bangsa Indonesia menuju kehidupan yang sejahtera lahir dan batin di atas tanah air sendiri. Namun, Bung Karno juga mengingatkan bahwa di ujung jembatan emas selalu ada kemungkinan untuk menuju kebaikan atau justru sebaliknya, yaitu ‘bahagia bersama atau menangis bersama’. Inilah mengapa Bung Karno menekankan pentingnya ‘momen’ untuk mengambil keputusan yang tepat dan cermat demi kebaikan seluruh rakyat Indonesia.

Saudara - Saudari Sebangsa dan Setanah Air,

Hari ini, kita berdiri di fase kebangkitan kedua, melanjutkan tongkat estafet semangat yang telah dipancangkan oleh para pendiri bangsa. Tantangan dan peluang yang kita hadapi saat ini tentu berbeda jauh dengan masa lebih dari seabad yang lalu. Kemajuan teknologi menjadi penanda zaman baru yang tidak bisa kita hindari.

Teknologi sudah merasuk ke setiap sendi kehidupan kita sehari-hari, menjadi bagian tak terpisahkan dari peradaban modern. Inovasi-inovasi teknologi ini telah memicu perubahan kehidupan manusia secara revolusioner. Banyak masalah kompleks yang dulunya sulit dipecahkan, kini bisa ditemukan solusinya berkat teknologi. Adagium di zaman ini sangat jelas: dia yang menguasai teknologi, dia pula yang akan menguasai peradaban. Di titik ini, semakin terlihat jelas bahwa penguasaan atas teknologi adalah sebuah keniscayaan mutlak jika kita ingin mewujudkan “Indonesia Emas 2045”.

Perkembangan teknologi digital khususnya, tumbuh dengan kecepatan yang luar biasa, bagaikan lompatan kuantum. Dalam dua dekade terakhir saja, perubahannya sudah sangat pesat dan melampaui bayangan banyak orang. Tiga puluh tahun lalu, sulit membayangkan bagaimana dunia digital akan sekencang ini hari ini. Teknologi digital telah mendobrak banyak keterbatasan manusia. Dunia terasa semakin kecil, semua informasi dan koneksi terasa begitu dekat, seolah terpampang di depan mata. Jarak geografis pun seakan tak lagi relevan, kehadiran visual kini menyempurnakan komunikasi yang sebelumnya hanya mengandalkan suara.

Kita semua harus menatap masa depan dengan penuh optimisme, kepercayaan diri yang kokoh, dan keyakinan yang kuat. Pintu menuju kemajuan sudah terbuka lebar di hadapan kita. Momen berharga ini harus kita tangkap dengan sebaik-baiknya agar perjalanan kita menuju mimpi besar sebagai bangsa dapat terus berlanjut dan menjadi kenyataan. Kita tidak bisa lagi berjalan dengan lamban, karena kita sedang berlomba dengan waktu di tengah persaingan global yang ketat. Di sinilah, semua potensi besar yang kita miliki—sumber daya alam yang melimpah, bonus demografi yang luar biasa, dan potensi transformasi digital yang dahsyat—menjadi modal dasar utama kita untuk mencapai “Indonesia Emas 2045”.

Mari kita sambut dan rayakan kebangkitan nasional kedua ini dengan penuh semangat, menuju Indonesia Emas yang kita impikan bersama!

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Syalom, Om santi, santi, santi om, Namo Budhaya.

Contoh Amanat Pembina Upacara Hari Kebangkitan Nasional 2025 (2)

Assalamu’alaikum warahmatulahi wabarakatuh
Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.
Yang terhormat Bapak, Ibu Guru serta para siswa yang saya sayangi.

Dalam kesempatan yang penuh berkah ini, perkenankan saya selaku pembina upacara untuk menyampaikan beberapa patah kata. Amanat ini khusus untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang kita laksanakan bersama pagi ini. Momen ini sungguh penting untuk kita renungkan.

Sebagai bagian dari agenda peringatan, sekolah kita akan mengadakan kegiatan tabur bunga di Taman Makam Pahlawan setelah upacara ini selesai. Kegiatan berziarah ini akan diikuti oleh seluruh bapak dan ibu guru, serta perwakilan siswa yang telah ditunjuk sebelumnya. Ini adalah wujud penghargaan kita kepada para pahlawan.

Kita tahu bahwa awal Kebangkitan Nasional ditandai ketika dr. Wahidin Soedirohoesodo menggagas sebuah perkumpulan yang kemudian melahirkan organisasi Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908. Perkumpulan bersejarah inilah yang menjadi tonggak awal perjuangan kebangkitan nasional, membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan yang memilukan. Ini adalah titik balik perjuangan bangsa kita.

Saat ini, kegiatan yang kita laksanakan bukan sekadar mengenang Hari Kebangkitan Nasional masa lalu. Ini bukan hanya tentang perjuangan para pendahulu kita yang telah selesai. Lebih dari itu, peringatan ini harus menjadi motivasi kuat bagi kita semua, terutama generasi muda sebagai penerus bangsa, untuk terus membangkitkan semangat nasionalisme dan kebangsaan di masa kini dan masa yang akan datang. Semangat itu harus berkobar di hati setiap generasi.

Kebangkitan Nasional ini perlu ditandai secara khusus oleh semua siswa dan generasi milenial saat ini. Caranya adalah dengan membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan di antara kita semua. Ini krusial dalam upaya melahirkan generasi yang bermartabat dan berdaulat. Kalian, para siswa, adalah harapan bangsa di masa depan.

Dengan adanya peringatan Hari Kebangkitan Nasional ini, diharapkan akan tumbuh rasa kesamaan yang kuat di antara kita. Rasa kesamaan inilah yang akan menjadi dasar kekuatan untuk mencapai tujuan bersama, yaitu kesejahteraan bangsa Indonesia. Setiap individu sebagai unsur bangsa memiliki kontribusi unik dan peran berbeda. Namun, ketika disatukan, kontribusi-kontribusi ini akan membawa kita bersama-sama mencapai cita-cita luhur bangsa.

Semoga dari acara peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-117 kali ini, kita semua mampu mengambil hikmah yang mendalam. Hikmah terpenting adalah semangat untuk terus menumbuhkan rasa nasionalisme yang kuat di dalam diri masing-masing warga negara Indonesia. Cinta tanah air itu harus terus dipupuk.

Hari Kebangkitan Nasional telah memberikan bukti yang nyata kepada kita semua. Kemerdekaan Indonesia yang kita nikmati saat ini dapat dicapai berkat tumbuhnya rasa persatuan dan kesatuan yang kokoh di antara warga negara, karena persatuan adalah unsur paling penting dalam menghadapi segala tantangan. Mari kita jaga persatuan ini selamanya.

Sekian sambutan yang dapat saya sampaikan pada kesempatan pagi ini. Semoga semua siswa dan guru dapat memaknai peringatan Hari Kebangkitan Nasional ini dengan baik dan menjadikannya inspirasi dalam kehidupan sehari-hari. Jadikan semangat ini sebagai bekal untuk menghadapi masa depan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Contoh Amanat Pembina Upacara Hari Kebangkitan Nasional 2025 (3)

Assalamu’alaikum wr wb
Syalom
Om Swastiastu
Namo Buddhaya
Salam Kebajikan
Salam sejahtera untuk kita semua.
Selamat pagi, peserta upacara Peringatan Hari Kebangkitan Nasional 2025

Pagi yang cerah ini, kita semua berkumpul dengan semangat kebersamaan di tempat ini. Kita hadir untuk memperingati momen bersejarah, Hari Kebangkitan Nasional atau yang biasa kita sebut Harkitnas 2025. Peringatan Harkitnas tahun ini menandai perjalanan 117 tahun sejak pertama kali semangat kebangkitan itu digelorakan.

Lebih dari satu abad silam, tepatnya pada 20 Mei 1908, sekelompok pelajar kedokteran di STOVIA yang diprakarsai oleh dr. Sutomo mendirikan organisasi dengan pikiran maju bernama Boedi Oetomo. Pendirian organisasi ini bukanlah tanpa alasan; tujuannya tidak lain adalah untuk mewujudkan cita-cita luhur kemerdekaan Indonesia yang saat itu masih dalam cengkeraman penjajahan Belanda. Semangat mereka untuk membawa harapan baru bagi seluruh warga Indonesia bahkan menarik perhatian pihak Belanda sendiri.

Boedi Oetomo menjadi wadah penting bagi para pemuda terdidik pada masa itu. Di sanalah mereka belajar berorganisasi, berdiskusi, dan bahkan berdebat mengenai isu-isu krusial seperti pentingnya pendidikan gaya barat bagi rakyat Hindia Belanda. Mereka juga memperjuangkan akses pendidikan yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat, tanpa memandang status sosial atau jabatan.

Boedi Oetomo menjadi perintis jalan bagi kemunculan organisasi-organisasi serupa di berbagai daerah di Hindia Belanda. Mereka menabur benih kesadaran nasional yang kemudian tumbuh dan berkembang pesat. Hingga saat ini, semangat juang dan kesadaran kebangsaan itu harus terus-menerus kita kobarkan. Terutama kalian, generasi muda, yang merupakan penerus estafet kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanggung jawab besar ada di pundak kalian.

Hadirin semuanya,

Kita hidup di era globalisasi yang penuh dengan berbagai tantangan dan rintangan yang semakin kompleks. Di satu sisi, kemudahan akses terhadap informasi dan kemampuan melakukan banyak hal berkat teknologi sungguh luar biasa. Namun, di sisi lain, teknologi ini bisa menjadi bumerang yang berbahaya jika kita tidak bijak dalam menghadapinya. Kita melihat banyak masalah dan kasus negatif yang berasal dari penyalahgunaan teknologi. Padahal, teknologi itu sejatinya diciptakan oleh manusia, untuk mempermudah kehidupan manusia. Sudah seharusnya kita mampu memproteksi diri dan menggunakan teknologi dengan cerdas dan bijak.

Media sosial, misalnya, kini sudah digunakan oleh hampir semua kalangan dan rentang usia. Sama seperti teknologi secara umum, media sosial juga memiliki dua sisi yang berbeda: dampak baik dan dampak buruk. Jika kita menggunakannya tanpa kecerdasan dan asal-asalan, bersiaplah menerima pengaruh negatif yang merugikan. Sebaliknya, jika kita menggunakan media sosial untuk hal-hal yang bermanfaat dan positif, maka dampak baiknya akan kita peroleh, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Pilihan ada di tangan kita.

Sebagai generasi muda yang hidup di era teknologi yang sudah sangat pesat ini, kita wajib menyikapi semuanya dengan baik. Bahkan, peluang kerja dan pengembangan diri saat ini banyak bisa kita peroleh dengan memanfaatkan teknologi, khususnya media sosial. Namun, ingat baik-baik, pekerjaan atau aktivitas yang kita lakukan haruslah yang bermanfaat bagi semua orang, yang positif dan membangun. Bukan justru menjadi penipu, menyebarkan kebohongan, atau memanfaatkan orang lain dalam konotasi yang buruk. Jadilah kreator yang positif.

Hadirin peserta upacara Peringatan Hari Kebangkitan Nasional 2025,

Kembali ke perkembangan teknologi yang semakin maju, saat ini teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI) sudah sangat masif di seluruh dunia. Masyarakat dengan mudah dapat menyelesaikan berbagai pekerjaan atau tugas dengan bantuan AI. Namun, sekali lagi, kita harus bijak dalam menyikapi fenomena ini. Setiap hal yang memiliki dampak positif pasti juga memiliki potensi pengaruh negatif. Oleh karena itu, pada momen Harkitnas 2025 ini, mari kita bangkitkan kesadaran untuk menjadi warga negara yang cerdas dan kritis dalam menyikapi setiap teknologi yang ada. Gunakan teknologi untuk kemajuan, bukan kemunduran.

Akhir kata, saya ingin berpesan kepada kita semua. Mari kita rayakan kebangkitan nasional ini tidak hanya dengan upacara atau seremonial, tetapi dengan mengisi kehidupan kita dengan berbagai kegiatan positif. Mari kita berkarya, berinovasi, dan menorehkan prestasi di berbagai bidang yang kita tekuni. Semua ini adalah bekal dan langkah nyata kita dalam perjalanan panjang menuju Indonesia Emas yang kita cita-citakan!

Terima kasih atas perhatiannya.

Wassalamualaikum wr wb

Syalom, Om santi, santi, santi om, Namo Budhaya.

Contoh Amanat Pembina Upacara Hari Kebangkitan Nasional 2025 (4)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji dan syukur marilah senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Dialah yang telah melimpahkan kepada kita nikmat yang tiada terhingga jumlahnya. Diantaranya adalah nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat kesehatan, yang dengan segala karunia-Nya tersebut kita bisa hadir dan bersama-sama memperingati acara Hari Kebangkitan Nasional atau yang kita kenal dengan Harkitnas pada pagi hari ini. Alhamdulillah.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita semua, suri teladan terbaik, Nabi Allah Muhammad SAW. Beliau adalah sosok yang telah membawa kita dari zaman kegelapan (jahiliyah) menuju zaman yang terang benderang seperti yang kita nikmati saat ini, yaitu agama Islam. Semoga kita termasuk umatnya yang mendapat syafaat di hari akhir kelak.

Hadirin Rahimakumullah,

Pada kesempatan yang berharga kali ini, izinkan saya menyampaikan sebuah amanat yang sangat relevan dengan peringatan hari ini. Amanat ini berjudul “Pentingnya Persatuan untuk Mencapai Keberhasilan”. Judul ini bukan tanpa alasan dipilih, karena semangat persatuanlah yang menjadi inti dari peringatan Harkitnas.

Hari Kebangkitan Nasional adalah momentum bersejarah yang secara jelas menunjukkan bahwa persatuan menjadi faktor kunci ketika kita menginginkan sebuah kemerdekaan dan kemajuan. Kita tahu, cikal bakal kebangkitan ini berawal dari kesewenang-wenangan penjajah yang telah menindas dan membuat hidup rakyat pribumi sangat menderita. Puluhan, bahkan ratusan tahun hidup di bawah belenggu penjajahan negara asing, menjadikan Indonesia sebagai negara yang miskin dan tertinggal dalam banyak hal.

Waktu terus berjalan, dan perjuangan merebut kemerdekaan yang dilakukan secara kedaerahan seringkali terasa sia-sia. Banyak pahlawan gugur di medan pertempuran, mengorbankan jiwa dan raga mereka. Tentu saja kondisi seperti ini tidak bisa dibiarkan terus-menerus berlarut. Apalagi mengingat bahwa Indonesia adalah negara yang sejatinya sempat mencecap masa kejayaan dan kelimpahan kekayaan alam yang luar biasa. Potensi ini terampas oleh penjajahan.

Di tengah kondisi yang memprihatinkan tersebut, muncullah kaum intelektual dan pemuda terdidik yang memiliki semangat besar untuk merubah nasib bangsa. Mereka menyadari bahwa perjuangan yang bersifat kedaerahan dan hanya mengandalkan kekuatan fisik serta senjata belum cukup untuk menaklukkan penjajah yang memiliki persenjataan lebih lengkap dan strategi yang lebih matang. Pendekatan baru diperlukan.

Hingga pada tanggal 20 Mei 1908, berdirilah sebuah organisasi modern bernama Budi Utomo. Organisasi ini digawangi oleh Dr. Soetomo bersama para mahasiswa STOVIA lainnya. Berdirinya Budi Utomo menjadi tonggak awal perubahan paradigma perjuangan. Perjuangan ini secara sadar mendorong persatuan masyarakat seluruh Indonesia untuk bersama-sama bergerak mencapai kemerdekaan. Ini adalah langkah strategis yang fundamental.

Momen ini bisa diibaratkan seperti sapu lidi. Satu batang lidi, betapapun kuatnya, tidak akan mampu membersihkan halaman yang luas dari tumpukan sampah. Namun, ketika batang-batang lidi itu diikat menjadi satu dan digunakan bersama-sama, ia akan memiliki kekuatan yang besar untuk membersihkan kotoran. Itulah pentingnya persatuan dan kesatuan. Berkat semangat persatuan inilah, cita-cita kemerdekaan Indonesia akhirnya bisa menjadi kenyataan. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.

Tidak ada hal di dunia ini yang tidak mungkin untuk dicapai. Keberhasilan itu bukan datang dengan sendirinya, melainkan harus dibarengi dengan usaha keras, kerja cerdas, dan kegigihan yang luar biasa. Dan yang terpenting, semua usaha itu harus melibatkan Tuhan dalam setiap langkahnya. Doa dan ikhtiar harus seiring sejalan.

Untuk itu, melalui momentum Harkitnas ke-117 ini, saya ingin menghimbau kepada seluruh komponen bangsa, seluruh rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Mari kita selalu bersatu dalam kebhinekaan kita yang kaya dan indah. Mari kita jaga persatuan dan kesatuan ini dengan kokoh. Hanya dengan persatuanlah kita bisa terus bergerak maju dan mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia, yaitu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Jangan biarkan perbedaan memecah belah kita.

Mungkin sekian amanat yang dapat saya sampaikan pada kesempatan yang bermakna ini. Mohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kesalahan, baik dalam ucapan maupun tindakan. Semoga amanat ini dapat meresap di hati kita semua dan membakar semangat untuk terus bersatu.

Selamat Hari Kebangkitan Nasional yang ke-117! Mari kita bangkit bersama! Semangat untuk terus bangkit dan maju demi Indonesia yang lebih baik!

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Contoh Amanat Pembina Upacara Hari Kebangkitan Nasional 2025 (5)

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air.

Hari ini, tanggal 20 Mei, kita kembali memperingati hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Ya, hari ini adalah Hari Kebangkitan Nasional. Kita semua tahu bahwa Bangsa Indonesia pernah mengalami masa penjajahan yang sangat lama dan menyengsarakan. Selama periode gelap itu, silih berganti para pejuang dan pahlawan bermunculan. Mereka dengan gagah berani menentang penindasan dan penjajahan yang keji.

Para pejuang di masa lalu banyak yang melawan penjajah dengan cara kontak fisik secara langsung. Mereka bertarung, mengangkat senjata, dan mengerahkan seluruh kekuatan melawan pasukan penjajah. Berbagai cara perlawanan telah dicoba, dari satu daerah ke daerah lain. Namun sayang, perjuangan tersebut belum sepenuhnya berhasil mengusir para penjajah dari tanah air kita.

Mengapa perjuangan mengangkat senjata saat itu kurang efektif dan belum mampu mengusir penjajah secara total? Hal ini karena sifat perlawanan masih sangat sporadis. Artinya, perlawanan terhadap penjajah masih bersifat lokal atau kedaerahan, dan tidak menyeluruh melibatkan seluruh kekuatan bangsa. Itulah sebabnya mengapa penjajah bisa bertahan sangat lama menancapkan kekuasaannya di bumi pertiwi ini. Mereka dengan mudah memecah belah dan mematahkan perlawanan yang tidak terorganisir secara nasional.

Kita bisa melihat contohnya. Taktik perang gerilya yang hebat dilancarkan oleh Pangeran Diponegoro akhirnya dapat dikalahkan. Perang Aceh yang berlangsung puluhan tahun juga pada akhirnya dapat dipatahkan. Dengan ditangkapnya para pemimpin perlawanan di berbagai daerah, praktis semangat dan kekuatan perlawanan itu menjadi lumpuh dan tidak berkesinambungan. Ini menunjukkan bahwa strategi perjuangan perlu diperbarui.

Namun, semangat berjuang bangsa kita tidak pernah mati. Ia tetap tinggal dan tidak pernah pudar meskipun banyak kegagalan terjadi. Pada saat Indonesia seolah-olah hampir gagal dalam menghadapi perlawanan bersenjata, muncullah pemuda-pemuda pelopor yang memiliki pandangan jauh ke depan. Mereka adalah para tokoh inspiratif seperti Dr. Wahidin Sudirohusodo, Dr. Soetomo, HOS Cokroaminoto, Dr. Setya Budi (Douwes Dekker), KH. Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, dan masih banyak lagi nama besar lainnya. Mereka inilah yang mengubah cara menghadapi penjajah. Mereka berjuang melalui jalur politik dan organisasi modern.

Organisasi politik pertama yang menandai era baru perjuangan muncul dengan nama Budi Utomo, berdiri pada tanggal 20 Mei 1908. Empat tahun berselang, tepatnya tahun 1912, berdiri pula organisasi besar lainnya, yaitu Serikat Islam. Setelah itu, bermunculanlah organisasi-organisasi lain, baik yang bergerak di bidang politik maupun non-politik, di seluruh Hindia Belanda. Fenomena ini secara jelas menunjukkan bahwa bangsa kita pada waktu itu mulai tumbuh kesadaran nasional yang kuat. Mereka sadar bahwa perjuangan bersenjata saja belum cukup. Oleh karena itu, perjuangan dilanjutkan melalui jalur diplomasi, pendidikan, dan organisasi yang terstruktur dan menyeluruh.

Sejak saat itulah, yaitu tepatnya tanggal 20 Mei 1908, merupakan titik tolak kebangkitan bangsa Indonesia. Sebuah pergeseran paradigma perjuangan dari yang tadinya hanya mengandalkan kekuatan fisik dan senjata secara kedaerahan, beralih menuju perjuangan politik, organisasi, dan intelektual yang berskala nasional. Atas dasar pentingnya momen ini, tanggal 20 Mei kemudian ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Semoga api semangat kebangkitan nasional yang telah dinyalakan oleh para pendahulu kita ini mampu terus menjiwai semangat perjuangan kita semua dalam mengisi kemerdekaan yang telah direbut dengan susah payah. Kita punya tugas untuk membuat Indonesia lebih baik lagi. Tetapi, yang terpenting dari semuanya itu ialah semangat nasionalisme yang kokoh dan pantang padam. Semangat ini harus senantiasa tetap tumbuh dan berkobar di dalam dada setiap anak bangsa sampai selama-lamanya. Cinta tanah air adalah harga mati.

Demikianlah amanat singkat yang dapat saya sampaikan pada kesempatan yang mulia ini. Apabila ada salah ucap atau kata-kata yang kurang berkenan di hati saudara-saudara sekalian, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga amanat ini dapat memberi makna dan menginspirasi kita semua.

Akhir kata, saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya dan selamat berjuang untuk mengisi kemerdekaan dengan karya terbaik.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Nah, itu dia 5 contoh amanat pembina upacara Hari Kebangkitan Nasional 2025 yang bisa kamu jadikan referensi. Setiap amanat punya pesan kuat dan semangat yang berbeda, tapi intinya sama: mengajak kita untuk mengenang sejarah, menjaga persatuan, dan terus berjuang untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.

Peringatan Harkitnas seharusnya tidak hanya berhenti di upacara saja. Tapi jadi momen refleksi dan aksi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Di era digital yang serba cepat ini, semangat kebangkitan nasional bisa diwujudkan dengan menjadi generasi yang cerdas, kreatif, dan berkontribusi positif. Gunakan teknologi untuk kemajuan, bukan hal negatif. Jaga persatuan di tengah perbedaan, karena itulah kekuatan terbesar bangsa kita.

Semoga amanat-amanat ini bisa menginspirasi kalian semua untuk jadi pribadi yang lebih semangat dan cinta tanah air. Mari kita bangkit bersama menuju Indonesia Emas!

Gimana menurut kamu? Punya ide lain soal cara memaknai Hari Kebangkitan Nasional di era sekarang? Yuk, share pendapatmu di kolom komentar! Jangan lupa ajak teman-temanmu baca juga ya!

Posting Komentar