Nonton Asyik! 7 Film Indonesia Latar Jadul: Sejarah & Cinta Bikin Baper!

Table of Contents

Suka nggak sih kalau nonton film yang latarnya bikin kita serasa balik ke zaman dulu? Ada vibe klasik yang hangat dan bikin nostalgia. Film-film kayak gini nggak cuma cerita soal kejadian sejarah gede, tapi juga drama kehidupan, perjuangan, sampai soal cinta yang bikin hati meleleh. Nuansa jadul yang dihadirkan tuh punya daya tarik sendiri yang bikin kita betah nonton sampai akhir.

Sinema Indonesia sendiri punya banyak banget film keren yang ngambil setting di masa lampau. Mulai dari kisah bangsawan yang penuh intrik, konflik politik yang seru dan tegang, sampai percintaan yang terhalang perbedaan status atau kondisi zaman. Semuanya disajikan dengan visual yang estetik dan cerita yang nyentuh banget, seringkali bikin kita mikir dan melihat hidup dari sudut pandang yang berbeda.

Film-film ini punya cara unik buat ngajak penonton menyelami kembali momen-momen penting dalam sejarah bangsa atau sekadar merasakan atmosfer kehidupan sehari-hari di era yang sudah lewat. Kadang, pelajaran terbaik tentang masa kini justru bisa didapat dari cerita di masa lalu.

Pas banget buat kamu yang lagi nyari tontonan yang beda dan bisa bikin baper sambil dapet insight. Nih, ada 7 rekomendasi film Indonesia berlatar jadul yang wajib kamu tonton. Siap-siap dibawa flashback dan hanyut dalam ceritanya ya!

1. Kupu-Kupu Kertas (2024)

Kupu-Kupu Kertas (2024)

Film ini rilis awal tahun 2024 dan langsung bawa penonton ke masa kelam tahun 1965 di Indonesia. Periode ini identik dengan gejolak politik yang sangat hebat, di mana perbedaan ideologi bisa jadi jurang pemisah bahkan antara sesama warga desa. Bayangin deh, di tengah ketegangan yang mencekam itu, ada kisah cinta yang bersemi antara dua anak muda dari latar belakang yang berseberangan.

Ada Ning, gadis manis yang keluarganya dibilang deket banget sama kelompok simpatisan PKI. Di sisi lain, ada Ihsan, pemuda ganteng yang berasal dari keluarga terhormat di kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Awalnya sih, beda latar belakang ideologi keluarga ini nggak jadi masalah berarti buat Ning dan Ihsan. Cinta mereka tulus dan seolah nggak peduli sama label politik yang disematkan pada keluarga masing-masing. Mereka cuma pengen bersama, menjalani kisah cinta layaknya anak muda biasa.

Tapi, situasi negara dan desa mereka makin memanas. Konflik ideologi yang tadinya ‘di bawah permukaan’ akhirnya meledak jadi kekerasan. Ayah Ning, Pak Rekoso, bareng tangan kanannya yang kejam, Busok, malah jadi dalang di balik serangan brutal ke kelompok Ansor yang berujung tragis. Kakaknya Ihsan yang bernama Mas Rasjid jadi salah satu korban jiwa dalam peristiwa mengerikan itu.

Kehilangan Mas Rasjid bikin Ihsan terpukul hebat, dan masyarakat jadi diliputi amarah serta dendam yang membara. Suasana desa berubah jadi sangat mencekam, penuh kecurigaan dan keinginan balas dendam. Di tengah amukan massa yang haus keadilan (atau mungkin lebih tepatnya, balas dendam), Ihsan harus ambil keputusan yang sangat berani dan berbahaya. Dia nekad melarikan Ning demi menyelamatkan nyawa kekasihnya dan berusaha menjaga cinta mereka tetap hidup di tengah badai konflik yang memporak-porandakan segalanya. Kisahnya benar-benar menguji batas cinta, kesetiaan, dan kemanusiaan di masa yang paling sulit.

2. Buya Hamka (2023)

Buya Hamka (2023)

Film ini adalah biopik atau kisah hidup tentang sosok ulama, sastrawan, dan pahlawan nasional yang sangat legendaris di Indonesia, yaitu Haji Abdul Malik Karim Amrullah, atau yang lebih akrab kita kenal sebagai Buya Hamka. Film yang dirilis dalam beberapa bagian (Volume 1 di tahun 2023) ini ngajak kita napak tilas perjalanan hidup beliau yang luar biasa, khususnya di rentang tahun 1933 sampai 1945.

Diperankan dengan apik dan penuh penghayatan oleh Vino G. Bastian sebagai Buya Hamka dan Laudya Cynthia Bella sebagai istrinya yang setia, Sitti Raham, film ini nunjukkin gimana karisma dan pengaruh Buya Hamka mulai bersinar terang. Kisah dimulai saat beliau dipercaya buat mimpin organisasi Muhammadiyah di Makassar. Di bawah kepemimpinan beliau yang visioner dan energik, Muhammadiyah makin maju pesat dan nama Buya Hamka makin dikenal luas sebagai tokoh agama dan pergerakan yang berpengaruh.

Salah satu momen penting dalam hidup Buya Hamka yang diceritakan di film ini adalah saat beliau dapet tawaran buat ngurusin majalah Panji Masyarakat di Medan. Majalah ini punya peran penting dalam menyuarakan aspirasi umat dan kritik terhadap penjajah. Meskipun berat hati karena harus pisah sementara sama keluarga tercinta yang tinggal di Padang Panjang, atas dorongan dan restu dari sang istri, Sitti Raham, beliau akhirnya terima tawaran mulia itu.

Di Medan, Buya Hamka nggak cuma sibuk ngurus majalah yang berani banget nyuarain kritik di zaman penjajahan Belanda yang represif, tapi juga produktif banget nulis. Beliau menerbitkan episode-episode roman yang kemudian jadi karya sastra legendaris, salah satunya yang paling terkenal adalah “Di Bawah Lindungan Ka’bah”. Dedikasi beliau buat bangsa, agama, dan dunia literasi memang luar biasa. Film ini juga nunjukkin sisi humanis beliau, di mana kesibukan mengabdi pada umat dan bangsa kadang bikin beliau harus mengorbankan momen-momen berharga bersama keluarga yang sangat dicintainya. Ceritanya inspiratif banget dan bikin kita makin kenal sama sosok panutan ini.

3. Kadet 1947 (2021)

Kadet 1947 (2021)

Siapa bilang perjuangan kemerdekaan cuma milik para senior? Film Kadet 1947 buktiin kalau anak muda pun bisa bikin sejarah besar dengan keberanian dan tekad yang membara! Film ini angkat kisah nyata perjuangan heroik sekelompok pemuda yang masih berstatus kadet atau siswa penerbang di Akademi Penerbangan Maguwo, Yogyakarta. Mereka ini adalah generasi pertama calon-calon pilot Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) yang baru lahir.

Di saat Agresi Militer Belanda II lagi gencar-gencarnya dilancarkan Belanda buat ngerebut kembali Indonesia, para kadet ini nggak mau tinggal diam di markas atau cuma nerima pelatihan. Meskipun usia mereka masih sangat muda, idealisme dan jiwa patriot mereka udah setinggi langit. Mereka sadar, kemerdekaan yang baru diproklamasikan ada di ujung tanduk dan butuh pembelaan dari semua lini, termasuk dari udara.

Dipimpin oleh Sigit yang diperankan dengan apik oleh Bisma Karisma, bareng kawan-kawannya yang sama-sama pemberani kayak Mul (Kevin Julio), Har (Omara Esteghlal), dan Adji (Marthino Lio), mereka ambil keputusan yang sangat nekat tapi brilian. Dengan peralatan dan pesawat yang serba terbatas, bahkan bisa dibilang tua dan seadanya, mereka merencanakan dan melancarkan misi udara pertama dalam sejarah AURI. Ini bukan misi latihan, tapi misi tempur sungguhan!

Momen puncaknya adalah pada tanggal 29 Juli 1947. Dengan keberanian yang luar biasa dan perhitungan yang matang, para kadet ini berhasil melakukan serangan udara ke markas-markas vital Belanda di beberapa kota penting seperti Semarang, Salatiga, dan Ambarawa. Aksi mereka ini nggak cuma nunjukkin semangat juang anak muda, tapi juga jadi catatan emas yang membuktikan eksistensi dan kemampuan Angkatan Udara Indonesia di mata dunia. Film ini beneran bikin bangga dan ngasih liat kalau usia muda bukan halangan buat berjuang demi bangsa. Salut banget buat para kadet pemberani ini!

4. Bumi Manusia (2019)

Bumi Manusia (2019)

Diangkat dari novel legendaris dan sangat berpengaruh karya maestro sastra Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, film Bumi Manusia ini bawa kita kembali ke era penjajahan Belanda di Hindia Belanda pada awal abad ke-20. Periode ini adalah masa transisi di mana pengaruh Eropa mulai kuat, tapi diskriminasi terhadap pribumi masih sangat kental. Film ini nggak cuma cerita soal sejarah, tapi juga ngorek dalam isu-isu sensitif dan fundamental kayak ketidakadilan sosial, pencarian jati diri di tengah dua budaya, dan perjuangan ngelawan sistem kolonial yang rasis dan menindas.

Fokus utama cerita ada di Minke, seorang pemuda pribumi yang cerdas luar biasa dan punya kesempatan langka buat dapet pendidikan modern ala Eropa. Dia bisa sekolah di HBS, sekolah elit yang biasanya cuma buat orang Eropa atau Indo. Minke ini karakternya kompleks, dia cerdas, punya pandangan luas, tapi juga sensitif terhadap lingkungan sosialnya. Dia jadi simbol pergerakan intelektual pemuda pribumi saat itu yang mulai terbuka pikirannya.

Hati Minke tertambat pada Annelies, gadis Indo (campuran Belanda dan pribumi) yang cantik jelita dan punya kepribadian yang lembut. Annelies ini putrinya Nyai Ontosoroh, seorang perempuan pribumi luar biasa kuat, cerdas, dan mandiri yang mengelola usaha milik pria Belanda. Tapi, di mata masyarakat kolonial yang picik, Nyai Ontosoroh dianggap rendah karena statusnya sebagai ‘nyai’ - perempuan yang tinggal bersama pria Belanda tanpa ikatan perkawinan resmi menurut hukum Belanda.

Masalah besar dan konflik utama dalam film ini muncul ketika cinta Minke dan Annelies terbentur tembok hukum kolonial yang nggak adil dan rasis. Hukum Belanda nggak mengakui pernikahan antara pribumi terpelajar seperti Minke dengan Annelies, terutama karena status ibunya. Minke harus berjuang mati-matian nggak cuma buat mempertahankan cintanya pada Annelies, tapi juga buat membuktikan bahwa dia dan semua pribumi punya hak yang sama sebagai manusia di mata hukum, terlepas dari ras atau status sosial orang tua mereka. Ceritanya bikin geregetan sama ketidakadilan zaman itu, tapi juga terenyuh sama kekuatan cinta dan perjuangan demi martabat manusia.

5. Perburuan (2019)

Perburuan (2019)

Satu lagi film yang diadaptasi dari karya besar Pramoedya Ananta Toer, yaitu Perburuan. Film ini nyeritain nasib malang seorang pemuda bernama Hardo, mantan perwira tentara PETA (Pembela Tanah Air) bentukan Jepang yang berjuang ngelawan penjajah, tapi malah ngalamin kekalahan telak dalam perlawanan laskar pribumi ngelawan tentara Jepang. Setelah kekalahan itu, Hardo terpaksa pulang kampung ke Blora, Jawa Tengah, berharap bisa dapetin ketenangan setelah masa-masa sulit di medan perang.

Tapi bayangin, luka fisik dan batin akibat perang belum pulih sepenuhnya, Hardo udah harus ngadepin kenyataan pahit lainnya yang nggak kalah mengerikan. Bukannya dapetin ketenangan, dia malah jadi buronan utama tentara Nippon yang nyisir desa-desa dengan brutal buat nangkep sisa-sisa pejuang PETA. Hardo terpaksa hidup dalam pelarian, sembunyi di mana aja yang dia bisa temuin, mulai dari ladang, hutan, sampe kolong rumah kerabat dan penduduk desa yang dia kenal.

Hidup dalam pelarian itu udah berat banget, penuh ketakutan dan ketidakpastian. Tapi cobaan Hardo ternyata nggak cuma datang dari musuh, yaitu tentara Jepang. Selama dalam pelarian, dia malah nemuin fakta yang lebih sakit lagi dan bikin hati perih. Jejaknya bisa terlacak dan posisinya ketahuan bukan cuma karena kehebatan atau kelihaian penjajah dalam memburu, tapi justru karena ada orang-orang yang dia kenal dekat, bahkan kawan seperjuangannya sendiri di PETA, yang tega berkhianat.

Mereka milih jalan aman demi menyelamatkan diri sendiri dan keluarganya, dengan cara ‘menjilat’ Jepang dan ngasih informasi soal keberadaan Hardo. Film ini secara gamblang nunjukkin sisi gelap dan paling menyakitkan dari sebuah perjuangan, di mana musuh terbesar kadang datang dari dalam barisan sendiri, dari orang-orang yang seharusnya saling melindungi. Kisah Hardo ini bikin nyesek banget dan ngajak kita mikir keras soal arti kesetiaan, pengkhianatan, dan harga sebuah perjuangan.

6. Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, dan Cinta (2018)

Sultan Agung Tahta Perjuangan dan Cinta (2018)

Film epik yang digarap dengan megah ini nyeritain kisah perjalanan hidup salah satu raja terbesar dan paling berpengaruh dalam sejarah Jawa, yaitu Raden Mas Rangsang, yang kemudian naik tahta dan dikenal sebagai Sultan Agung Hanyokrokusumo. Beliau memimpin Kerajaan Mataram Islam di masa jayanya, membawa Mataram ke puncak kekuasaan dan kemakmuran.

Sultan Agung, diperankan dengan karismatik oleh Ario Bayu, naik tahta di usia yang masih sangat muda setelah ayahandanya wafat. Jadi raja di usia belia itu tentu bukan hal yang mudah. Beliau langsung harus ngadepin berbagai tantangan dan tekanan, baik dari internal istana yang penuh intrik maupun dari luar kerajaan. Kepemimpinan beliau di awal-awal tahta seringkali diuji dan diragukan oleh pihak-pihak tertentu.

Nggak cuma urusan negara dan politik, Sultan Agung juga ngadepin dilema hati dan cinta. Film ini menyentuh kisah cintanya sama seorang perempuan bernama Lembayung yang bikin baper, tapi di sisi lain, beliau juga harus menjalani pernikahan politik dengan Ratu Batang demi memperkuat hubungan antarwilayah dan stabilitas kerajaan. Keputusan-keputusan sulit yang melibatkan perasaan pribadi versus tanggung jawab negara harus diambil.

Namun, tantangan terberat bagi Mataram di bawah kepemimpinan Sultan Agung datang dari kekuatan asing, yaitu Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) alias Kompeni Belanda. VOC semakin agresif di tanah Jawa dan punya niat buruk buat melemahkan kekuasaan Mataram. Mereka pinter banget manfaatin intrik internal dan ngadu domba para adipati bawahan Mataram biar kekuasaan kerajaan terpecah belah dan mudah dikendalikan. Ketika Belanda makin kurang ajar dan ngelanggar perjanjian dengan mendirikan benteng dan markas dagang di Batavia (sekarang Jakarta) tanpa izin, kesabaran Sultan Agung akhirnya habis. Beliau bangkit, menyatukan kembali para adipati yang tadinya tercerai-berai, dan ngelancarin serangan besar-besaran ke benteng VOC di Batavia. Film ini nunjukkin gimana kepemimpinan yang kuat, strategi perang yang cerdas, dan pengorbanan seorang raja demi kedaulatan dan martabat bangsanya. Ceritanya keren, penuh drama, dan semangat perjuangan yang menginspirasi!

7. Kartini (2017)

Kartini (2017)

Film ini adalah penghormatan yang indah dan menyentuh buat salah satu pahlawan wanita paling berpengaruh dan inspiratif di Indonesia, Raden Ajeng Kartini. Disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan diperankan dengan memukau oleh Dian Sastrowardoyo sebagai Kartini, film ini ngajak kita ngintip kehidupan Kartini dari dekat, lebih dari sekadar sosok pahlawan yang ada di buku pelajaran sejarah.

Meskipun lahir dari keluarga bangsawan Jawa yang terpandang dan berpendidikan (ayahnya adalah Bupati Jepara), hidup Kartini kecil nggak lantas bebas. Justru sebagai perempuan ningrat di zamannya, dia terikat banget sama adat istiadat yang kuno dan mengekang. Dia nggak bebas milih pendidikan tinggi, nggak bisa keluar rumah sembarangan apalagi setelah dipingit, dan yang paling penting, dia nggak punya kebebasan buat menyuarakan pendapat atau pemikirannya sendiri di depan umum. Ini bikin Kartini muda merasa terbelenggu.

Tapi Kartini ini punya rasa ingin tahu yang besar dan haus ilmu. Beruntungnya, dia punya akses ke buku-buku bacaan Eropa dan bisa menjalin korespondensi atau surat-menyurat sama sahabat penanya di Belanda. Lewat bacaan dan surat-surat inilah, pemikiran Kartini berkembang pesat. Dia mulai dapet pandangan baru dan punya ide-ide yang sangat progresif dan jauh melampaui zamannya. Dia kepikiran banget soal pentingnya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, soal pendidikan yang harus bisa diakses oleh semua orang tanpa pandang status (terutama perempuan pribumi yang selama ini terabaikan), dan soal pentingnya kebebasan berpikir serta bersuara.

Film ini nggak cuma nunjukkin Kartini sebagai simbol perjuangan emansipasi wanita yang kuat, tapi juga ngupas tuntas dilema batin yang dia rasain. Gimana susahnya dia harus ngadepin konflik sama keluarga sendiri yang terikat tradisi, tekanan budaya dan norma sosial yang begitu kuat membelenggu perempuan di zamannya, dan keinginan kuatnya buat bikin perubahan. Perjuangan Kartini ini bukti bahwa perubahan besar bisa dimulai dari pikiran yang terbuka, keberanian untuk melawan arus, dan tekad kuat untuk memperjuangkan apa yang diyakini benar, meskipun jalannya terjal dan penuh pengorbanan. Film ini inspiring banget dan bikin kita lebih menghargai jasa-jasa Ibu Kartini.

Nah, itu dia 7 rekomendasi film Indonesia yang latarnya jadul banget tapi ceritanya tetap relevan dan menarik buat ditonton sampai sekarang. Seru ya, bisa nonton sambil belajar sejarah, ngikutin drama kehidupan, perjuangan, dan juga kisah cinta di masa lampau. Setiap film punya keunikannya sendiri dan bisa kasih insight baru buat kita tentang kondisi sosial, politik, dan budaya di era yang berbeda.

Gimana, dari daftar ini, film mana yang paling bikin kamu penasaran buat ditonton atau ditonton ulang? Dijamin nggak bakal nyesel deh ngabisin waktu buat marathon film-film berlatar jadul ini. Siapa tahu ada adegan atau quote yang bikin kamu baper atau malah makin cinta sama kekayaan sejarah dan budaya Indonesia!

Sudah nonton film-film ini atau punya rekomendasi film jadul Indonesia lainnya yang nggak kalah seru? Yuk, share di kolom komentar di bawah! Ceritain pengalaman atau pendapatmu ya, kita diskusi bareng!

Posting Komentar