The Phoenician Scheme: Intip Komedi Gelap Terbaru Wes Anderson, Gokil Abis!
Film terbaru dari sutradara nyentrik Wes Anderson lagi jadi bahan omongan nih! Judulnya The Phoenician Scheme, dan dari premisnya aja udah kerasa banget nuansa dark comedy espionage yang khas Anderson. Bayangin aja, film mata-mata tapi dibalut komedi gelap yang aneh bin ajaib, plus deretan aktor papan atas yang siap bikin geleng-geleng kepala. Wes Anderson emang enggak pernah gagal bikin kita penasaran sama karyanya. Setiap filmnya selalu punya gaya visual yang unik, dialog yang deadpan, dan karakter-karakter yang eksentrik tapi bikin relate (atau setidaknya tertarik).
Kali ini, Wes menggandeng Benicio del Toro, Michael Cera, dan Mia Threapleton buat jadi pemeran utamanya. Dari nama-nama ini aja udah kebayang kan bakal se-enggak biasa apa film ini? Benicio del Toro dengan karismanya yang misterius, Michael Cera dengan gaya canggungnya yang kocak, dan Mia Threapleton sebagai karakter sentral yang terduga. Kombinasi ini kayaknya bakal jadi resep komedi gelap yang pas banget di tangan Wes Anderson. Cerita film ini sendiri fokus ke satu keluarga pebisnis yang hidupnya mendadak jungkir balik karena berurusan sama orang-orang berbahaya. Pengusaha licik, teroris, sampai pembunuh bayaran ikutan nimbrung dalam kekacauan ini. Siap-siap aja diajak masuk ke dunia yang penuh intrik, absurditas, dan tentunya, humor yang bikin meringis.
Mengenal Sang Karakter Utama: Zsa-Zsa Korda¶
Pusat cerita The Phoenician Scheme ini adalah karakter Zsa-Zsa Korda, yang diperankan dengan apik oleh Benicio del Toro. Korda digambarkan sebagai pedagang senjata sekaligus industrialis yang punya jejak rekam bisnis yang… uhm, agak abu-abu. Bayangin aja, di awal cerita, dia langsung kena percobaan pembunuhan yang nyaris merenggut nyawanya. Serem ya? Tapi tunggu, ini kan film Wes Anderson, jadi momen nyaris mati pun ada twist-nya!
Saat Korda enggak sadarkan diri, jiwanya melayang ke alam baka. Di sana, bukannya diadili dosa-dosanya, dia malah dapet semacam “nilai” atau penilaian gitu. Dan lucunya, nilai tersebut cukup baik buat bikin dia “layak masuk Surga”. Gimana enggak gokil coba? Seorang pedagang senjata yang pasti punya banyak dosa malah dapet nilai bagus di alam baka Wes Anderson. Momen ini aja udah ngasih lihat betapa gelap sekaligus komedinya film ini. Ini bukan cuma soal hidup dan mati, tapi juga tentang penilaian moral yang dipertanyakan secara absurd.
Setelah sadar dari komanya, Korda sadar bahwa ancaman pembunuhan enggak bakal hilang gitu aja. Hidupnya bakal terus terancam. Nah, di sinilah muncul sisi manusiawi (atau setidaknya, sisi nyeleneh ala Anderson) dari karakternya. Dia mulai mikirin hal-hal penting, dan yang paling utama adalah hubungannya sama sang putri semata wayang. Mungkin karena sadar umurnya enggak bakal panjang atau mau “menebus dosa” versi dia, Korda akhirnya berusaha memperbaiki tali silaturahmi yang udah lama renggang.
Hubungan Ayah dan Anak yang Rumit¶
Putri Zsa-Zsa Korda ini namanya Liesl, diperankan oleh Mia Threapleton. Nah, Liesl ini punya latar belakang yang kontras banget sama ayahnya. Dia adalah seorang calon biarawati Katolik. Kebayang kan, bapaknya pengusaha senjata yang licik, anaknya malah mau mengabdikan diri di Gereja. Jomplang banget! Di tengah ancaman yang mengintai, Korda bukannya nyuruh Liesl sembunyi atau menjauh, malah sebaliknya. Dia minta Liesl buat ninggalin kehidupan biarawatinya dan mengambil alih bisnis keluarganya. Permintaan ini jelas berat dan pasti bikin Liesl kaget setengah mati. Gimana enggak, Liesl udah siap hidup tenang dan spiritual, eh malah disuruh terjun ke dunia bisnis ayahnya yang penuh intrik dan bahaya.
Hubungan Korda dan Liesl emang jauh dari kata harmonis. Ternyata, kerenggangan ini udah terjadi sejak lama. Korda mengirim Liesl ke biara saat dia masih sangat kecil, baru berusia lima tahun. Alasan di baliknya pun enggak main-main. Ada kabar yang beredar kalau Korda adalah orang yang bertanggung jawab atas kematian ibu Liesl. Meskipun Korda mati-matian menyangkal tuduhan itu, rumor ini jelas ninggalin luka mendalam dan tembok tinggi di antara ayah dan anak ini. Liesl pasti tumbuh dengan pertanyaan besar dan mungkin kebencian terhadap ayahnya. Jadi, permintaan Korda untuk mengambil alih bisnis bukan cuma soal warisan, tapi juga upaya rumit buat memperbaiki hubungan yang udah hancur, dengan cara yang… ya, ala Zsa-Zsa Korda. Ini yang bikin dinamika Liesl dan Korda jadi salah satu inti emosional (dalam artian Andersonian) dari film ini.
Di momen-momen penting ini, Liesl juga ketemu sama karakter lain yang enggak kalah unik, yaitu Bjørn. Michael Cera memerankan Bjørn, seorang entomologis Norwegia. Entomologis itu ahli serangga ya. Uniknya, Bjørn ini juga jadi asisten administratif Korda. Coba bayangin, ahli serangga jadi asisten pedagang senjata internasional? Cuma di film Wes Anderson ada kombinasi kayak gini. Kehadiran Bjørn pasti bakal nambah keanehan dan komedi di tengah drama keluarga dan intrik bisnis yang terjadi. Mungkin Bjørn bakal melihat kelakuan manusia-manusia di sekitar Korda seperti melihat spesies serangga yang aneh? Siapa tahu! Interaksi antara Korda yang licik, Liesl yang religius tapi dipaksa masuk dunia gelap, dan Bjørn si ahli serangga yang kikuk pasti bakal jadi sumber tawa gelap yang khas.
Skema Bisnis Berisiko Tinggi¶
Selain drama keluarga, film ini juga nyorot intrik bisnis Korda yang bikin geleng-geleng kepala. Praktik bisnisnya emang udah terkenal enggak etis dan bikin pemerintah di seluruh dunia gerah. Mereka pengen banget menghentikan sepak terjang Korda. Nah, peluang buat menjatuhkan Korda muncul ketika dia ngambil risiko super gede. Korda mempertaruhkan seluruh kekayaannya buat sebuah skema ambisius: merombak infrastruktur di sebuah wilayah bernama Phoenicia. Kedengarannya mulia ya? Tapi lagi-lagi, ada twist gelapnya. Proyek raksasa ini rencananya bakal dikerjain pakai tenaga kerja budak. Iya, beneran budak. Ini jelas nunjukkin betapa kejam dan enggak bermoralnya Korda dalam mengejar keuntungan. Proyek ini jadi titik lemahnya yang dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang pengen dia jatuh.
Salah satu pihak yang paling getol pengen Korda bangkrut adalah agen pemerintah yang punya kode nama keren: Excalibur, diperankan oleh Rupert Friend. Agen Excalibur ini punya rencana licik buat menggagalkan skema Phoenicia Korda. Caranya? Mereka berkonspirasi buat menaikkan harga bahan bangunan yang dibutuhkan buat proyek itu. Kalau harga bahan bangunan naik drastis, biaya proyek Korda bakal membengkak dan dia bisa aja langsung bangkrut. Ini adalah permainan catur tingkat tinggi antara Korda dan pihak-pihak yang berkuasa, di mana satu langkah salah bisa bikin kerajaannya runtuh.
Di tengah tekanan dari pemerintah, Korda enggak tinggal diam. Dia, bareng Liesl dan Bjørn, berusaha ngadepin para investornya yang kritis. Korda mencoba ngelakuin trik-trik licik buat mastiin skema Phoenicia-nya tetep jalan dan dia enggak kehilangan uang. Dia ketemu sama para investornya, termasuk Leland dari California yang diperankan Tom Hanks dan Reagan dari California yang diperankan Bryan Cranston. Korda dengan cerdiknya (dan liciknya) berusaha bikin mereka tanda tangan kontrak baru yang nambahin kontribusi finansial mereka buat proyek tersebut. Tapi Korda ini beneran jahat dalam berbisnis. Dia enggak ngasih tahu para investornya itu kalau ada perubahan di kontrak. Dia main belakang, berharap mereka enggak sadar dan tetep kejebak.
Enggak cuma itu, Korda juga enggak segan pakai cara kotor lainnya. Dia memeras pemilik klub malam dari Prancis bernama Marseille Bob, yang diperankan oleh Mathieu Amalric. Selain itu, dia juga ngancam pengusaha Pantai Timur bernama Marty (diperankan Jeffrey Wright). Ancaman Korda ke Marty ini bahkan ekstrem banget: dia ngancam mau bunuh Marty pakai bom bunuh diri! Gila kan? Tingkah Korda ini emang udah di luar batas moral dan hukum. Dia rela ngelakuin apa aja demi uang dan kekuasaan, termasuk membahayakan nyawa orang lain dan bahkan dirinya sendiri.
Hebatnya (atau gilanya), meskipun para investornya jelas marah dan merasa ditipu atau diancam, Zsa-Zsa Korda entah gimana selalu berhasil lolos dari setiap situasi berbahaya yang dia ciptakan sendiri. Kayaknya dia punya semacam keberuntungan atau kelihaian ekstrem buat menghindar dari konsekuensi perbuatannya. Keberhasilan Korda buat lolos terus-terusan ini justru yang bikin situasi makin rumit. Karena dia enggak bisa dijatuhkan dengan cara biasa, ini justru bikin Korda dan Liesl (yang sekarang udah ikut campur dalam urusan bisnis ayahnya) jadi target yang lebih besar lagi. Mereka bukan cuma diincar pemerintah, tapi juga para investor yang merasa dirugikan, dan mungkin pihak-pihak lain yang punya dendam sama Korda. Semua orang pengen mereka jatuh.
Kembali ke Alam Baka: Sebuah Kebenaran yang Mengubah Hidup¶
Plot The Phoenician Scheme mencapai puncaknya ketika Zsa-Zsa Korda mengalami insiden serius lagi. Entah apa yang terjadi, tapi dia kembali enggak sadarkan diri dan lagi-lagi, jiwanya melayang ke alam baka. Nah, momen ini ternyata sangat krusial buat cerita. Di kunjungan keduanya ke alam baka ini, Korda bertemu dengan sosok yang sangat penting dalam hidupnya, tapi sudah lama hilang: ibu Liesl, alias mantan istrinya.
Pertemuan di alam baka ini pastinya penuh misteri dan emosi. Lewat percakapan atau interaksi dengan ibu Liesl, Korda akhirnya mengetahui sebuah fakta penting yang selama ini tersembunyi. Fakta ini bukan sembarang fakta, tapi sesuatu yang mengubah hidupnya. Mengingat rumor yang beredar bahwa Korda terlibat dalam kematian ibu Liesl dan itu jadi alasan Liesl dikirim ke biara dan hubungan mereka renggang, kemungkinan besar fakta yang diungkap ini berkaitan dengan kematian sang ibu. Mungkin Korda ternyata enggak bersalah? Atau mungkin kebenarannya jauh lebih kompleks dan gelap? Pengungkapan ini pasti bakal berpengaruh besar pada Korda, hubungannya dengan Liesl, dan mungkin arah cerita selanjutnya. Ini adalah twist naratif yang bikin penonton penasaran dan nunggu-nunggu bagaimana Korda akan bereaksi setelah mengetahui kebenaran yang mengguncang dunianya.
Sentuhan Khas Wes Anderson¶
The Phoenician Scheme ini emang jelas banget kelihatan sebagai produk orisinal dari pikiran Wes Anderson. Cerita film ini ditulis oleh Anderson bareng Roman Coppola, kolaborator setianya. Keduanya udah sering kerja bareng dan menghasilkan naskah-naskah unik yang jadi fondasi film-film Anderson yang disukai banyak orang. Dari premisnya yang aneh, karakter-karakter yang eksentrik, dialog yang cerdas (dan seringkali deadpan), sampai perpaduan genre yang enggak biasa (komedi gelap campur mata-mata), semua elemen ini teriak “Wes Anderson banget!”.
Bagi para penggemar Wes Anderson, film ini pasti jadi tontonan yang wajib banget. Kalau kamu suka gaya visual simetrisnya yang estetik, penggunaan warna-warna pastel yang khas, shot-shot yang rapi kayak diorama, dan musik latarnya yang vintage dan quirky, kemungkinan besar kamu juga bakal suka film ini. Meskipun sinopsisnya enggak detailin aspek visual dan audio, tapi knowing Wes Anderson, The Phoenician Scheme pasti punya gaya yang kuat dan konsisten. Film ini juga melanjutkan tradisi Anderson dalam bekerja sama dengan aktor-aktor langganannya dan menggabungkannya dengan nama-nama baru atau yang baru pertama kali bekerja dengannya. Benicio del Toro, Michael Cera, dan Mia Threapleton bergabung dengan ensemble cast keren lainnya, termasuk penampilan singkat dari aktor-aktor besar seperti Tom Hanks dan Bryan Cranston.
Film ini udah tayang perdana di ajang bergengsi Cannes Film Festival 2025 tanggal 18 Mei lalu. Pasti banyak banget kritikus dan penonton yang penasaran gimana respon pertama terhadap karya terbaru Anderson ini. Setelah dari Cannes, The Phoenician Scheme ternyata langsung mampir ke Indonesia. Buat kamu yang udah enggak sabar pengen nonton, film ini udah tayang di bioskop Indonesia sejak tanggal 7 Juni kemarin. Jadi, udah bisa langsung meluncur ke bioskop terdekat buat menyaksikan langsung kekacauan absurd ala Wes Anderson ini.
Biar makin semangat nontonnya, yuk intip dulu trailer resminya!
Simak trailer The Phoenician Scheme di sini
Trailer ini pasti bakal ngasih gambaran lebih jelas soal tone filmnya, penampilan para pemain, dan mungkin sekilas soal gaya visual yang bakal disajikan. Dari sinopsis dan trailer, udah jelas kalau The Phoenician Scheme bukan film mata-mata biasa. Ini adalah petualangan yang gelap, lucu, aneh, dan penuh kejutan, dibungkus dengan gaya khas Wes Anderson yang sulit ditiru. Siap-siap buat ngalamin rollercoaster emosi yang enggak terduga, dari tegang karena intrik mata-mata, ngeri karena kekejaman Korda, sampai ngakak geli karena momen-momen absurd dan dialognya yang unik.
Gimana, udah makin penasaran kan sama film The Phoenician Scheme ini? Kayaknya film ini emang pas banget buat kamu yang lagi nyari tontonan yang beda dari yang lain, yang bikin mikir sekaligus ketawa (atau minimal senyum tipis).
Udah pada nonton film The Phoenician Scheme belum? Atau mungkin ada yang udah nungguin banget dari pas tau Wes Anderson bikin film baru? Yuk, share pendapat kalian di kolom komentar di bawah! Ceritain bagian mana yang paling kalian tunggu atau kesan pertama setelah nonton trailer!
Posting Komentar