Asyura Itu Apa Sih? Kapan dan Gimana Tradisinya di Indonesia?
Hari Asyura sering banget kita dengar pas masuk bulan Muharam. Ini bukan hari biasa lho buat umat Islam. Tanggalnya selalu sama, yaitu jatuh di hari ke-10 bulan pertama dalam kalender Hijriah, bulan Muharam. Hari ini punya keistimewaan dan sejarah panjang yang bikin banyak Muslim ngerayainnya atau setidaknya ngelakuin amalan baik.
Tapi, mungkin masih banyak yang belum tahu persis, Asyura itu sebetulnya hari apa sih? Kenapa penting banget? Terus, gimana ya cara umat Islam, khususnya di Indonesia, ngerayain atau mengenang hari istimewa ini? Yuk, kita bahas lebih lanjut biar makin paham!
Pengertian Hari Asyura¶
Kalau dilihat dari namanya, “Asyura” itu asalnya dari bahasa Arab. Kata ini diambil dari ‘asyara (عَØ´َرَ) yang artinya “sepuluh”. Jadi, gampang banget kan? Asyura itu ya memang merujuk pada hari kesepuluh di bulan Muharam. Sederhana banget ya artinya, tapi maknanya itu lho yang luar biasa dalamnya!
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI VI Daring), dijelaskan juga kalau asyura itu memang hari kesepuluh bulan Muharam. Makna leksikalnya memang cuma soal tanggal. Tapi di balik nama tanggal ini, terbentang sejarah dan hikmah yang bikin hari ini jadi penting dan punya tempat tersendiri di hati umat Islam.
Makna dan Latar Belakang Hari Asyura¶
Nah, ini dia bagian paling seru! Hari Asyura itu bukan cuma penanda tanggal aja. Hari ini punya makna spiritual yang dalam banget. Banyak banget peristiwa penting dalam sejarah kenabian yang terjadi di hari ini. Karena itulah, hari Asyura dianggap sebagai hari penuh berkah dan keutamaan. Umat Muslim dianjurkan banget buat ngisi hari ini dengan berbagai amalan saleh, salah satunya yang paling populer adalah puasa sunah.
Kenapa hari ini penting? Salah satu alasannya karena diyakini banyak karunia dan pertolongan Allah yang diberikan kepada para Nabi di tanggal 10 Muharam. Menurut penjelasan Syaikh Abdul Qadir al-Jilani dalam kitab Al-Ghunyah, yang juga dikutip oleh Ditjen Bimas Islam Kemenag RI, ada sepuluh Nabi yang dapat keistimewaan di hari ini. Misalnya, Nabi Adam AS diterima tobatnya oleh Allah di hari Asyura. Nabi Nuh AS dan pengikutnya diselamatkan dari banjir bandang saat kapalnya mendarat di bukit Judi.
Selain itu, Nabi Musa AS dan Bani Israil diselamatkan dari kejaran Firaun dengan terbelahnya Laut Merah, peristiwa luar biasa ini juga terjadi di hari Asyura. Nabi Idris AS diangkat ke langit, Nabi Isa AS juga diangkat ke langit, dan Nabi Ayyub AS disembuhkan dari penyakitnya. Ada juga yang menyebutkan Nabi Yunus AS keluar dari perut ikan paus, Nabi Yusuf AS dibebaskan dari penjara, dan Nabi Ya’qub AS dipertemukan kembali dengan Nabi Yusuf AS. Wah, banyak banget kan peristiwa penting yang terjadi di tanggal ini! Ini menunjukkan betapa istimewanya hari Asyura sebagai simbol keselamatan, ampunan, dan kemuliaan dari Allah SWT bagi hamba-hamba-Nya yang taat.
Momentum bersejarah ini lah yang kemudian menjadikan hari Asyura sebagai hari yang dianjurkan untuk bersyukur kepada Allah. Salah satu cara bersyukur yang paling utama adalah dengan berpuasa. Nabi Muhammad SAW sendiri sangat menganjurkan umatnya untuk berpuasa pada hari ini. Bahkan, sebelum ada perintah puasa Ramadan, puasa Asyura ini wajib hukumnya lho! Setelah puasa Ramadan diwajibkan, hukum puasa Asyura berubah jadi sunah, tapi tetap dengan keutamaan yang besar.
Puasa Asyura: Amalan Utama di Tanggal 10 Muharam¶
Seperti yang udah disebutin, puasa di hari Asyura itu punya keutamaan yang luar biasa. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa puasa Asyura dapat menghapus dosa setahun yang lalu. Wow, pahalanya gede banget kan? Karena keutamaan ini, banyak umat Islam yang berlomba-lomba buat puasa di hari ini.
Nah, biar puasanya makin sempurna dan beda dari puasa yang dilakuin kaum Yahudi (yang juga berpuasa di hari ini untuk merayakan penyelamatan Nabi Musa), Nabi Muhammad SAW menganjurkan buat menambah puasa di hari sebelumnya, yaitu tanggal 9 Muharam. Puasa di tanggal 9 Muharam ini disebut puasa Tasu’a. Jadi, sunahnya itu puasa dua hari berturut-turut, tanggal 9 dan 10 Muharam. Kalaupun nggak bisa puasa dua hari, puasa di hari Asyura aja (tanggal 10) tetap sangat dianjurkan dan berpahala besar.
Puasa Tasu’a dan Asyura ini jadi salah satu amalan yang paling ditekankan di bulan Muharam, khususnya di hari Asyura. Selain puasa, memperbanyak sedekah, membaca Al-Qur’an, berzikir, dan amalan baik lainnya juga sangat dianjurkan di hari penuh berkah ini. Intinya, hari Asyura adalah momen buat makin mendekatkan diri kepada Allah dan meneladani kesabaran serta keteguhan para Nabi dalam menghadapi cobaan.
Kapan Hari Asyura 2025?¶
Biar nggak ketinggalan momen istimewa ini, penting dong tahu tanggal pastinya kapan Hari Asyura di tahun depan. Kalender Hijriah itu kan perhitungannya beda sama Masehi, jadi tanggalnya geser terus tiap tahun.
Untuk tahun 2025 Masehi, tanggal 10 Muharam 1447 Hijriah diperkirakan jatuh pada hari Minggu, 6 Juli 2025. Penetapan ini biasanya merujuk pada Kalender Hijriah Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia (Ditjen Bimas Islam Kemenag RI). Muhammadiyah, organisasi Islam besar di Indonesia, juga punya Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) sendiri, dan seringkali tanggalnya selaras atau hanya beda tipis dengan pemerintah. Untuk tahun 2025, tampaknya tanggal 6 Juli ini udah jadi kesepakatan umum. Jadi, catat ya tanggalnya biar nggak lupa niat puasa Tasu’a di tanggal 5 Juli dan puasa Asyura di tanggal 6 Juli 2025!
Momen jatuhnya di hari Minggu ini kayaknya pas banget ya buat banyak orang. Bisa lebih leluasa menjalankan ibadah puasa atau amalan lainnya tanpa harus terburu-buru karena aktivitas kerja atau sekolah yang padat di hari biasa. Jadi, bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin deh!
Tradisi Hari Asyura di Indonesia¶
Nah, yang menarik nih, di Indonesia sendiri Hari Asyura diperingati dengan berbagai tradisi yang unik dan khas di masing-masing daerah. Ini menunjukkan kekayaan budaya kita yang berpadu dengan nilai-nilai agama. Meskipun amalan utama secara syariat adalah puasa, tapi tradisi lokal ini menambah semarak peringatan Hari Asyura.
Salah satu tradisi yang paling umum dan luas dilakukan di berbagai daerah di Indonesia adalah memberikan santunan kepada anak yatim. Tradisi ini bahkan saking populernya sampai-sampai Hari Asyura sering dijuluki sebagai Lebaran Anak Yatim atau Idul Yatama. Kenapa ya kok santunan anak yatim identik banget sama Hari Asyura? Ada beberapa pandangan soal ini. Salah satunya karena menyantuni anak yatim itu adalah amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam, dan melakukannya di hari yang istimewa seperti Asyura tentu pahalanya berlipat ganda. Ada juga riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW sendiri adalah seorang yatim yang kehilangan ayahnya sebelum lahir. Ada hikmah yang dalam dari kisah para Nabi di hari Asyura, dan salah satunya mengajarkan kepedulian dan kasih sayang, termasuk kepada mereka yang kehilangan orang tua.
Jadi, di tanggal 10 Muharam, banyak masjid, yayasan, atau komunitas yang ngadain acara khusus buat ngasih santunan, ngajak makan bareng, atau sekadar ngasih hadiah buat anak-anak yatim di sekitar mereka. Ini momen yang menghangatkan hati banget, ngajarin kita buat berbagi dan peduli sama sesama.
Tradisi lain yang juga terkenal di beberapa daerah, khususnya di Aceh dan Sumatera Barat, adalah memasak bubur Asyura. Bubur ini bukan sembarang bubur lho! Biasanya dimasak secara gotong royong oleh masyarakat satu kampung atau satu mesjid. Proses memasaknya seringkali jadi ajang silaturahmi dan kebersamaan. Bahan-bahan bubur Asyura ini juga macem-macem banget, bahkan kadang bisa sampai puluhan jenis kacang-kacangan, biji-bijian, dan rempah-rempah yang dicampur jadi satu.
Bubur Asyura ini punya makna simbolis yang kuat. Konon, bubur ini melambangkan percampuran berbagai bahan yang tetap bisa bersatu dan menghasilkan rasa yang enak, menggambarkan persatuan umat Islam meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda. Ada juga yang mengaitkannya dengan kisah Nabi Nuh AS yang mengumpulkan sisa-sisa bahan makanan di perahunya setelah banjir surut untuk dimasak menjadi bubur, sebagai bentuk syukur atas keselamatan yang diberikan Allah. Setelah matang, bubur Asyura ini biasanya dibagikan kepada tetangga, sanak saudara, dan fakir miskin. Ini wujud nyata dari semangat berbagi dan kebersamaan yang diajarkan Islam.
Selain dua tradisi besar itu, mungkin masih ada tradisi lokal lainnya di berbagai penjuru Indonesia yang berkaitan dengan Hari Asyura, misalnya mengadakan pengajian akbar, tadarus Al-Qur’an bersama, atau bersih-bersih lingkungan. Semua tradisi ini pada dasarnya adalah wujud ekspresi kegembiraan dan rasa syukur atas berkah yang ada di Hari Asyura, serta upaya untuk memperbanyak amal baik di hari yang istimewa.
Memperingati Hari Asyura, baik dengan ibadah yang dianjurkan syariat seperti puasa dan sedekah, maupun dengan tradisi lokal yang positif, semuanya bertujuan untuk mengingatkan kita pada sejarah penting, hikmah kehidupan para Nabi, dan tentunya untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Ini adalah momen berharga buat refleksi diri, memperbaiki ibadah, dan mempererat tali silaturahmi sesama Muslim.
Jadi, Hari Asyura itu bukan cuma tanggal merah di kalender ya. Ada makna, sejarah, dan tradisi yang bikin hari ini spesial banget. Siap-siap nih kita sambut Hari Asyura 1447 Hijriah di tahun 2025 nanti dengan amalan terbaik!
Gimana nih, di daerahmu ada tradisi Hari Asyura yang unik juga nggak? Ceritain dong di kolom komentar!
Posting Komentar