Fadli Zon Kasih Jempol Buat Polri yang Gelar Wayang, Minta Instansi Lain Ikutan!
Menteri Kebudayaan, Bapak Fadli Zon, baru-baru ini menyempatkan diri hadir di tengah hiruk pikuk pagelaran wayang kulit yang digagas oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Acara budaya yang kental dengan nuansa tradisional ini ternyata sukses mencuri perhatian sang menteri. Beliau secara langsung menyampaikan apresiasi yang mendalam atas inisiatif Polri dalam upaya memajukan dan melestarikan kebudayaan bangsa. Ini bukan sekadar pertunjukan biasa, melainkan sebuah pernyataan sikap dari sebuah institusi negara.
Kegiatan ini, menurut Fadli Zon, benar-benar luar biasa. Beliau melihatnya sebagai langkah positif dan patut dicontoh. Apalagi, pagelaran wayang ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Bhayangkara. Memperingati hari jadi dengan nuansa kebudayaan tentu memberikan makna yang lebih dalam, menunjukkan bahwa instansi penegak hukum pun memiliki perhatian besar terhadap warisan leluhur. Wayang kulit yang dipentaskan kali ini mengambil tema Amartha Binangun, sebuah judul yang kaya makna dan relevan dengan pembangunan serta penataan.
Bertempat di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Jakarta Selatan, pada Jumat (4/7/2025), Fadli Zon mengungkapkan kebanggaannya. Beliau berharap semangat yang ditunjukkan oleh Polri ini bisa menular ke instansi-instansi lain di Indonesia. Politisi Partai Gerindra ini sangat mengapresiasi langkah Korps Bhayangkara. Ini adalah contoh nyata bagaimana instansi pemerintah bisa berperan aktif dalam menjaga dan menghidupkan kembali kekayaan budaya yang kita miliki.
Ajakan kepada Instansi Lain¶
Lebih lanjut, Fadli Zon secara tegas mendorong institusi-institusi negara lainnya untuk mengikuti jejak Polri. Beliau ingin melihat semakin banyak instansi yang memasukkan unsur kebudayaan dalam berbagai kegiatan mereka, terutama saat peringatan hari lahir atau momen-momen penting lainnya. Menyelenggarakan kegiatan budaya seperti pagelaran wayang adalah salah satu cara efektif untuk memperkenalkan dan mendekatkan kembali masyarakat, khususnya generasi muda, dengan akar budayanya sendiri. Ini adalah bentuk investasi jangka panjang bagi kelestarian identitas bangsa.
Beliau menambahkan, alangkah baiknya jika momen-momen penting instansi tidak hanya diisi dengan acara seremonial biasa, namun juga disisipi kegiatan yang memiliki nilai edukasi dan pelestarian budaya. Bayangkan jika setiap kementerian, lembaga, atau bahkan perusahaan negara secara rutin menggelar acara seni tradisional. Tentu gaungnya akan luar biasa dalam membangkitkan kecintaan masyarakat terhadap budaya lokal. Ini bukan hanya tugas Kementerian Kebudayaan, tapi tanggung jawab bersama.
Melestarikan budaya bukan hanya soal menyimpan benda-benda kuno di museum. Lebih dari itu, pelestarian berarti menghidupkan, mementaskan, mempelajari, dan mewariskan nilainya kepada generasi penerus. Kegiatan seperti yang dilakukan Polri adalah wujud pelestarian yang paling efektif karena melibatkan banyak orang dan menjadikannya tontonan publik. Ini adalah jempol yang layak diberikan kepada Polri atas visinya yang melampaui tugas utamanya dalam keamanan dan ketertiban.
Pentingnya Wayang sebagai Warisan Dunia¶
Salah satu alasan kuat mengapa wayang patut mendapat perhatian khusus adalah statusnya di mata dunia. Fadli Zon mengingatkan bahwa wayang telah diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia. Pengakuan ini diberikan bukan main-main, melainkan melalui proses seleksi yang ketat dan penilaian terhadap signifikansi budaya wayang itu sendiri. Indonesia patut berbangga karena wayang menjadi salah satu representasi kekayaan budaya kita di panggung global.
Wayang diakui UNESCO sebagai “Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity” pada tahun 2003. Ini adalah salah satu pengakuan pertama dari Indonesia. Status ini menegaskan bahwa wayang bukan sekadar pertunjukan boneka, melainkan sebuah seni multidimensional yang mencakup seni pahat (pembuatan wayang), seni lukis (pewarnaan), seni musik (iringan gamelan), seni sastra (naskah cerita), seni tutur (dialog dan narasi dalang), serta nilai-nilai filosofis dan moral yang terkandung di dalamnya. Kompleksitas inilah yang membuatnya layak menjadi warisan agung dunia.
Pengakuan UNESCO ini seharusnya menjadi motivasi bagi kita semua untuk terus menjaga kelestariannya. Status tersebut juga membawa tanggung jawab besar bagi Indonesia untuk memastikan bahwa wayang tidak hanya bertahan, tetapi juga terus berkembang dan dikenal luas. Oleh karena itu, pementasan-pementasan wayang, baik Wayang Kulit maupun Wayang Golek, menjadi sangat krusial. Inilah cara paling langsung agar masyarakat bisa berinteraksi dan menikmati keindahan serta kedalaman makna wayang.
Memang benar bahwa wayang kulit, yang mungkin paling populer di Jawa, memiliki komunitas penggemar dan seniman yang relatif kuat di berbagai daerah. Banyak dalang-dalang ternama, sanggar-sanggar wayang, dan paguyuban yang secara rutin mengadakan pertunjukan. Namun, kuatnya komunitas bukan berarti wayang kulit sepenuhnya aman dari tantangan zaman. Regenerasi dalang, minat penonton muda, dan tantangan adaptasi dengan media modern tetap menjadi pekerjaan rumah yang besar.
Wayang Golek dan Tantangan Pelestarian¶
Di sisi lain, Fadli Zon menyoroti bahwa ada jenis wayang lain yang mungkin memerlukan perhatian atau penyelamatan khusus. Beliau secara spesifik menyebut Wayang Golek. Wayang Golek, yang lebih dikenal di Jawa Barat dengan bentuk boneka kayu tiga dimensi, memiliki pesona dan karakteristiknya sendiri yang berbeda dengan Wayang Kulit. Cerita yang dibawakan, gaya pementasan, hingga iringan musiknya pun memiliki kekhasan tersendiri yang sangat kaya.
Mengapa Wayang Golek perlu semakin banyak pementasan? Mungkin karena sebarannya yang lebih spesifik dibandingkan Wayang Kulit yang lebih luas di berbagai daerah Jawa. Atau mungkin tantangan regenerasi seniman dan dalangnya terasa lebih berat di beberapa wilayah. Memastikan adanya pementasan yang rutin dan berkualitas adalah cara terbaik untuk menjaga agar Wayang Golek tetap hidup. Semakin sering dipentaskan, semakin banyak orang yang melihat, mencintai, dan tertarik untuk mempelajarinya.
Pelestarian Wayang Golek bisa dilakukan dengan berbagai cara. Selain pementasan langsung, bisa juga melalui workshop pembuatan wayang, kursus mendalang Wayang Golek, festival Wayang Golek, hingga pemanfaatan media digital untuk menyiarkan pertunjukan atau membuat konten edukasi tentang Wayang Golek. Kerjasama antara pemerintah, seniman, komunitas, dan pihak swasta, termasuk instansi seperti Polri, sangat dibutuhkan untuk memastikan Wayang Golek terus eksis dan dikenal luas.
Inisiatif Polri menggelar wayang kulit bisa menjadi inspirasi. Mungkin ke depan, instansi lain bisa meniru dengan menggelar Wayang Golek, Wayang Orang, Wayang Beber, atau jenis wayang lainnya yang ada di Indonesia. Setiap daerah memiliki kekayaan wayangnya sendiri yang unik dan menarik. Mempromosikan keragaman wayang ini akan semakin memperkaya khazanah budaya nasional kita. Ini bukan hanya sekadar tontonan, tapi juga representasi dari Bhineka Tunggal Ika dalam seni pertunjukan.
Makna Budaya dalam Institusi Publik¶
Keterlibatan institusi publik seperti Polri dalam kegiatan budaya memiliki makna yang sangat strategis. Pertama, ini menunjukkan bahwa negara hadir dalam upaya pelestarian budaya. Instansi pemerintah tidak hanya berurusan dengan birokrasi, hukum, atau pembangunan fisik, tetapi juga memiliki tanggung jawab moral dan kultural untuk menjaga identitas bangsa. Kedua, kegiatan seperti ini bisa menjadi jembatan antara institusi publik dengan masyarakat. Pagelaran wayang di lingkungan Mabes Polri misalnya, membuka pintu bagi masyarakat untuk datang dan merasakan kedekatan dengan institusi tersebut dalam suasana yang santai dan menghibur.
Ketiga, hal ini bisa meningkatkan kebanggaan internal bagi anggota institusi itu sendiri. Ketika pimpinan dan rekan kerja menunjukkan perhatian pada budaya, anggota lain akan merasa termotivasi untuk juga menghargai warisan budaya mereka. Keempat, ini adalah bentuk “soft power” yang efektif. Menampilkan kekayaan budaya bangsa adalah cara elegan untuk menunjukkan identitas dan nilai-nilai luhur Indonesia, baik di mata masyarakat domestik maupun internasional.
Sudah saatnya kita semua, termasuk institusi-institusi besar negara, lebih serius dalam merawat dan mempromosikan budaya. Wayang hanyalah salah satu dari sekian banyak kekayaan budaya takbenda yang kita miliki. Ada tari tradisional, musik tradisional, sastra lisan, kerajinan tangan, upacara adat, dan banyak lagi yang semuanya memerlukan perhatian dan upaya pelestarian. Setiap instansi bisa memilih jenis budaya yang paling relevan atau dekat dengan lokasi mereka, atau bahkan memilih untuk memperkenalkan keragaman budaya dari seluruh Indonesia.
Menutup pernyataannya, Fadli Zon berharap semangat ini terus membara. Pagelaran wayang oleh Polri ini menjadi awal yang baik, sebuah isyarat bahwa pelestarian budaya adalah tugas bersama. Mari kita dukung langkah-langkah positif seperti ini dan terus dorong instansi lain untuk berkontribusi aktif dalam menjaga dan menghidupkan kembali kekayaan budaya bangsa. Masa depan budaya Indonesia ada di tangan kita, di tangan negara, dan di tangan setiap individu yang peduli.
Masa Depan Wayang dan Peran Masyarakat¶
Bagaimana masa depan wayang di tengah gempuran hiburan modern? Ini adalah pertanyaan yang selalu relevan. Upaya pelestarian tidak bisa hanya bergantung pada pemerintah atau instansi tertentu. Komunitas, seniman, akademisi, media, dan masyarakat luas memiliki peran yang sama pentingnya. Anak-anak muda perlu diperkenalkan dengan wayang sejak dini, bukan hanya sebagai materi pelajaran sejarah atau kesenian di sekolah, tetapi sebagai sesuatu yang hidup, menarik, dan relevan dengan kehidupan mereka.
Media sosial dan platform digital bisa menjadi sarana yang sangat efektif untuk mempromosikan wayang. Cuplikan pementasan yang menarik, video edukasi tentang karakter wayang, cerita-cerita di balik lakon pewayangan, atau bahkan adaptasi cerita wayang ke dalam format modern seperti animasi atau komik digital, semuanya bisa membantu menarik minat generasi baru. Kolaborasi antara dalang tradisional dengan kreator konten digital bisa menghasilkan karya-karya inovatif yang menjangkau audiens yang lebih luas.
Diperlukan juga dukungan yang lebih terstruktur bagi para seniman wayang. Jaminan sosial, kesempatan untuk terus berkarya, ruang pementasan yang memadai, serta dukungan finansial untuk regenerasi dan pengembangan seni wayang adalah hal-hal fundamental yang perlu diperhatikan. Pagelaran oleh instansi seperti Polri, selain menjadi ajang promosi, juga bisa menjadi salah satu bentuk apresiasi dan dukungan langsung kepada para seniman wayang.
Secara keseluruhan, apresiasi Fadli Zon terhadap Polri dan ajakannya kepada instansi lain adalah momentum penting. Ini mengingatkan kita semua bahwa budaya adalah pilar penting negara. Merawatnya berarti merawat jiwa bangsa. Semoga semakin banyak instansi yang terinspirasi dan mengambil langkah nyata untuk melestarikan budaya, demi Indonesia yang lebih kaya, berkarakter, dan berdaulat secara budaya.
Bagaimana menurutmu? Setuju kan kalau instansi pemerintah juga harus aktif melestarikan budaya? Pernah nonton pagelaran wayang yang diadakan oleh instansi tertentu? Yuk, share pengalaman atau pendapatmu di kolom komentar di bawah! Ajak teman-temanmu juga untuk ikut berdiskusi!
Posting Komentar