Keren! Mahasiswa UNAIR Ubah Limbah Kopi Jadi Lilin Aromaterapi di Desa Jembul

Daftar Isi

Mahasiswa UNAIR Ubah Limbah Kopi Jadi Lilin Aromaterapi

Siapa sangka, tumpukan kulit kopi yang biasanya cuma jadi sampah, di Desa Jembul, Mojokerto, sekarang bisa disulap jadi sesuatu yang berharga? Berkat ide kreatif dan kerja keras mahasiswa dari Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Islam (UKMKI) Universitas Airlangga (UNAIR), limbah pascapanen kopi ini nggak cuma hilang, tapi malah jadi sumber pendapatan baru buat warga setempat. Keren banget, kan?

Lewat program pelatihan yang asyik dan pastinya bermanfaat, UKMKI UNAIR mengajak warga Desa Jembul buat belajar bikin lilin aromatik dari limbah kopi. Acara ini berlangsung selama tiga hari penuh, dari tanggal 1 sampai 3 Juli, bertempat di Balai Desa Jembul yang nyaman. Total ada 43 warga yang ikutan, mulai dari ibu-ibu PKK yang semangat sampai pemuda-pemudi Karang Taruna yang antusias.

Program ini pakai pendekatan yang namanya community-based training (CBT). Jadi, bukan cuma ngajarin cara teknis bikin produk aja, tapi juga dibekali ilmu bisnis biar usahanya nanti bisa jalan terus dan berkembang mandiri. Pendekatan ini penting banget biar pelatihan nggak cuma seru pas acara, tapi hasilnya bisa dirasakan jangka panjang oleh masyarakat.

Sambutan dari pihak desa juga hangat banget, lho. Sekretaris Desa Jembul, Bapak Ainur Rofiq, bilang kalau warganya, terutama kader PKK, siap banget ngebantu kegiatan-kegiatan kayak gini. Mereka terbuka banget sama ide-ide pengembangan dari luar yang tujuannya buat kemajuan warga Desa Jembul. Kebayang kan, kalau semangat gotong royong ini ketemu sama ide-ide segar dari mahasiswa? Pasti hasilnya luar biasa!

Tiga Hari Penuh Ilmu dan Praktik di Desa Jembul

Tiga hari pelatihan ini disusun dengan apik banget, biar pesertanya dapat ilmu yang komplit. Hari pertama, fokusnya masih pemanasan, nih. Warga diajak kenalan sama konsep ekonomi sirkular. Intinya, mereka diajari cara pandang baru bahwa limbah itu bukan akhir dari segalanya, tapi justru bisa jadi awal dari siklus baru yang menghasilkan.

Mereka dibikin sadar kalau limbah kulit kopi yang selama ini cuma dibuang dan menumpuk itu punya potensi ekonomi yang nggak main-main kalau diolah dengan benar. Diskusi seru tentang siklus limbah kopi dan peluang bisnisnya jadi bekal awal yang penting sebelum masuk ke tahap praktik. Memahami kenapa ini penting bikin motivasi belajar jadi makin tinggi.


Hari kedua, ini dia nih, bagian paling ditunggu-tunggu: praktik langsung bikin lilin! Peserta diajari prosesnya dari nol banget. Mulai dari nyiapin bahan-bahan, nyampurin dengan takaran yang pas, nyetak jadi bentuk lilin yang cantik, sampai finishing dan ngemas biar kelihatan menarik. Kebayang kan serunya belajar sambil pegang bahan dan nyium aroma kopi?

Formula lilin yang dipakai ini nggak asal-asalan, lho. UKMKI UNAIR sebelumnya udah ngelakuin uji coba sampai delapan tahap buat nemuin formula yang paling pas. Bahan utamanya campuran soy wax yang ramah lingkungan, parafin, bubuk kulit kopi asli, sama essential oil aroma kopi. Hasilnya, lilin aromatik dengan wangi kopi yang khas dan menenangkan, cocok banget buat relaksasi. Proses ini nggak cuma ngasah keterampilan tangan, tapi juga kreativitas warga dalam menghasilkan produk berkualitas.


Setelah jago bikin produk, hari ketiga difokuskan buat belajar gimana cara jualannya. Nah, ini penting banget biar usaha lilin kopi ini nggak berhenti di proses produksi aja. Peserta diajari strategi branding yang kuat, biar produk lilin mereka punya ciri khas dan mudah diingat sama pembeli. Mereka diajari cara bikin nama merek, desain label yang menarik, dan gimana cara foto produk biar kelihatan estetik di media sosial.

Selain branding, mereka juga dibekali ilmu pemasaran digital. Di era sekarang, jualan online itu udah jadi keharusan. Warga diajari cara memanfaatkan media sosial buat promosi, nentuin target pasar, sampai tips-tips jualan di platform digital. Tujuannya jelas, biar warga Desa Jembul bisa jadi wirausaha mandiri yang nggak cuma jago bikin produk, tapi juga lihai masarin produknya sampai laku keras.


Ini diagram sederhana prosesnya:

mermaid graph LR A[Limbah Kulit Kopi] --> B{Pengolahan Awal<br>(Bersih & Kering)} B --> C[Penggilingan<br>(Jadi Bubuk Kopi)] C --> D[Pencampuran Bahan<br>(Wax, Bubuk Kopi, Essential Oil)] D --> E[Pemanasan & Pencetakan] E --> F[Pendinginan & Finishing] F --> G[Pengemasan Produk Lilin] G --> H{Pemasaran & Penjualan} H --> I[Pendapatan Warga & Pengurangan Limbah]

Dampak Positif Berlapis dan Komitmen terhadap SDGs

Program lilin aromatik dari limbah kopi ini nggak cuma soal bikin produk baru. Ini adalah solusi nyata buat dua masalah utama di Desa Jembul: numpuknya limbah kulit kopi dan masih rendahnya pendapatan petani/warga. Dengan adanya pelatihan ini, limbah yang tadinya nggak berguna sekarang jadi punya nilai ekonomi tinggi.

UKMKI UNAIR memproyeksikan, inisiatif ini bisa bikin pendapatan pesertanya naik sampai 20 persen di semester pertama aja. Lumayan banget kan buat nambah pemasukan rumah tangga? Dari sisi lingkungan, program ini jelas berdampak besar. Limbah kulit kopi yang diolah bisa berkurang sampai 90 persen, bikin desa jadi lebih bersih dan sehat. Secara sosial, motivasi warga buat berwirausaha juga diperkirakan naik sampai 50 persen. Mereka jadi punya harapan baru dan semangat buat berkarya.


Proyek ini juga sejalan banget sama tujuan-tujuan global yang kita kenal sebagai Sustainable Development Goals (SDGs). Ada tiga poin SDGs utama yang jadi fokus program ini:

  1. SDGs 1: Tanpa Kemiskinan: Dengan nambahin sumber pendapatan baru dari olahan limbah, program ini bantu ningkatin ekonomi keluarga di Desa Jembul dan ngurangin angka kemiskinan.
  2. SDGs 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi: Lewat pelatihan keterampilan produksi dan bisnis, warga jadi punya ‘pekerjaan layak’ baru yang kreatif dan bisa ngedorong pertumbuhan ekonomi di tingkat desa.
  3. SDGs 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab: Program ini ngasih contoh gimana cara mengelola limbah dengan bijak lewat konsep ekonomi sirkular. Mengubah sampah jadi produk bernilai adalah wujud nyata dari produksi dan konsumsi yang lebih bertanggung jawab.


Habib Muhammad Al Khaq, SC kegiatan UKMKI Goes To Village ini, ngejelasin kalau program ini beda dari pelatihan biasa karena pendekatannya yang lengkap. “Dengan tidak hanya mengajari cara membuat lilin, tetapi juga cara melakukan branding dan memasarkannya secara digital, program ini menanamkan fondasi yang kuat bagi para peserta untuk dapat melanjutkan dan mengembangkan usaha ini secara mandiri setelah pelatihan selesai,” ujar Habib. Jadi, ilmunya itu paket komplit, nggak cuma setengah-setengah.

Respons dari masyarakat Desa Jembul sendiri positif banget. Ada cerita menarik, beberapa anggota Karang Taruna yang awalnya cuma iseng lihat-lihat, akhirnya malah ikut nyemplung dan semangat praktik bikin lilin. Ini bukti kalau programnya berhasil menarik perhatian dan minat mereka.

Sebagai langkah lanjutannya, UKMKI UNAIR juga udah punya ide buat ngebantu warga membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB). KUB ini penting banget biar produksi lilin kopi bisa jalan terus secara mandiri, nggak bergantung sama mahasiswanya lagi. Dengan KUB, warga bisa saling bantu, sharing sumber daya, dan masarin produknya bareng-bareng biar makin kuat. Harapannya, lilin aromatik dari limbah kopi ini bisa jadi salah satu identitas ekonomi baru yang membanggakan buat Desa Jembul.


Berikut tabel singkat dampak yang diproyeksikan:

Dampak Program Target Semester Pertama Catatan Tambahan
Peningkatan Pendapatan Hingga 20% Berpotensi terus naik seiring waktu
Pengurangan Limbah Hingga 90% Kontribusi besar bagi lingkungan
Motivasi Wirausaha Naik Hingga 50% Menumbuhkan kemandirian warga


Program ini benar-benar bukti kalau ide-ide kreatif dari mahasiswa bisa membawa perubahan besar di masyarakat. Mengubah sesuatu yang nggak berguna jadi sumber harapan, sambil ngasih dampak positif buat ekonomi, lingkungan, dan sosial. Salut buat UKMKI UNAIR dan warga Desa Jembul yang udah kolaborasi menciptakan kisah sukses ini!

Gimana menurut kalian soal program ini? Ada ide lain buat ngolah limbah kopi? Atau mungkin kalian punya pengalaman serupa? Cerita di kolom komentar, yuk!

Posting Komentar