Lulus Kuliah Bingung? Ini 10 Jurusan yang Bikin Karier Jadi Lebih Berat!

Daftar Isi

jurusan paling disesali setelah lulus

Tahun 2025 diprediksi masih belum sepenuhnya ramah bagi para pencari kerja, terutama buat kamu yang baru aja lulus kuliah. Badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang melanda beberapa sektor bikin lapangan kerja makin sempit. Akibatnya, banyak banget lulusan yang kesulitan dapetin kerja sesuai sama passion atau bahkan cuma sekadar dapet kerja aja.

Situasi ini akhirnya memunculkan penyesalan di kalangan para sarjana baru. Banyak yang ngerasa kalau jurusan yang mereka ambil pas kuliah ternyata nggak sejalan sama realitas di dunia kerja. Ekspektasi saat memilih jurusan jauh berbeda sama kenyataan pahit yang dihadapi setelah memegang ijazah.

ZipRecruiter, sebuah platform lowongan kerja, coba ngulik fenomena ini lewat survei terhadap 1.500 lulusan universitas yang lagi sibuk cari kerja. Hasilnya cukup bikin kaget dan ngasih gambaran jelas soal jurusan apa aja yang paling banyak disesali. Para mahasiswa mungkin awalnya tertarik banget sama bidang studi yang dipilih, tapi pas nyemplung ke dunia kerja, urusan gaji dan peluang kerja jadi pertimbangan utama.

“Saat kita lulus, kenyataan akan datang. Saat Anda hampir tidak bisa membayar tagihan Anda, gaji Anda mungkin menjadi lebih penting,” ujar Sinem Buber, ekonom utama di ZipRecruiter. Kata-kata ini bener-bener pas buat ngegambarin kondisi sekarang. Passion itu penting, tapi realitas ekonomi juga nggak bisa dikesampingkan gitu aja.

Dalam survei tersebut, ada 10 jurusan yang paling banyak bikin alumninya nyesel. Jurnalisme ada di posisi paling atas, diikuti sama Sosiologi dan Seni di peringkat kedua dan ketiga. Angkanya cukup signifikan, lho. Penasaran jurusan apa aja? Yuk, kita bedah satu per satu kenapa jurusan-jurusan ini seringkali bikin lulusannya galau pasca-kampus.

1. Jurnalisme (87%)

Di posisi pertama dengan angka penyesalan paling tinggi, yaitu 87%, ada jurusan Jurnalisme. Kenapa banyak lulusan jurnalisme yang nyesel? Salah satu alasannya adalah perubahan besar di industri media. Dulu, kerja di media identik dengan gaji lumayan dan prestige, tapi sekarang media cetak banyak yang gulung tikar atau beralih ke digital dengan model bisnis yang berubah drastis.

Persaingan di era digital makin ketat, apalagi dengan maraknya citizen journalism dan platform media sosial. Hal ini bikin lapangan kerja di media tradisional makin terbatas. Meskipun ada peluang di media digital, seringkali gajinya nggak sebesar yang dibayangkan atau posisinya nggak sebanyak lulusannya. Akhirnya, banyak lulusan jurnalisme yang harus banting setir atau beradaptasi ke profesi lain yang mungkin nggak sepenuhnya sesuai sama apa yang mereka pelajari di kampus.

Ditambah lagi, tuntutan kerja di media modern itu makin kompleks. Nggak cuma nulis berita, tapi juga harus bisa bikin konten multimedia, ngerti SEO, social media marketing, bahkan analisis data. Keterampilan-keterampilan ini mungkin nggak sepenuhnya jadi fokus utama di kurikulum kuliah jurnalisme konvensional. Jadi, pas lulus, mereka merasa ilmunya kurang relevan dengan pasar kerja yang ada, atau mereka harus kerja keras lagi buat ningkatin skill baru.

2. Sosiologi (72%)

Berikutnya ada Sosiologi, dengan tingkat penyesalan mencapai 72%. Jurusan ini memang sangat menarik kalau dilihat dari sisi keilmuannya. Kamu bakal belajar tentang masyarakat, interaksi sosial, budaya, dan struktur sosial. Ilmu ini penting banget buat memahami dinamika yang terjadi di sekitar kita.

Namun, tantangan yang sering dihadapi lulusan Sosiologi adalah mencari link and match antara ilmu yang dipelajari dengan kebutuhan pasar kerja spesifik. Sosiologi itu kan ilmunya luas banget, bisa diaplikasikan di berbagai bidang. Tapi, nggak banyak perusahaan atau institusi yang secara eksplisit mencari “sarjana Sosiologi”. Lulusannya seringkali harus bersaing dengan lulusan dari jurusan lain yang dianggap punya keterampilan lebih praktis atau spesifik.

Lapangan kerja yang relevan langsung dengan Sosiologi biasanya ada di bidang riset sosial, LSM, atau lembaga pemerintahan. Tapi, posisi-posisi ini jumlahnya terbatas dan persaingannya tinggi. Banyak lulusan akhirnya harus masuk ke sektor lain, misalnya HRD, marketing (analisis perilaku konsumen), atau bahkan pendidikan. Adaptasi ini kadang bikin mereka merasa ilmu sosiologinya nggak terpakai secara maksimal, atau mereka butuh skill tambahan yang nggak didapat di bangku kuliah.

3. Seni (72%)

Sama seperti Sosiologi, jurusan Seni juga bikin 72% lulusannya nyesel. Jurusan Seni itu luas, bisa mencakup Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, Desain Komunikasi Visual, Desain Interior, dan lain-lain. Jurusan ini sangat mengasah kreativitas dan ekspresi diri, yang pastinya penting buat kehidupan.

Tapi, realitas pasar kerja di bidang seni memang seringkali nggak stabil. Menjadi seniman atau desainer itu butuh waktu, portofolio yang kuat, dan jaringan yang luas buat bisa hidup layak dari karyanya. Nggak semua lulusan bisa langsung jadi seniman sukses atau desainer ternama. Banyak yang harus memulai dari bawah, mengambil proyek lepas dengan bayaran minim, atau bahkan bekerja di luar bidang seni untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Selain itu, apresiasi terhadap bidang seni di masyarakat kadang masih belum setinggi di bidang lain seperti teknik atau ekonomi. Hal ini berpengaruh pada tingkat pendapatan yang bisa didapatkan. Lulusan seni seringkali harus kreatif nggak cuma dalam berkarya, tapi juga dalam mencari peluang kerja dan ‘menjual’ karyanya. Tingginya angka penyesalan mungkin muncul karena ekspektasi idealis vs. realita ekonomi yang keras di dunia kerja seni.

4. Komunikasi (64%)

Jurusan Komunikasi ada di posisi keempat dengan 64% lulusan yang menyesal. Jurusan ini juga sangat populer dan punya cakupan yang luas, mulai dari Public Relations, Periklanan, Broadcasting, hingga Ilmu Komunikasi Digital. Kenapa bisa banyak yang nyesel? Salah satu alasannya mungkin karena lulusan komunikasi sangat banyak, sehingga persaingan di pasar kerja jadi super ketat.

Selain itu, seperti Jurnalisme, industri komunikasi juga terus berubah dan berkembang pesat, terutama di era digital. Keterampilan yang dibutuhkan nggak cuma teori komunikasi, tapi juga skill praktis seperti digital marketing, social media management, content creation (video, podcast), data analysis, dan lain-lain. Kurikulum di beberapa kampus mungkin belum sepenuhnya mengejar kecepatan perubahan industri ini.

Lulusan komunikasi yang nggak punya spesialisasi atau skill tambahan yang menonjol kadang kesulitan buat dapetin posisi yang bagus. Mereka mungkin harus menerima gaji awal yang nggak terlalu tinggi atau bekerja di bidang yang kurang sesuai sama minat awalnya. Tingginya persaingan dan tuntutan adaptasi skill yang cepat mungkin jadi alasan utama penyesalan di jurusan ini.

5. Pendidikan (61%)

Mencapai angka 61%, jurusan Pendidikan juga masuk daftar ini. Lulusan jurusan pendidikan disiapkan untuk menjadi guru atau tenaga pendidik. Profesi guru adalah profesi mulia yang sangat penting buat masa depan bangsa. Lalu, kenapa banyak yang menyesal?

Salah satu alasannya mungkin terkait dengan kesejahteraan guru, terutama di sekolah negeri yang harus menunggu formasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang terbatas, atau di sekolah swasta dengan gaji yang mungkin belum sesuai harapan. Proses rekrutmen guru PNS juga terkadang panjang dan kompetitif. Di sisi lain, ada juga tantangan dalam menghadapi dinamika siswa, kurikulum yang terus berubah, dan beban administratif yang nggak sedikit.

Selain itu, peluang karier lulusan pendidikan seringkali terbatas pada sektor pendidikan formal. Buat mereka yang mungkin ingin beralih ke bidang lain, butuh effort tambahan buat dapetin skill yang relevan. Meskipun banyak juga lulusan pendidikan yang sukses di bidang lain seperti trainer, edukator di perusahaan, atau pengembang kurikulum, mayoritas memang diarahkan untuk jadi guru. Realita gaji dan tantangan di lapangan mungkin bikin sebagian merasa kurang pas dengan pilihan ini.

6. Manajemen Marketing + Riset (60%)

Dengan 60% angka penyesalan, jurusan yang mencakup Manajemen Marketing dan Riset juga bikin lulusannya galau. Jurusan ini mengajarkan strategi pemasaran, analisis pasar, perilaku konsumen, dan metode riset. Ini adalah bidang yang sangat krusial buat bisnis apa pun.

Namun, dunia marketing itu sangat dinamis dan kompetitif. Apa yang efektif kemarin belum tentu efektif hari ini. Munculnya digital marketing, big data, dan analisis perilaku konsumen yang makin kompleks menuntut pemasar untuk terus belajar dan beradaptasi. Lulusan yang nggak punya skill mumpuni di area digital marketing atau analisis data mungkin akan kesulitan bersaing.

Selain itu, ekspektasi perusahaan terhadap posisi marketing kadang sangat tinggi, menuntut kombinasi skill kreatif dan analitis yang nggak semua lulusan kuasai secara merata. Gaji awal di beberapa posisi marketing junior juga mungkin nggak sebesar yang dibayangkan. Persaingan yang ketat, tuntutan skill yang terus berkembang, dan kadang ekspektasi yang nggak realistis dari perusahaan bisa jadi pemicu penyesalan di jurusan ini.

7. Pendamping Medis (56%)

Jurusan Pendamping Medis atau yang sering disebut juga paramedis atau asisten medis menunjukkan angka penyesalan 56%. Jurusan ini biasanya menyiapkan lulusannya untuk membantu dokter atau profesional kesehatan lain dalam memberikan perawatan kepada pasien. Mereka bisa bekerja di rumah sakit, klinik, atau fasilitas kesehatan lainnya.

Meski tenaga kesehatan sangat dibutuhkan, tantangan di bidang ini juga nggak ringan. Jam kerja seringkali panjang dan nggak teratur. Beban kerja fisik dan mental bisa sangat tinggi, apalagi saat menghadapi situasi darurat atau pasien dengan kondisi serius. Tingkat stres juga cenderung tinggi.

Selain itu, peluang pengembangan karier atau kenaikan gaji mungkin nggak secepat profesi medis lainnya seperti dokter atau perawat spesialis. Beberapa lulusan mungkin juga merasa scope pekerjaannya terbatas dibandingkan dengan apa yang mereka harapkan. Faktor-faktor ini, ditambah dengan tuntutan tanggung jawab yang besar, bisa membuat sebagian lulusan merasa menyesal atau mempertanyakan pilihan kariernya.

8. Ilmu Politik dan Pemerintahan (56%)

Sama seperti Pendamping Medis, jurusan Ilmu Politik dan Pemerintahan juga punya 56% lulusan yang menyesal. Jurusan ini mempelajari sistem politik, pemerintahan, kebijakan publik, hubungan internasional, dan teori politik. Ini adalah bidang yang menarik buat kamu yang peduli sama isu-isu sosial dan kenegaraan.

Masalah yang sering dihadapi lulusan Ilmu Politik dan Pemerintahan adalah kesulitan mencari pekerjaan yang linear alias langsung sesuai dengan apa yang dipelajari. Lapangan kerja yang paling relevan biasanya ada di lembaga pemerintahan, partai politik, lembaga riset, atau organisasi internasional. Namun, posisi-posisi ini jumlahnya terbatas dan proses rekrutmennya bisa sangat kompetitif atau bahkan dipengaruhi oleh faktor-faktor non-akademis.

Banyak lulusan akhirnya harus masuk ke sektor swasta atau bidang lain yang nggak berhubungan langsung dengan politik atau pemerintahan, misalnya konsultan, analis, atau bahkan bidang komunikasi/PR. Adaptasi ke bidang baru ini kadang butuh usaha ekstra buat dapetin skill yang relevan. Ekspektasi idealis tentang memperbaiki negara vs. realita susahnya masuk ke sistem atau mencari pekerjaan yang sesuai bisa jadi sumber penyesalan.

9. Biologi (52%)

Di posisi kesembilan, ada jurusan Biologi dengan 52% lulusan yang menyesal. Biologi adalah ilmu tentang makhluk hidup, yang cakupannya sangat luas, mulai dari biologi molekuler, mikrobiologi, botani, zoologi, ekologi, dan masih banyak lagi. Ini adalah fondasi buat banyak bidang sains terapan.

Namun, buat bisa dapetin pekerjaan yang mapan dan bergaji tinggi di bidang Biologi, seringkali dibutuhkan pendidikan lanjutan sampai jenjang S2 atau bahkan S3, terutama kalau mau jadi peneliti atau dosen. Peluang kerja buat lulusan S1 Biologi murni terkadang terbatas, selain menjadi guru atau staf laboratorium.

Lulusan Biologi yang nggak melanjutkan studi atau mengambil spesialisasi di bidang bioteknologi, farmasi, atau pangan yang lebih terapan, mungkin kesulitan bersaing di pasar kerja. Mereka seringkali harus banting setir ke bidang lain yang nggak sepenuhnya memanfaatkan ilmu biologinya, misalnya di bidang sales alat kesehatan, staf administrasi, atau bahkan masuk ke sektor non-sains sama sekali. Keterbatasan peluang kerja spesifik buat lulusan S1 Biologi murni bisa jadi faktor utama penyesalan.

10. Sastra Inggris (52%)

Terakhir di daftar ini, dengan angka penyesalan yang sama dengan Biologi (52%), adalah Sastra Inggris. Jurusan ini mempelajari bahasa Inggris, sastra, budaya, dan linguistik. Skill bahasa Inggris yang kuat tentu sangat dibutuhkan di era globalisasi ini.

Namun, sama seperti beberapa jurusan ‘murni’ lainnya, tantangan lulusan Sastra Inggris adalah mencari pekerjaan yang secara langsung memanfaatkan seluruh ilmu yang dipelajari. Peluang karier yang paling jelas biasanya adalah menjadi guru/dosen bahasa Inggris, penerjemah, atau penulis/editor. Sementara jumlah lulusan cukup banyak, lapangan kerja di bidang-bidang tersebut juga ada batasnya.

Banyak lulusan Sastra Inggris akhirnya masuk ke berbagai bidang lain, misalnya PR, marketing (terutama content writing atau copywriter), staf administrasi di perusahaan multinasional, pariwisata, atau bahkan di industri kreatif. Mereka berhasil karena skill bahasa Inggrisnya yang kuat. Tapi, mungkin sebagian merasa bahwa ilmu sastra atau linguistik yang dipelajari mendalam jadi kurang terpakai. Ekspektasi awal vs. realita karier yang nggak sepenuhnya linear bisa menimbulkan penyesalan.

Kenapa Sih Banyak Lulusan yang Nyesel?

Melihat daftar ini, ada beberapa benang merah yang bisa kita tarik. Pertama, ketidaksesuaian ekspektasi dengan realitas. Banyak mahasiswa memilih jurusan berdasarkan minat atau gambaran ideal tentang profesi tersebut, tanpa riset mendalam soal kondisi pasar kerja, gaji, atau tantangan nyata di lapangan.

Kedua, perubahan cepat di pasar kerja. Beberapa jurusan yang dulunya punya prospek cerah, kini harus berhadapan dengan disrupsi teknologi dan pergeseran industri. Contoh paling jelas ada di bidang media dan komunikasi. Skill yang relevan hari ini bisa jadi ketinggalan dalam beberapa tahun ke depan.

Ketiga, persaingan yang ketat. Beberapa jurusan memang menghasilkan lulusan dalam jumlah besar setiap tahunnya, sementara pertumbuhan lapangan kerja yang relevan nggak seimbang. Ini bikin lulusan harus bersaing keras atau menerima tawaran kerja dengan kompensasi yang kurang menarik.

Keempat, kurikulum yang belum sepenuhnya relevan. Di beberapa kasus, kurikulum di perguruan tinggi mungkin belum sepenuhnya mengikuti kebutuhan industri yang sangat praktis dan cepat berubah. Lulusan mungkin punya fondasi teori yang kuat, tapi kurang dibekali dengan skill praktis yang dibutuhkan dunia kerja saat ini.

Jadi, Gimana Dong Biar Nggak Nyesel?

Meskipun daftar ini mungkin bikin galau, bukan berarti jurusan-jurusan tersebut ‘buruk’ atau nggak punya masa depan sama sekali ya. Ilmu pengetahuan apa pun pasti punya manfaat dan aplikasinya. Yang terpenting adalah bagaimana kita sebagai mahasiswa atau calon mahasiswa menyikapinya.

Pertama, lakukan riset mendalam sebelum memilih jurusan. Jangan cuma ikut-ikutan teman atau orang tua. Cari tahu prospek kerjanya seperti apa, tantangannya apa saja, skill apa yang paling dibutuhkan, dan kisaran gajinya. Bicara sama alumni atau praktisi di bidang tersebut bisa sangat membantu.

Kedua, jangan berhenti belajar dan beradaptasi. Dunia kerja itu dinamis. Apa pun jurusannya, kamu harus siap buat terus belajar skill baru, baik yang relevan langsung sama bidangmu atau skill lintas disiplin yang bisa jadi nilai tambah (misalnya, skill digital, analisis data, komunikasi, problem-solving).

Ketiga, bangun portofolio dan jaringan sejak kuliah. Aktif di organisasi, ikut proyek, magang, atau ikutan acara-acara profesional bisa ngasih pengalaman berharga dan ngebantu kamu ngebangun koneksi yang penting buat karier.

Keempat, kembangkan transferable skills. Ini adalah skill yang bisa kamu bawa ke mana pun, nggak peduli apa pun jurusannya. Contohnya kemampuan komunikasi, berpikir kritis, kepemimpinan, kerja tim, dan adaptabilitas. Skill ini bakal sangat membantu kamu bertahan dan berkembang di dunia kerja yang terus berubah.

Kelima, pertimbangkan passion dan realita. Idealnya, kita bisa kerja sesuai passion. Tapi, kadang kita juga perlu realistis soal kebutuhan pasar dan potensi pendapatan. Cari titik temu antara apa yang kamu sukai, apa yang kamu kuasai, dan apa yang dibutuhkan oleh dunia kerja.

Memilih jurusan kuliah memang keputusan besar. Daftar jurusan yang ‘menyesal’ ini bisa jadi pengingat buat kita semua untuk lebih cermat dan strategis dalam merencanakan masa depan, terutama karier. Jangan sampai 4-5 tahun belajar keras di kampus berakhir dengan kebingungan dan penyesalan pasca-lulus.

Berikut video CNBC Indonesia yang relevan dengan kondisi pasar kerja dan PHK di Indonesia yang sempat disinggung di awal artikel:


Badai PHK 2025 Berlanjut, RI 'Kebanjiran' Pengangguran Baru | CNBC Indonesia


Video ini bisa ngasih gambaran lebih jelas soal tantangan pasar kerja yang dihadapi para lulusan di masa sekarang.

Nah, gimana nih pendapatmu? Apakah kamu setuju dengan daftar ini? Atau mungkin kamu punya pengalaman lain terkait jurusan kuliah dan karier? Jangan ragu berbagi cerita dan pandanganmu di kolom komentar ya! Diskusi kita bisa bermanfaat buat yang lain yang lagi galau milih jurusan atau yang lagi berjuang nyari kerja nih.

Posting Komentar