Ngabuburit Asyik di Sukosewu: Mahasiswa dan Tradisi Ramadhan yang Bikin Adem!

Table of Contents

Ngabuburit Asyik di Sukosewu Mahasiswa Ramadhan

Ramadhan itu memang bulan yang istimewa banget ya. Bukan cuma soal menahan haus dan lapar dari terbit fajar sampai tenggelam matahari, tapi juga momen pas buat kita makin peduli sama orang lain dan tebar kebaikan di mana-mana. Nah, suasana Ramadhan yang sarat kehangatan ini beneran terasa kental di Desa Sukosewu, yang lokasinya ada di Kabupaten Blitar.

Tahun ini, ada kehadiran yang bikin suasana Ramadhan di sana makin berwarna dan seru. Siapa lagi kalau bukan teman-teman mahasiswa yang lagi menjalankan Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Mereka datang ke desa ini bukan cuma bawa program kerja yang udah disusun rapi di proposal, tapi juga bawa semangat muda yang bikin adem.

KKM UIN Malang Menyapa Sukosewu

Kehadiran mahasiswa KKM di Desa Sukosewu ini udah jadi bagian dari rutinitas tahunan perguruan tinggi untuk mendekatkan mahasiswa dengan realitas masyarakat. Program KKM ini didesain agar mahasiswa bisa mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah sekaligus belajar langsung dari kehidupan nyata di desa. Mereka tinggal sementara di tengah-tengah warga, berinteraksi, dan mencoba memberikan kontribusi positif sesuai dengan potensi yang mereka miliki.

Di momen Ramadhan ini, kegiatan KKM jadi punya nilai tambah tersendiri. Atmosfer religi yang kuat di bulan puasa bikin mahasiswa dan warga lebih mudah terhubung lewat aktivitas keagamaan dan sosial. Mahasiswa jadi punya kesempatan emas buat merasakan langsung gimana Ramadhan dirayakan di lingkungan pedesaan yang kental dengan tradisi dan kebersamaan.

Tak Sekadar Program: Berbagi Takjil Penuh Makna

Salah satu kegiatan yang paling menonjol dan bikin suasana Ramadhan di Sukosewu makin hidup adalah kegiatan berbagi takjil. Mungkin terlihat sederhana banget ya, cuma membagikan makanan atau minuman untuk berbuka puasa. Tapi percaya deh, dampak dari kegiatan ini jauh lebih besar dari sekadar menghilangkan dahaga setelah seharian berpuasa.

Setiap sore, menjelang waktu Maghrib tiba, para mahasiswa KKM ini beraksi. Mereka menyiapkan paket-paket takjil dan membagikannya di berbagai titik strategis di desa. Ada yang di perempatan jalan utama desa yang ramai dilewati warga, ada yang di depan masjid tempat jemaah mulai berdatangan, bahkan ada juga yang berkeliling ke gang-gang permukiman untuk memastikan takjil ini sampai ke tangan yang membutuhkan.

Senyum sumringah di wajah warga yang menerima takjil itu lho, yang bikin hati ikut adem. Buat mahasiswa, ini bukan cuma menjalankan checklist program kerja, tapi momen interaksi langsung yang berharga. Di setiap bungkusan takjil yang berpindah tangan, ada jabat tangan, ada ucapan terima kasih yang tulus, dan ada doa baik yang mengalir dari kedua belah pihak.

Takjil sebagai Fondasi Ketahanan Sosial

Konsep ketahanan sosial itu sebenarnya nggak harus selalu dibahas dalam seminar-seminar serius atau penelitian tebal lho. Di Desa Sukosewu, teman-teman mahasiswa KKM ini membuktikannya lewat aksi nyata sesederhana berbagi takjil. Kegiatan ini jadi semacam “perekat” yang menguatkan hubungan antarwarga dan juga antara mahasiswa dengan masyarakat desa.

Lewat interaksi saat membagikan takjil, mahasiswa membangun kepercayaan. Mereka menunjukkan bahwa mereka ada di sana bukan hanya sebagai “pengamat” atau “proyek”, tapi sebagai bagian dari komunitas, setidaknya untuk sementara waktu. Warga pun merasa diperhatikan dan dihargai dengan kehadiran dan kepedulian teman-teman mahasiswa ini. Komunikasi jadi lebih terbuka, obrolan ringan seputar puasa atau kegiatan sehari-hari seringkali terjadi saat momen berbagi takjil, mencairkan suasana dan mempererat ikatan.

Solidaritas antar generasi juga terjalin kuat dalam proses ini. Takjil yang dibagikan itu nggak ujug-ujug ada lho. Ada proses gotong royong di baliknya yang melibatkan banyak pihak. Para mahasiswa KKM bekerja sama dengan ibu-ibu PKK desa yang jago masak dan berpengalaman dalam urusan dapur umum, serta remaja masjid yang penuh semangat dan siap membantu tenaga.

Dapur Umum Penuh Kebersamaan

Bayangin deh, suasana di salah satu rumah warga atau aula kecil di desa yang disulap jadi dapur umum takjil. Para mahasiswa, ibu-ibu PKK, dan remaja masjid berkumpul. Ada yang sibuk mencampur bahan-bahan untuk membuat kolak, ada yang menggoreng bakwan atau risoles, ada yang mengemas kurma ke dalam plastik-plastik kecil, ada juga yang menyiapkan minuman segar seperti es buah atau teh manis dingin.

Obrolan santai mengiringi kesibukan mereka. Ibu-ibu berbagi tips masak turun temurun, remaja masjid bercerita tentang kegiatan Rohis mereka, dan mahasiswa berbagi pengalaman kuliah mereka di kota. Gelak tawa sering pecah, menghilangkan lelah akibat aktivitas seharian. Aroma masakan yang menggugah selera bercampur dengan wangi rempah dan kesegaran buah, menciptakan atmosfer kekeluargaan yang hangat.

Anak-anak kecil pun ikut meramaikan, sesekali membantu mengemas atau sekadar berlarian di sekitar area kerja, menambah keceriaan. Proses inilah yang sebenarnya esensi dari gotong royong dan kebersamaan. Bukan hanya soal menghasilkan takjil sebanyak mungkin, tapi bagaimana proses pembuatannya itu sendiri menjadi ajang silaturahmi, belajar, dan saling membantu.

Pengakuan dari Warga

Kehangatan dan ketulusan mahasiswa KKM ini ternyata nggak luput dari perhatian warga. Salah seorang tokoh masyarakat setempat, sebut saja Pak RT, mengungkapkan rasa syukurnya. “Anak-anak KKM ini seperti keluarga baru bagi kami,” ujarnya dengan mata berbinar. “Mereka ringan tangan, mudah diajak kerja sama, dan punya semangat berbagi yang luar biasa.”

Pengakuan seperti ini tentu jadi penyemangat luar biasa buat para mahasiswa. Ini bukti bahwa kehadiran mereka benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, bukan hanya dalam bentuk fisik takjil yang dibagikan, tapi juga energi positif dan semangat kebersamaan yang mereka tularkan. Ini juga menunjukkan bahwa program KKM UIN Malang berhasil mencapai salah satu tujuannya: menjembatani dunia kampus dengan realitas sosial di masyarakat.

Ramadhan sebagai Momen Belajar Sosial

Ramadhan memang momen yang tepat banget buat memperkuat nilai-nilai sosial dan spiritual. Mahasiswa KKM UIN Malang cerdas memanfaatkan bulan suci ini. Mereka nggak cuma fokus menyelesaikan program kerja yang udah dirancang di awal, tapi juga menjadikannya kesempatan emas untuk menanamkan nilai-nilai luhur dalam diri mereka.

Empati misalnya, terpupuk saat mereka melihat langsung bagaimana sebagian warga mungkin sangat menunggu-nunggu momen berbuka puasa, dan takjil yang mereka berikan bisa sedikit meringankan. Kepedulian muncul saat mereka bahu membahu bersama warga menyiapkan takjil, merasakan semangat gotong royong yang mungkin jarang mereka temui di lingkungan perkotaan. Keikhlasan pun teruji saat mereka berpanas-panasan di sore hari demi bisa berbagi, tanpa mengharapkan imbalan apa pun kecuali senyum dan doa baik.

Kegiatan sederhana seperti berbagi takjil ini ternyata bisa jadi sarana pendidikan sosial yang efektif banget. Mahasiswa belajar untuk merendahkan hati, berbaur tanpa sekat status sosial atau latar belakang pendidikan. Mereka belajar bahwa kebahagiaan juga bisa datang dari memberi, bukan hanya menerima. Sementara itu, masyarakat desa juga mendapatkan semangat baru, merasa diperhatikan, dan termotivasi untuk terus menjaga tradisi kebersamaan ini.

Aktivitas Ramadhan Lain yang Mungkin Diikuti

Selain berbagi takjil, kemungkinan besar mahasiswa KKM ini juga ikut terlibat dalam berbagai kegiatan Ramadhan lainnya di Desa Sukosewu. Misalnya, mereka mungkin ikut salat Tarawih berjamaah di masjid desa, merasakan kekhusyukan beribadah bersama warga. Atau mungkin ikut kegiatan Tadarus Al-Quran yang rutin diadakan di surau-surau kecil.

Bisa juga mereka terlibat dalam kegiatan sahur on the road skala desa, membangunkan warga untuk sahur dengan berkeliling sambil memukul bedug atau rebana. Aktivitas-aktivitas ini semakin mengintegrasikan mereka ke dalam kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat desa, memberikan pengalaman yang jauh lebih kaya dan mendalam daripada sekadar menjalankan program kerja di siang hari.

Interaksi informal seperti ngobrol santai di teras rumah warga sambil menunggu berbuka atau sekadar nongkrong bareng pemuda desa setelah Tarawih juga jadi momen penting. Di situlah terjadi pertukaran pikiran, cerita, dan pengalaman hidup yang saling memperkaya. Mahasiswa bisa belajar kearifan lokal, sementara pemuda desa bisa mendapatkan wawasan baru tentang dunia luar dari cerita para mahasiswa.

Refleksi Tentang Kekuatan Hal Sederhana

Apa yang dilakukan oleh mahasiswa KKM UIN Malang di Desa Sukosewu ini memang bukan sebuah proyek kolosal yang langsung mengubah wajah desa secara drastis. Mereka tidak membangun jembatan megah atau mendirikan pabrik besar. Tapi, di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang kadang bikin kita lupa dengan sekitar, tindakan kecil seperti berbagi takjil bisa menjadi penyambung hati yang kuat.

Aksi sederhana itu punya kekuatan luar biasa untuk menumbuhkan rasa memiliki, kepedulian, dan kebersamaan. Itu adalah bukti nyata bahwa kekuatan sosial masyarakat itu sebenarnya terletak pada hal-hal sederhana yang dilakukan dengan ketulusan dan keikhlasan. Pada senyum yang terbagi, pada sapaan hangat, pada uluran tangan yang ringan membantu.

Ini adalah pelajaran berharga, baik bagi mahasiswa yang sedang belajar ‘hidup’ di tengah masyarakat, maupun bagi kita semua yang membaca kisah ini. Bahwa Ramadhan mengajarkan kita untuk lebih peka, lebih peduli, dan bahwa kebaikan sekecil apapun, jika dilakukan dengan hati, bisa membawa dampak yang besar dalam membangun dan memperkuat tatanan sosial kita. Semoga semangat kebaikan di Ramadhan ini terus menyala, nggak hanya di Desa Sukosewu, tapi di mana pun kita berada.




Sebagai gambaran tambahan tentang kegiatan KKM atau aktivitas sosial mahasiswa di desa selama Ramadhan, mari kita saksikan video berikut (placeholder, menggambarkan kegiatan serupa):


Disclaimer: Video di atas adalah placeholder untuk ilustrasi kegiatan serupa. Konten spesifik mungkin berbeda.




Cerita dari Sukosewu ini bikin adem ya? Gimana nih pengalaman kamu ngabuburit atau berbagi kebaikan di bulan Ramadhan? Yuk, share cerita atau pendapatmu di kolom komentar di bawah!

Posting Komentar