Lho, Kok Sepi? Tempat Makan di Mal Jakpus Saat Jam Makan Siang Kurang Laris!

Table of Contents

Jakarta, kota yang tak pernah tidur, seringkali identik dengan hiruk pikuk dan kemeriahan. Namun, siapa sangka, ada kalanya suasana bisa berubah drastis, bahkan di tempat-tempat yang biasanya ramai pengunjung. Baru-baru ini, salah satu pusat perbelanjaan favorit di jantung Jakarta Pusat, yaitu Mal Grand Indonesia (GI), terpantau cukup sepi dari pengunjung, terutama setelah aksi demonstrasi yang terjadi pekan lalu.



Mal Grand Indonesia Sepi

Pemandangan ini tentu mengejutkan banyak pihak, mengingat GI biasanya selalu ramai dikunjungi, baik oleh warga Jakarta maupun wisatawan. Bayangkan saja, di jam-jam sibuk, menemukan parkir saja sudah seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami. Kini, suasana lengang justru menyelimuti hampir setiap sudut mal megah ini. Duh, jadi bertanya-tanya, ada apa ya sebenarnya?

Suasana Lengang di Grand Indonesia

Ketika kita menyusuri lorong-lorong Mal Grand Indonesia, baik itu di West Mall maupun East Mall, toko-toko masih terlihat buka seperti biasa. Produk-produk fesyen terbaru tertata rapi di etalase, gerai makanan dan minuman juga tetap menyajikan menu andalan mereka. Namun, ada satu hal yang sangat mencolok: jumlah pengunjung yang bisa dihitung dengan jari.



Pengunjung Mal Sepi

Rasanya aneh sekali melihat koridor panjang yang biasanya dipenuhi keramaian, kini terasa begitu lapang. Suara langkah kaki jadi lebih jelas terdengar, dan denting musik latar yang diputar di mal pun terasa sedikit hampa tanpa riuhnya percakapan atau tawa pengunjung. Belum ada tanda-tanda toko yang tutup permanen, tapi kehadiran orang-orang memang berkurang drastis di semua lantai. Ini jelas bukan pemandangan yang biasa kita lihat di salah satu mal paling ikonis di ibu kota ini.

Hening di Area Kuliner Saat Jam Makan Siang

Nah, bagian yang paling bikin miris adalah area tempat makan atau food court. Biasanya, menjelang jam makan siang, area ini adalah medan pertempuran para pekerja kantoran dan pengunjung yang kelaparan. Kursi-kursi penuh, antrean panjang di setiap gerai, dan suara gaduh obrolan yang bercampur aroma masakan lezat adalah ciri khasnya. Namun, kini, pemandangan itu lenyap entah ke mana.



Food Court Mal Sepi

Banyak kursi dan meja kosong yang biasanya selalu diperebutkan kini terbengkalai. Walaupun tidak sesepi lantai lainnya, area kuliner ini jelas jauh dari kata ramai. Seorang pekerja di salah satu gerai makanan di GI mengakui bahwa kondisi sepi pengunjung ini sudah terjadi sejak aksi unjuk rasa beberapa waktu lalu. “Sepi (pengunjung) dong, kemarin saja sepi apalagi sekarang,” katanya saat ditemui di lokasi pada Senin (1/9/2025). Ia menambahkan bahwa meskipun mal tetap beroperasi dengan jam normal, termasuk saat akhir pekan, pengunjung tidak seramai biasanya. Jadi, bukan hanya di hari kerja, bahkan weekend pun ikut merasakan dampaknya.

Efek Domino WFH dan Demonstrasi

Petugas tersebut juga menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama sepinya area makan di GI adalah banyaknya karyawan yang kini menerapkan sistem work from home (WFH). Kita semua tahu, area GI ini terhubung langsung dengan berbagai perkantoran dan sangat strategis di pusat kota. Dulu, para karyawan inilah yang menjadi tulang punggung keramaian saat jam makan siang.



Dampak WFH Mall

“Karena kebanyakan (pekerjanya) WFH, makanya sepi,” tambahnya. Memang, semenjak pandemi, budaya kerja jadi berubah drastis. Banyak perusahaan yang mempertahankan WFH atau kombinasi WFH dan WFO. Ini jelas berdampak besar pada mobilitas dan kebiasaan belanja serta makan siang para pekerja. Demonstrasi yang baru saja terjadi juga menambah daftar alasan mengapa banyak orang memilih untuk tetap di rumah atau menghindari pusat kota. Jadi, bisa dibilang, ini adalah kombinasi dua faktor besar yang membuat mal jadi sepi begini.

Fenomena Mal Sepi di Pusat Kota

Kondisi sepi di mal pusat kota ini ternyata bukan hanya terjadi di Grand Indonesia saja, lho. Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Bapak Budihardjo Iduansjah, juga mengakui fenomena ini. Beliau memantau sendiri kondisi di Mal Sarinah yang juga sepi saat jam makan siang. “Hari ini sepi semua mal, karena orang masih di rumah. Mal-mal di Kota Jakarta sepi, mal yang di pinggiran kelihatannya agak mending. Hari ini (Mal) Sarinah sepi saya pantau, jam makan siang sepi sekali parkiran,” kata Budihardjo kepada detikcom.



Mall Sepi Jakarta Pusat

Penjelasannya cukup logis. Orang-orang memilih untuk tidak bepergian jauh, apalagi ke area pusat kota yang rentan terdampak oleh aksi massa. Akibatnya, mal-mal di pinggiran kota, seperti Bogor, Cibubur, Serpong, atau Pluit, justru masih terlihat cukup ramai. Sepertinya, warga lebih memilih mencari hiburan atau kebutuhan di dekat tempat tinggal mereka untuk menghindari kerumitan perjalanan atau potensi keramaian yang tidak diinginkan.

Mal yang Tutup Sementara dan Fleksibilitas Operasional

Bapak Budihardjo juga menjelaskan bahwa jam operasional mal saat ini sangat fleksibel, disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Sebagai contoh, Mal Atrium Senen bahkan masih tutup pada hari itu. “Imbas demo pasti sepi ya daerah-daerah pusat, yang merah, dekat-dekat Senayan ya yang Jakarta. Kalau di Makassar ya agak sepi itu ada demo dekat-dekatnya,” jelasnya. Ini menunjukkan bagaimana pusat perbelanjaan harus sangat responsif terhadap situasi keamanan dan kenyamanan pengunjung.



Mall Atrium Senen

Senada dengan itu, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Bapak Alphonzus Widjaja, menegaskan bahwa mal sebagai fasilitas publik memang akan selalu berupaya untuk beroperasi. Namun, prioritas utamanya adalah kenyamanan dan keamanan para pengunjung. “Mengingat kondisi di beberapa wilayah masih ada yang terdampak langsung imbas demo maka setiap pengelola akan mempertimbangkan dan mengambil keputusan situasional,” kata Alphonzus.

Ini berarti setiap pusat perbelanjaan punya otonomi untuk memutuskan apakah akan beroperasi normal sepenuhnya, atau justru menutup sementara operasionalnya, semua disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Ini adalah langkah bijak demi keselamatan bersama. Jadi, jangan heran kalau suatu hari menemukan mal favoritmu tutup mendadak karena kondisi di sekitarnya tidak kondusif.

Adaptasi dan Harapan di Tengah Tantangan

Situasi seperti ini tentu menjadi tantangan besar bagi para pengelola mal dan juga para tenant atau penyewa gerai di dalamnya. Ketika pengunjung sepi, omzet penjualan otomatis menurun drastis. Para pelaku usaha harus memutar otak mencari strategi agar tetap bisa bertahan. Mungkin dengan memperbanyak promosi online, atau fokus pada layanan pesan antar makanan untuk gerai kuliner.



Strategi Bisnis Mall

Masyarakat juga merasakan dampaknya. Di satu sisi, WFH memang nyaman karena tidak perlu bermacet-macetan di jalan. Tapi di sisi lain, kehilangan momen sosialisasi di luar rumah, seperti makan siang bersama teman-teman kantor di mal, juga kadang bikin rindu. Pusat perbelanjaan bukan hanya tempat belanja, tapi juga arena rekreasi dan interaksi sosial. Ketika sepi, ada bagian dari kehidupan kota yang terasa hilang.

Bagaimana pun, kita semua berharap kondisi ini segera membaik. Demonstrasi bisa berakhir damai, dan masyarakat bisa kembali beraktivitas dengan tenang dan aman. Budaya WFH mungkin akan tetap ada, tapi semoga mal-mal di pusat kota kembali ramai dengan kehadiran para pekerja yang ingin bersantai dan menikmati suasana.

Apa Kata Netizen dan Potensi Solusi?

Fenomena mal sepi ini juga sering jadi perbincangan hangat di media sosial. Banyak netizen yang ikut berkomentar tentang bagaimana Jakarta terasa berbeda. Ada yang merasa senang karena tidak perlu berdesakan, ada pula yang merindukan keramaian khas kota metropolitan.



Kondisi Mall Sepi Jakarta](https://www.youtube.com/embed/c0Jt8C3M2yE)


Simak video ini untuk melihat lebih lanjut mengenai kondisi mall-mall yang sepi di Jakarta!

Untuk mengatasi kondisi ini, mungkin perlu ada strategi yang lebih komprehensif dari para pengelola mal. Misalnya, dengan mengadakan event menarik yang aman dan tidak terlalu mengundang keramaian masif, atau memberikan diskon khusus bagi pengunjung yang datang di hari-hari tertentu. Kolaborasi dengan pemerintah daerah untuk memastikan keamanan dan kenyamanan pusat kota juga sangat penting agar masyarakat tidak ragu untuk beraktivitas kembali.

Tentu saja, faktor utama adalah stabilitas situasi. Ketika rasa aman sudah kembali, dan kegiatan ekonomi bisa berjalan normal, mal-mal ini pasti akan kembali menemukan gaungnya. Jakarta tanpa keramaian di mal-malnya terasa ada yang kurang, bukan? Mari kita berharap yang terbaik untuk kota tercinta ini.


Nah, kalau menurut kalian sendiri, bagaimana nih pandangan kalian tentang fenomena mal sepi di Jakarta Pusat ini? Apakah kalian juga ikut merasakan perbedaannya, atau justru punya pengalaman lain? Yuk, bagikan pendapat dan cerita kalian di kolom komentar di bawah!

Posting Komentar